🍂🍂🍂🍂🍂
Setelah kejadian di meja makan, Gus Atha pun pamit pergi ke kamar para asatidz yang di ikuti Abah untuk kembali kekamarnya.
Ummi pun berpesan kepada Zuyyin dan Zahra untuk segera kembali ke kamarnya agar tak ketinggalan Diniyah.
Selepas membersihkan meja dan mencuci piring kotor bekas makan malamnya, mereka pun kembali ke kamar dan mengambil buku beserta kitabnya.
Para santri baru pun mengikuti serangkaian tes guna menentukan layak masuk kelas wustho atau sp.
Tanpa di sangka, ternyata yang menjadi pengawas tes Gus Atha dan Zidan.
Gus Atha pun membagikan soal-soal ujian kepada santrinya yang di bantu oleh Zidan.
Tepat disamping Zuyyin, Gus Atha pun berpesan pada para santri, agar tak ada yang boleh bertanya pada sesama teman yang lain.
Satu jam lamanya waktu yang di berikan Gus Atha untuk mengerjakan soal-soal ujian tersebut.
Semuanya lancar tanpa ada kesulitan bagi Zuyyin yang nota bene di rumah sudah punya bekal dari Diniyah di rumahnya, Zuyyin pun mengumpulkan tugasnya kedepan.
"Niki Gus……" ucap Zuyyin sambil menyerahkan tugasnya di meja Gus Atha.
"iya…." hanya itu jawaban Gus Atha.
Semuanya pun kini telah selesai dan berdoa untuk mengakhiri Diniyahnya.
Gus Atha pun keluar dan membawa soal-soalnya ke ndalem gun untuk di nilai.
Para santri pun berhamburan ke kamarnya. Zuyyin yang mendapatkan teman baru sebangkunya bernama Humaira pun langsung kembali ke kamarnya. Dan ternyata mereka hanya bersebelahan dengan kamar Zuyyin.
Sampai di kamar para santri pun ada yang menghafal ada yang bercerita.
Zuyyin langsung pergi ke kamar mandi yang ada di belakang asrama untuk menuntaskan hajatnya dan mengambil air wudhu.
Sampai kamar Zuyyin pun mengambil Al-Qur'annya untuk menelaah hafalannya di halaman depan kamar yang ada taman kecil dan bangku.
Zuyyin pun mulai membacanya dengan pelan dan hati-hati. Dan tak terasa hingga pukul setengah dua belas Zuyyin pun menyudahi hafalannya dan kembali ke kamar.
Sampai di kamar ternyata mbak Zahra masih membereskan bajunya.
"Mbak Zuyyin dari mana."
"Dari depan mbak, habis muthola'ah." ucapnya salambil memperlihatkan Al-Qur'an nya.
"Oh….." Zahra pun hanya ber oh ria.
"Yuk tidur biar gak kesiangan bangunnya," ajak Zahra agar segera tidur dan bisa beristirahat.
🍁🍁🍁
Di belahan dunia lain, Gus Atha sehabis dari kelas pun langsung pergi ke kamar guna mengoreksi soal-soal tadi agar segera cepet salesai dan para santriwati bisa mengikuti pelajaran di kelasnya masing-masing untuk hari berikutnya.
Saat mengoreksi soal punya Zuyyin, Gus Atha pun langsung kagum melihat jawaban yang Zuyyin kerjakan.
Bagaimana tidak, soal sebanyak lima puluh, Zuyyin dapat mengerjakan tugasnya dengan sangat baik, bahkan sempurna tak ada satupun yang salah.
Gus Atha pun langsung kagum dengan hasil yang di berikan Zuyyin. Sambil memegang lembar jawaban Zuyyin tanpa di sadari ada seulas senyuman yang terukir di wajah Gus Atha.
Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
Sebanyak empat puluh santri baru, Gus Atha mengoreksi sebagian dan sebagian di berikan kepada Zidan.
.
.
.
Tepat pukul 03.00 dini hari, Zuyyin terbangun dan bergegas ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya sekalian membersihkan diri.
"Mumpung masih sepi," gumam Zuyyin sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
Hanya ada beberapa santri yang berada di kamar mandi.
Zuyyin yang sudah selesai dari kamar mandi pun langsung pergi ke musholla untuk melaksanakan sholat qiyamul lail dan tak lupa membaca wirid berserta do'a-do'anya.
Selepas itu, Zuyyin kembali muroja'ah hafalanya agar bisa nambah sembari menunggu kumandang adzan subuh.
Tak sengaja Zuyyin pun ketiduran di pojokan yang bersandar dengan tembok sambil mendekap Al-Qur'an nya di depan dada.
Zahra yang mengetahui pun langsung membangunkannya guna mengambil air wudhu lagi.
Dengan sekuat tenaga Zuyyin menahan kantuknya agar tak ketiduran lagi saat membaca wirid.
"Jangan sampai ketiduran sambil wirid seperti ini terulang lagi," gumam Zuyyin dalam hati.
Selepas melaksanakan sholat subuh, kamar Zuyyin mendapat tugas menyapu halaman dan tak lupa ndalem yai juga.
Zuyyin pun langsung mengerjakannya dengan senang hati untuk menyapu ruang tamu bersama Adzkiya.
Sedangkan Zahra yang seorang abdi ndalem pun langsung bergegas ke dapur guna membantu ummi memasak untuk Abah Adnan.
Sedangkan dapur buat makan santri putra dan putri ada mbok Zar dan temennya mbok yem.
Selesai menyapu Zuyyin dan Adzkiya pun kembali ke kamar.
"Sarapan yuk," ajak Adzkiya.
"Hayuk, aku juga udah laper."
Tepak segi empat dengan tiga sekat menjadi tempat makan Zuyyin saat ini, tak ada makanan yang tertata rapih di meja makan yang seperti di rumah.
Nasi pecel dengan lauk seiris tempe yang memakai baju kini menjadi menu sarapan paginya kali ini. Nasi yang di jatah dengan lauk pauk tanpa bisa memilih, bukan seperti di rumah jika dia merasa kurang bisa ambil sesuka hatinya.
"Kangen masakan bunda," guman Zuyyin dalam hati sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Selesai makan Zuyyin pun mencuci kembali tempat makannya, agar tak merepotkan yang bertugas di dapur.
.
.
.
Semua santri baru di kumpulkan di aula guna mendengarkan wejangan Ibu nyai selaku pemilik pondok pesantren.
Hari pertama dimana buat santri baru berkumpul. Di sini, kita tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, semua di perlakukan secara adil.
Setelah selesai dari aula Zuyyin pun duduk di bangku taman dekat kamar, dia masih tak menyangka bisa masuk ke pesantren.
Cita-citanya selama ini ingin memperdalam ilmu agama buat bekal kelak hidup bermasyarakat.
Dia termenung seorang diri yang menatap langit terlihat biru bersih yang terhampar luas dengan angin sepoi-sepoi seakan memberi rasa nyaman pada Zuyyin.
Zuyyin yang masih tidak percaya dengan dirinya yang berada di pesantren dan jauh dari kedua orang tuanya. Tak sengaja sekelebat bayangan wajah orang tuanya kini berada di pelupuk matanya.
Tak terasa air mata pun mengalir tanpa dia duga, dengan gerakan cepat Zuyyin pun menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya. Alih-alih ntar ketahuan temen sekamarnya atau yang lainnya.
Tanpa di sengaja ada Adzkiya lewat pun seraya berkata, "kenapa nangis?" tanya Adzkiya yang mendekat ke arah Zuyyin.
"enggak apa-apa kok mbak," jawab Zuyyin sambil menyeka air matanya yang menganak di pelupuk mata.
"Hem…… keluarin aja nggak apa-apa kok, wajar lah anak baru, aku dulu juga gitu," ucap Adzkiya sambil mengelus lengannya.
"Seiring dengan berjalannya waktu kita pasti akan bisa beradaptasi. Percayalah, kita berada di tempat yang tepat," ucap Adzkiya
"Makasih ya mbak," ucap Zuyyin dengan seulas senyum yang merekah di bibirnya.
Keduanya pun saling berpelukan, tanda pertemanan juga kekeluargaan yang mereka.
Semua yang ada disini di pesantren ini sudah menjadi keluarga meskipun kita lahir di rahim yang berbeda.
Tanpa di sengaja ternyata Gus Atha yang berada di balkon kamar nya melihat Zuyyin dan Adzkiya seakan terhipnotis oleh Zuyyin.
Entah apa yang di rasakan Gus Atha saat melihat Zuyyin menangis, di dalam hatinya seakan tak rela.
Seperti ada sesuatu yang mengganjal pikirannya dan entah itu apa, yang pasti
Saat ini Gus Atha lagi dilema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
ICʝιвяιℓ ємєяѕση_ADINDA💐
harus kuat karena itu bekal di akhirat nanti.
duh ada yg diem2 mengagumi zuyyin .
2023-03-05
2
Drew 1
mantabkan hati, Gus.. semua tinggal menunggu kode 🤭
2023-02-26
1
Kang Sin I
hais dilema kenapa gus
2023-02-20
2