Seminggu berlalu setelah Gabriel menyelesaikan tugas di apartemen Ale hari itu. Akhir-akhir ini memang mereka berdua tengah sibuk dengan tugas sekolah maupun OSIS. Karena menjelang akhir tahun biasanya akan padat. Selain PAS, juga akan diselenggarakan acara classmeeting untuk jeda semester sebelum libur semester.
“Al, bareng gua, ya?” ajak Gabriel saat Ale tengah membersihkan peralatan tulisnya.
“Ga ngerepotin, Gab?” tanya Ale agak sungkan.
“Enggak sama sekali,” jawab Gabriel sarkas.
“Oke deh. Kebetulan mobil gua lagi di bengkel,” kata Ale mengiyakan ajakan Gabriel.
“Vi, gua pulang sama Gabriel, ya. Gapapa kan?” tanya Ale.
“Gapapa, gua juga lagi buru-buru nih. Tiba-tiba nyokap telfon,” jawab Viola.
“Gua duluan ya, Al, Gab,” ujar Viola berlalu meninggalkan kelas.
“Hati-hati,” teriak Ale pada Viola yang hanya dibalas acungan jempol olehnya.
“Temenin gua makan, ya,” pinta Gabriel saat mobil Gabriel sudah mulai keluar dari area sekolah.
“Ke mana?” tanya Ale sibuk dengan HP-nya.
“Ke Restoran Kelapa mau ga?” tanya Gabriel.
“Mau,” jawab Ale tanpa melihat ke arah Gabriel.
“Halo, Mbak,” sapa Ale begitu panggilan tersambung.
“Al pulang sama Gabriel. Tapi katanya mau ditraktir ke Resto Kelapa dulu,” kata Ale pada Mbak Ela.
“Hati-hati ya, Al. Pulangnya jangan kesorean. Nanti Ibu bisa langsung pulang kalau tahu anaknya kenapa-kenapa,” jawab Mbak Ela di seberang sana.
“Iya, siap, Mbak,” kata Ale kemudian mengakhiri panggilannya.
“Padahal mau gua ajak ke mall,” ujar Gabriel saat Ale sudah mematikan panggilannya.
“Next time aja.”
...****************...
Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit. Kini mobil Civic hitam milik Gabriel sudah terparkir dengan rapi di parkiran Restoran Kelapa.
“Mau makan apa?” tanya Gabriel begitu mereka sudah duduk di salah satu meja.
“Samain aja,” jawab Ale.
“Oke.”
Gabriel pun memesan dua porsi makanan yang sama. Tak lupa juga minumannya.
“Lu sering ke sini?” tanya Ale pada Gabriel.
“Lumayan,” jawab Gabriel yang kini sibuk dengan makannya.
Meski terbilang cuek bagi beberapa orang. Namun, Gabriel dan Ale sudah setahun ini saling mengenal. Anggap saja sejak mereka dilantik menjadi ketua dan wakil.
Di tengah-tengah Ale dan Gabriel yang sedang menyantap makan siangnya. Tiba-tiba saja ada seseorang datang menghampirinya.
“Alexa,” panggil seseorang itu.
“Kamu ke mana aja?” tanyanya pada Ale.
Sontak saja, Ale yang merasa tak asing dengan suara tersebut segera menoleh ke sumber suara. Berbeda dengan Gabriel yang tampak tenang dan santai menikmati makannya.
“Romeo,” gumam Ale.
“Hai,” sapa lelaki bernama Romeo itu.
Ale tampak menghela napas melihat Romeo berdiri di depannya. Ia merasa jengah bila harus berhadapan dengan manusia satu ini.
“Kamu apa kabar, honey?” tanya Romeo.
“Don’t call me honey, please,” tegas Ale.
“Why?” tanya Romeo merasa tak bersalah.
Lelaki berparas bule tersebut seakan enggan untuk menuruti permintaan Ale.
“Gua RISIH,” jawab Ale tegas tak terbantahkan.
“Oh, oke-oke. Sorry.”
“Ini siapa?” tanya Romeo saat menyadari adanya Gabriel di antara mereka.
“Dia pacar gua,” jawab Ale asal.
“Pacar?” beo Gabriel dan Romeo barengan.
Untuk beberapa detik semuanya hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. “Sejak kapan?” tanya Romeo memecah keheningan.
“Jadi itu alasan lu nolak perjodohan kita?”
“Itu juga alasan lu ga mau lanjut SMA di Inggris?” tanya Romeo penuh selidik.
“Bukan urusan lu. Tapi gua cuman mau bilang. Gua ga mau dijodoh-jodohin. Gua mau hidup bebas nentuin jalan hidup gua,” kata Ale.
“Gua harus gimana, Al biar bisa dapat hati lu?”
“Lu ga harus ngapa-ngapain. Cukup lu diem dan jangan usik hidup gua lagi,” tegas Ale kemudian beranjak dari duduknya.
“Gua peringatin sekali lagi sama lu. Gua ga suka dijodoh-jodohin.”
“Ayo, Gab. Gua udah ga selera makan,” ajak Ale.
“Wait, bayar dulu,” kata Gabriel.
“Udah gua transfer ke adminnya,” ujar Ale seraya berjalan meninggalkan meja.
Gabriel pun segera menyusul Ale yang semakin jauh dari pandangan mata.
...****************...
Sepanjang perjalanan pulang, baik Ale maupun Gabriel tak ada yang bersuara. Mereka sama-sama sibuk dengan pemikiran masing-masing.
“Gab.”
“Al.”
“Lu duluan,” ucap Gabriel mengalah.
“Lu duluan,” ucap Ale juga ikut mengalah.
“Tadi siapa?” tanya Gabriel.
“Dia cowok ga jelas yang selalu ganggu hidup gua,” jawab Ale.
“Terus masalah lu sama dia apa?” tanya Gabriel semakin penasaran.
“Gua ga ada masalah sama dia. Cuman, dia itu keras kepala. Gua ga mau sama dia, tapi dengan tidak tahu dirinya dia malah minta bokap gua sama bokap dia atur perjodohan kita,” jelas Ale.
“Oh.”
“Sorry, ya, Gab, soal tadi,” kata Ale lirih.
“No problem,” jawab Gabriel santai.
“Yang penting dia ga ganggu lu lagi,” lanjut Gabriel.
“Thank, Gab. Lu always ada saat gua butuh,” kata Ale pada Gabriel dengan senyum tulusnya.
“Jangan senyum kek gitu. Ntar gua diabetes,” goda Gabriel.
“Apaan sih?” tanya Ale memukul pelan lengan Gabriel.
Sekitar pukul 17.00, Ale sudah sampai di apartemennya. “Ga mampir, Gab?”
“Enggak deh. Lain kali aja,” jawab Gabriel.
“Oke. Thank, ya.”
“You are welcome. Gua pamit dulu.”
“Oke. Take care, ya. Kalau dah sampai kabarin.”
“Siap.”
Selepas itu, mobil Gabriel perlahan meninggalkan gedung apartemen White Jasmine. Kembali membelah jalanan menuju ke rumahnya di Perum Pancasila yang hanya berjarak sekitar dua puluh menit dari apartemen Ale.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments