“Ma, Pa, jalan yuk,” ajak Ale saat kedua orang tuanya tengah bersantai di ruang keluarga.
Saat ini, Ale dan Mbak Ela tengah pulang ke rumah. Itu semua karena permintaan nyonya rumah, Mrs. Melina. Beliau tahu semenjak pertengkaran waktu itu, dirinya dan suami pergi ke Amerika. Begitu pula dengan Ale yang memilih pindah ke apartemen pribadinya yang ia dapat saat berulang tahun ke-17 empat bulan lalu.
Tak ayal saat ini memang, karena malam ini adalah malam Sabtu. Di mana besok sekolah pastinya akan libur.
“Mau ke mana sayang?” tanya Mrs. Melina.
“Ke mall maybe,” jawab Ale.
“Anak Papa ini masih mau jalan sama orang tuanya?” tanya Mr. Alex.
“Maksud Papa?” beo Ale.
“Kamu jalan sama Romeo aja, biar makin dekat,” jawab Mr. Alex.
“PA, udah berapa kali sih, Al, bilang. Al ga mau dijodohin!” seru Ale.
“Kalau kamu tidak sama Romeo, kamu mau sama siapa? Ha?” tegas Mr. Alex dengan suara agak tinggi.
“Pa, udah,” lerai Mrs. Melina.
“Papa jodohin kamu sama Romeo biar kamu ada yang jaga. Kamu tahu kan Mama sama Papa sibuk di Amerika dan juga Inggris,” jelas Mr. Melina.
“Tapi, Ma-
Belum selesai Ale bersuara. Mr. Alex sudah lebih dulu memotongnya. “Apa kamu masih sama laki-laki itu?”
“Jonathan maksud, Papa?” tanya Ale menduga-duga.
“Iya.”
“Aku sama dia udah ga ada apa-apa.”
“Aku tidak bodoh. Papa know kalau Jonathan lebih memilih sahabat Ale sendiri daripada Ale, kan?”
“Ale juga tahu kalau kesempatan itu Papa dan Romeo manfaatkan untuk memisahkan aku dengan Jonathan.”
“Aku ga mau sama Romeo!” tegas Ale kemudian berlalu meninggalkan kedua orang tuanya.
“Anak itu. Keras kepala sekali,” gumam Mr. Alex.
“Turunan dari kamu,” timpal Mrs. Melina.
Dengan amarah yang memuncak, Ale memasuki kamarnya. Ia mengambil hoodie putih miliknya. Tak lupa tas kecil berisi HP dan uang. Juga kunci mobilnya. Tanpa berpamitan kepada kedua orang tuanya, ia berlalu meninggalkan rumahnya.
Mobil Ale membelah jalanan malam yang cukup padat. Karena memang ini adalah jam-jam pulang kantor, sekitar pukul 20.00 bagi yang lembur. Ale mengemudikan mobilnya menuju ke salah satu cafe langganannya.
Setelah dua puluh menit perjalanan. Kini mobil Ale sudah terparkir rapi di parkiran Cafe Raya. Ale juga sudah duduk santai di salah satu bangku di pojok. Ale hanya memesan kopi cappucino kesukaannya. Ia juga meminta request lagu-lagu galau di acara live musik.
Siapalah yang tidak tahu, Ale. Bagi masyarakat luas yang mengenal kedua orang tua Ale. Ale akan sangat dihormati dan dihargai. Jadi adalah hal mudah baginya meminta request lagu galau saat pengunjung ingin lagu-lagu romantis.
“Dengarlah doaku yang tak pernah meminta bawa dia kembali ...,” Ale sesekali ikut bernyanyi lagu ‘Bawa Dia Kembali-Mahalini’.
Sembari menikmati kopinya, ia sampai tak sadar ada seseorang yang tengah menghampirinya. “Hai, Al,” sapa seseorang itu.
“Eh, Gabriel,” balas Ale saat melihat Gabriel sudah duduk di depannya. “Sendirian, Al?”
“Seperti yang lu lihat,” jawab Ale seraya menyeruput kopinya.
“Lu sama siapa, Gab?” tanya Ale balik.
“Itu sama dua anak,” jawab Gabriel menunjuk ke pintu masuk.
Di mana sudah ada Dewa dan Vero, sahabat Gabriel dan juga anggota OSIS SMA Purnawarman. “Sini,” sahut Gabriel.
Dewa dan Vero pun mendekat. “Lho, Ibu Waketos juga ikut?” tanya Dewa begitu duduk.
“Ikut gabung bolehkan?” kini Vero yang bertanya.
“Boleh kok,” jawab Ale. “Enggak. Tadi sendiri tapi Gabriel yang nyamperin,” lanjut Ale.
“Buruan pesan!” seru Gabriel.
“Pesan aja. Biar gua bayar sekalian,” kata Ale tanpa melihat ke arah mereka. Ia sibuk membalas pesan dari Viola.
“Eh Viola mau ikutan boleh kan?”
“Boleh banget,” jawab mereka serempak.
“Lu seriusan, Al?” tanya Dewa tak percaya.
“Dua rius malahan,” gurau Ale beralih kepada orang di depannya.
“Ya udah gua pesan yang enak-enak,” kata Dewa membuka buku menu.
“Orang tua gua baru pulang. Makannya gua lagi tajir.”
“Mrs. Melina sama Mr. Alex di Indonesia?” tanya Vero.
“Heem.” Ale kemudian melihat ke arah pintu masuk. “Viola,” panggilnya saat melihat paras sahabatnya itu.
“Hai semua,” sapa Viola begitu sampai di meja.
“Halo,” balas mereka.
“Gini kan ga sepi lagi,” kata Ale saat Viola duduk di sebelahnya.
Viola diam memandangi wajah sahabatnya. “Kalau nangis jangan setengah-setengah,” ucapnya.
“Gua tahu lu lagi ada problem. Ga mungkin lu ngajak gua ke sini kalau ga ada masalah,” tambah Viola yang sudah tahu perangai sahabatnya.
“Hehe, tahu aja lu,” kata Ale dengan senyum kikuk.
“Ada apa?” kini Gabriel yang bertanya.
“Biasa, ni anak satu kalau ga galau ga makmur hidupnya,” jawab Viola.
“Apaan sih, Vi?” Ale tak terima dengan penuturan sahabatnya.
“Bener kan?” tanya Viola.
“Tapi bener sih.”
“Bu Waketos bisa galau?”
“Jangan lu pikir gua ga normal ya. Gini-gini gua juga hobi galau.”
“Modelan Ale aja bisa galau, apalagi gua,” ujar Viola sendu.
“Ga usah drama,” cibir Ale.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments