Mencari

Naya membuka matanya perlahan ketika merasa perutnya terasa berat ditimpa oleh sebuah tangan besar. Ia menyingkirkan tangan itu dan kepalanya seketika terasa sakit. Naya meringis, sambil mengembalikan kesadarannya.

Rekaman kejadian tadi malam yang masih dia ingat berputar bagaikan putaran film. Ia memeluk tubuhnya bagaikan telah kehilangan sesuatu yang berharga. Ia menangis dan masih terkejut akan kejadian tadi malam.

Naya melihat sosok pria yang masih tidur pulas. Dialah pria yang telah menidurinya tadi malam.

Naya bersusah payah turun dari tempat tidur, sakit di selangkangannya tak tertahankan, tapi ia tetap berjalan. Ia memungut gaunnya di lantai dan memakainya kembali. Sambil berurai air mata, Naya pergi meninggalkan kamar itu.

Naya sampai di rumah saat hari menjelang siang. Beruntung Ayah, Ibu dan Nenek ada di restoran, sehingga ia bisa menghapus jejak pria itu dari tubuhnya. Naya mengurung diri dan menangis seharian.

Saat ponselnya berdering, Naya mengabaikannya. Tetapi sudah sepuluh kali membuat Naya akhirnya mengangkat panggilan.

"Halo Naya. Kau ada dimana? Kemana saja kau tadi malam. Aku mencarimu." ternyata Joy yang mencecarnya.

Naya menghela nafas pelan, "Maafkan aku. Aku pulang karena kepalaku tiba-tiba pusing. Aku mau pamit tapi di aula sangat ribut."

Joy lega di sana, "Huh kau ini membuat cemas saja. Jadi kau sudah baikan? Apakah perlu kuberitahu teman-teman untuk menjengukmu?"

"Tidak usah. Besok aku sudah mulai sekolah."

"Syukurlah. Kalau begitu nanti sore aku akan datang." ucap Joy. Keduanya selalu begitu ketika salah satu diantara mereka sakit.

"Jangan hari ini. Ayah dan Ibu sedang repot, kau tahu restoran sedang ramai akhir-akhir ini." bukan hanya karena keadaannya yang tidak memungkinkan membuat Naya melarang Joy datang. Tetapi jika Joy melihat Nenek di rumah ini, pasti akan menjadi masalah.

"Ya sudah. Kalau begitu istirahatlah. Aku akan datang lain kali. See you tomorrow."

"See you too."

......................

Ketika malam tiba, Naya mencari banyak alasan agar keluarganya tidak khawatir karena tidak pulang tadi malam. Mungkin Ayah dan Ibunya percaya, tetapi sosok yang tegas iti menyimpan kecurigaan padanya.

"Lain kali kalau bersenang-senang, ingat waktu. Kalau kau seperti ini terus bagaimana mau menjadi orang hebat?" omel Nenek Allen setelah makan malam selesai.

Naya hanya diam ketika dinasehati, wajahnya tampak lesu dan tidak bersemangat.

"Nak, berikan suplemen vitamin pada putrimu, lihat wajahnya pucat. Nampaknya dia sangat bersenang-senang tadi malam." perintahnya pada Kenny.

Setelah makan malam, sang ibu memberikan vitamin dan memijat kepala Naya. "Kau sangat bersenang-senang tadi malam ya?" tanya Kenny pada sang putri sulung.

Naya tersenyum, "Joy membuat pesta yang menyenangkan." jawabnya.

Setelah Ibunya keluar, air mata Naya jatuh. Ia merasa bersalah pada Ibu dan Ayahnya karena tidak bisa menjaga dirinya. "Ibu, Ayah maafkan Naya."

Sementara itu, Edward baru saja bangun dari tidur panjangnya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Melihat tampilannya yang tidak memakai sehelai benang pun, Edward akhirnya mengingat kejadian tadi malam.

Setelah selesai melakukan pertua dengan kliennya, entah mengapa dia bisa sampai di kamar ini dan bertemu dengan pujaan hatinya.

Mengingat ia telah melanggar prinsipnya, Edward tidak menyesal sama sekali. Karena bagaimana pun dia yang memulai semuanya.

"Cheryn? Kau dimana?" panggilnya. Dia menuju kamar mandi setelah memakai celana pendeknya. Tetapi alhasil, kamar mandi kosong.

Ia kemudian memeriksa ke balkon, biasanya Cheryn senang bersantai di sana sambil menikmati matahari pagi.

Tetapi nihil, kekasihnya tidak ada di kamar. Edward akhirnya memutuskan menelpon Cheryn.

"Halo sayang, kau dimana?"

Setelah mendengar jawaban dari seberang sana, Edward menjatuhkan ponselnya tanpa sengaja. Edward duduk lemas di pinggir ranjang. Dia lupa Cheryn sudah ada di Paris selama seminggu mengunjungi orang tuanya dan belum pulang sama sekali.

Lalu, siapa perempuan yang telah dia tiduri tadi malam? Edward berusaha mengingat wajah perempuan itu, tetapi yang terbayang hanya wajah Cheryn.

Edward memegang kepalanya, dia berteriak. "Apa yang terjadi?"

Pria itu menarik selimut dan jelas di matanya ada noda darah kering di sprei, menandakan bahwa perempuan yang dia tiduri stil virgin.

Edward menghubungi Josh, asistennya, "Cepat cari tahu siapa yang sudah menjebakku tadi malam. Dan cari siapa perempuan itu." perintahnya.

Ketika Edward berniat pergi dari kamar itu, dia menemukan sebuah tas hitam kecil tergeletak di dekat pintu kamar. Edward mengambilnya dan menemukan sebuah dompet dan ponsel di dalamnya.

Rasa penasaran mengganggu, Edward membuka dan mengambil sebuah kartu identitas dari sana.

Foto seorang gadis dan semua identitas pribadinya terpampang nyata. Edward yakin dia adalah perempuan yang telah menjebaknya. Tetapi ia tidak percaya bahwa umur gadis itu masih sangat muda dan terpaut jauh dari umurnya.

Dan kenapa dia merelakan kesuciannya untuknya? Dan jika dia memang ingin menjebak Edward, kenapa dia tidak meminta pertanggungjawaban atau uang yang besar darinya? Semua itu mengganggunya.

Di saat pria-pria lain akan senang ketika mendapat kenikmatan secara cuma-cuma, lain hal dengan Edward yang merasa bersalah karena telah merenggut kesucian gadis itu. Edward mengirimkan data-data gadis itu agar asistennya mudah mencari perempuan itu. Tidak hanya kartu identitas, kartu siswa dan bahkan ponsel gadis itu juga ada di dalam.

"Ayah, ponselku hilang di hotel itu. Aku membutuhkannya." ucap Naya, dia menunduk dan merasa bersalah. Dia tidak tega meminta dibelikan ponsel baru, tetapi dia sangat membutuhkan ponsel untuk merangkum semua pelajarannya di sekolah.

Joe melihat istrinya, melalui tatapan matanya keduanya saling bicara. "Ibu masih punya tabungan, besok Ayah akan menemanimu membeli ponsel baru." ucap sang Ibu.

"Kenapa kalian memasang wajah murung begitu di depan anak-anak. Ketika anak meminta keperluan sekolahnya langsung turuti." Nenek baru saja masuk ke dalam ruang keluarga.

Nenek meletakkan kartu berwarna hitam di meja. "Pakai kartu ini untuk membeli keperluan anak-anakmu. Apa yang mereka inginkan, langsung beli. Dan kau harus membeli yang berkualitas terbaik!" ucap Nenek tegas.

Lagi-lagi Nyonya Allen membantu keluarga itu, dan mereka tidak bisa menolaknya.

"Dengarkan ini Joe, Kenny. Jangan merasa berhutang padaku. Aku memberikan ini anggap saja sebagai biaya aku tinggal di rumah ini."

Terpopuler

Comments

HaleJhope94

HaleJhope94

Karna Mereka tidak Sekaya diriMu Nek, jadi jangan bandingkan KehidupanMu dgn orang lain..
Untung di kasih ATM kalau tdak kan makan hati😉

2023-02-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!