Banyak perubahan yang terjadi di rumah itu setelah kehadiran Nyonya Allen. Khususnya untuk masalah ekonomi yang kerap menjadi beban Joe dan Kenny, kini teratasi dengan mudah.
Naya dan Willy kini dapat les bimbingan di tempat bimbingan terbaik. Sebelumnya uang sekolah Willy yang menunggak telah terbayar hingga lunas.
Tidak hanya di rumah, di restoran Nyonya Allen juga membuat beberapa revolusi. Dia mengajarkan Kenny sebuah resep makanan Asia dan disediakan di restoran kecilnya. Dan tidak dapat diduga, menu tersebut telah menjadi favorit di restoran hanya dalam satu minggu. Dan akan ada resep baru yang Nyonya Allen ajarkan kepada Kenny.
Usianya tidak menghalangi Nyonya Allen bekerja dengan cepat. Kakinya memang tidak lumpuh sebenarnya, hanya saja di tidak tahan berdiri lama-lama, membuatnya lebih banyak duduk di kursi roda.
"Sebentar lagi restoran kita akan berubah menjadi restoran Asia." sembur Willy saat melihat menu hidangan di menu list di samping kasir restorannya.
Di samping Ayah dan Ibunya sibuk mengelola restoran yang semakin ramai, Naya semakin giat belajar. Gadis sulung itu telah berjanji akan menjadi orang sukses dan mengangkat derajat keluarganya.
"Ayah, besok malam Joy mengajakku merayakan ulang tahunnya. Boleh Naya pergi?" Naya sedang izin kepada sang Ayah, seperti biasa di selalu izin kemana pun dia pergi.
Joe mengangguk, ia sudah mengenal Joy dan menganggapnya seperti putrinya juga. "Jaga dirimu baik-baik."
"Baik Ayah."
"Kenapa asal mengiyakan, jangan sembarangan mengizinkan anak keluar malam." Nyonya Allen menyela.
"Tidak apa-apa Bi. Kami sudah mengenal Joy dan keluarganya dengan baik. Joy juga sering tidur di sini." jawab Joe.
"Siapa nama Ayahnya?" tanyanya pada Naya.
"Naya tidak tahu nama Paman itu. Tapi nama belakang Joy adalah Parker, dan pamannya adalah menteri keuangan." jawab Naya.
Nenek berpikir sejenak, "Pergilah. Kau beruntung karena Nenek mengenalnya." ujarnya.
"Nenek mengenal Paman Parker?" tanya Naya dengan takjub.
"Iya."
"Kenapa Nenek mengenal semua orang?" tanya Naya dengan polosnya.
"Belajarlah dengan giat. Maka kau akan menjadi orang hebat seperti Nenek."
***
Sesuai dengan janjinya pada Joy, Naya datang ke rumah Joy. Pesta ulang tahunnya diadakan di hotel, tetapi sebelumnya keduanya berdandan dari rumah. Naya mengenakan gaun selutut berwarna peach dan Joy mengenakan gaun berwarna merah maroon yang dibelikan oleh Ibu Joy. Riasan mereka sama, membuat keduanya tampak seperti putri kembar.
Di mobil keduanya mengambil beberapa foto dan menyebarkannya di sosial media masing-masing.
"Joy, selamat ulang tahun ya. Aku mendoakan semua yang terbaik untukmu." ucap Naya sambil memberikan sebuah kotak pink dengan pita hello kitty di atasnya.
"Aku ingin yang pertama memberikan kado untukmu. Kadoku pasti tidak ada apa-apanya dibanding yang kau dapatkan, tapi hanya ini yang bisa kuberi dan aku harap kau menyukainya." ucap Naya tulus.
Air mata Joy jatuh, dia terharu akan ketulusan sahabatnya tersebut. Dia memeluk Naya, "Terima kasih Naya. Tapi bagiku kado darimu adalah yang paling berharga untukku. Aku paling menantikan kado darimu."
"Aku menyayangimu." Naya membalas pelukan Joy.
"Hei, make up kalian jangan sampai luntur." Ibu Joy terkekeh melihat tingkah manis putri dan sahabatnya.
"Daddy berdoa kalian akan menjadi sahabat sejati." ucap Tuan Parker.
"Ya, sahabat sejati." Keduanya saling mengaitkan jari kelingking mereka.
Pesta diadakan di sebuah hotel bintang lima di pusat kota. Area ball room telah disulap menjadi sebuah istana megah sesuai dengan permintaan Joy.
Teman-teman dari sekolah dan beberapa anak-anak dari kolega Tuan Parker juga diundang.
Saat potong kue dimulai, Naya mendapat suapan ketiga setelah Nyonya dan Tuan Parker.
Setelah itu pesta berjalan layaknya pesta anak remaja. Anggota dance dari sekolah mereka tampil sebagai pengisi acara, tidak hanya itu siapa saja yang ingin bernyanyi bisa tampil di panggung yang telah disediakan.
Layaknya pesta anak-anak remaja, tidak ada alkohol di sana. Yang ada hanya makanan lezat dan minuman non alkohol, sehingga membuat terjaga dari hal yang buruk.
"Joy, aku ke toilet dulu." ucap Naya di tengah kebisingan. Joy mengangguk.
Toilet berada dekat dari ballroom, tetapi harus melewati lorong sepi. Dan pada saat itu, Naya dihadang oleh sosok misterius bertopi dan memakai masker, hingga yang bisa dia lihat hanya matanya.
"Siapa kau? Aku ingin lewat janga..." mulutnya dibekap dengan cepat menggunakan sarung tangan. Entah apa yang terjadi, Naya langsung kehilangan kesadarannya.
Dan saat Naya membuka matanya kembali, ia bangun di sebuah kamar luas. Tetapi anehnya, badannya terasa sangat panas dan sesuatu bergejolak di bagian tubuh sensitifnya.
Naya mengerang, ia merasa tersiksa dengan sesuatu yang baru pertama kali dia rasakan.
Dan tiba-tiba, pintu kamar terbuka, seorang laki-laki tiba-tiba masuk dan berjalan sempoyongan. Pintu tertutup tapi Naya yakin ada orang lain yang menutup pitu dari luar.
"Kau siapa?" Naya berusaha menyadarkan dirinya, ia bangun dan memasang kewaspadaannya.
"Kenapa kau menculikku?" Cecar Naya.
Pria itu menegakkan kepalanya, wajah tampan bak Dewa Yunani menyambut mata Naya yang saat ini dikuasai oleh kabut gairah. Hidung mancung yang bangir, mata tajam berwarna hijau menyorot matanya lembut. Naya hampir terpesona dibuatnya.
"Cheryn, kaukah itu?" suara beratnya menyapa telinga Naya, membuat hampir jatuh ke lantai.
Sebenarnya apa yang terjadi dalam dirinya. Kenapa dia ingin melompat ke tempat tidur dan berharap pria ini datang menghampirinya?
Naya memegangi kepalanya, "Siapapun kau, tolong biarkan aku pergi."
Namun, tiba-tiba pria bertubuh dya kali lebih besar darinya itu kini memeluknya erat. Bibirnya dengan cepat menyambar bibir ranum milik Naya dan ********** penuh perasaan.
Naya terkejut, tangannya berusaha mendorong, tapi tubuhnya lemah oleh hasrat. Dia ingin menolak, tetapi sesuatu yang ia dambakan baru saja menghampirinya.
Bukan ciuman manis penuh cinta, melainkan ciuman panas penuh dengan gairah yang harus dituntaskan.
Pria itu mendorongnya ke ranjang raksasa itu, dan kini Naya berada dalam kuasa pria yang haus akan kenikmatan.
Naya membalas ciuman itu meski ini adalah yang pertama baginya, ia didorong menjadi liar oleh nafsu yang menguasai tubuhnya. Dan ketika tangan pria itu menyentuh dadanya, Naya mengerang. Rasa nikmat menjalari tubuhnya. Ia pasrah akan pria di atasnya.
Dan di malam itu, Naya harus kehilangan kehormatannya oleh seorang pria asing yang bahkan tidak ia ingat wajahnya. Bulan purnama menjadi saksi bisu ketika pria itu mencium keningnya setelah gairahnya terpuaskan.
"Terima kasih Cheryn. Aku pasti akan menikahimu, sekalipun tanpa restu Nenek." ucap pria itu sebelum menutup matanya karena kelelahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments