Sudah hampir pukul 12.00 malam. Avan terus menanti Kayla dengan cemas. Hujan tak juga kunjung reda. Avan hanya mondar mandir di ruang tamu. Pria berambut gondrong itu menyisir rambutnya ke belakang dengan jari. Cemas dan gelisah tak lepas dari wajahnya. Avan terus menepis pikiran buruk di kepala. Namun, keadaan saat ini membuat Avan gusar.
Avan mengecek lagi gawainya. Mencoba menghubungi nomor Kayla meski pesan di aplikasi hijau yang terdahulu, jelas belum sampai dan masih terkirim.
"Kayla." Gumam Avan karena nomor Kayla tak aktif. Hari ini Kayla memang berangkat kerja menggunakan motor Avan di shift siang. Itulah sebabnya, Avan hanya menunggu dengan cemas di rumah.
Avan semakin tak tenang, melihat keluar jendela setelah menyibak gorden. Hujan masih deras mengguyur malam yang pekat.
"Aku nggak bisa diam saja. Jika terjadi sesuatu pada Kayla aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri." Gumam Avan makin gelisah.
Avan mengambil jaket dan kunci mobilnya. Memakai jaket dengan terburu lalu membuka pintu. Tepat di depannya, Kayla berdiri dengan tubuh yang basah dan kedinginan. Wajah Kayla sayu, tubuhnya bergetar karena menggigil.
"Kayla."
Avan langsung menuntun kayla masuk ke dalam rumah. Menutup pintu depan dan membawa istrinya ke kamar. Avan berjalan mendekati lemari, mengambil baju hangat Kayla dan meletakkannya di atas ranjang.
"Kamu ganti baju dulu, mas bikinkan teh hangat." Kata Avan memberi instruksi, setelah memastikan Kayla mengangguk, Avan keluar dari kamar Kayla dan menutup pintunya. Pria berambut gondrong itu merasa lega karena Kayla pulang. Meski belum sepenuhnya hilang kekhawatiran di hati Avan. Melihat Kayla pulang dengan keadaan basah, dan kedinginan, sudah tentu Avan sangat khawatir sesuatu telah terjadi pada Istrinya.
Setelah teh hangat siap di buat, dengan cepat Avan kembali ke kamar Kayla. Avan mengetuk pintu yang masih menutup rapat.
"La, mas masuk ya?"
Tak ada jawaban sama sekali, Avan mengetuk sekali lagi.
"La, udah selesai kan gantinya?"
Masih tak ada jawaban, Avan semakin merasa cemas jika sesuatu yang buruk sampai terjadi pada Kayla.
"La? Mas masuk." Ucap Avan lagi, lalu mendorong pintu hingga terbuka setengah. Mata Avan membola melihat Kayla meringkuk hanya dengan memakai pakaian dalam saja. Pakaian basah gadis itu teronggok di lantai. Avan bergegas masuk, meletakkan minuman hangat di atas nakas dan segera menghampiri Kayla.
"Kayla, kamu baik-baik saja?" Avan sangat cemas, ikut berjongkok dan memegang lengan atas Kayla. Menatap dengan pandangan khawatir pada gadis yang bibirnya mulai sedikit membiru.
Avan tau ada yang tak beres dengan Kayla. Avan menarik selimut dan membungkus tubuh Kayla dengan selimut itu. Lalu mengangkat tubuh Kayla hingga duduk di atas ranjang.
"La, sadar, La. Ini mas." ucap Avan semakin cemas tak karuan memandang Kayla.
Kayla menggigil kedinginan, dan meracau tak jelas. Hal itu membuat Avan semakin cemas.
"La, pakaian dalam mu basah, di lepas ya?"
Kayla mengangkat wajahnya dan menatap Avan, bibirnya bergerak seolah mengatakan sesuatu. Akan tetapi, Avan tak bisa menangkap apa.
"Kamu bisa kena hipotermia jika begini." Ucap Avan makin cemas dan frustasi, menyisir rambutnya ke belakang. Melihat tubuh Kayla yang menggigil meski sudah terbungkus selimut, Avan tau, pakaian dalam Kayla-lah penyebab tubuh istrinya itu masih menggigil.
"Maafin mas, Ila." Ucap Avan lirih, dengan sangat terpaksa, Avan memasukkan tangan ke dalam selimut yang membungkus tubuh Kayla. Melepas pakaian dalam yang basah tanpa perduli tatapan protes dari Kayla. Tapi, Kayla sendiri sudah tak mampu menggerakkan tubuhnya. Ia hanya bisa pasrah, terlebih, Avan berusaha agar tubuh Kayla tetap tertutup meski membantunya melepas pakaian yang basah.
"Minum teh hangat dulu," ucap Avan melangkah mengambil minuman hangat yang tadi dia siapkan untuk Kayla. Avan mengambil satu sendok, meniupnya agar panasnya tak melukai lidah Kayla. Setelah mengetes suhu teh di sendok, Avan mendekatkan ke bibir Kayla dan membantunya minum. Sampai beberapa tegukan berhasil masuk ke dalam tubuh Kayla.
Kayla masih tampak menggigil, Avan berdiri mengusap lagi rambutnya ke belakang dan berfikir. Apa yang harus dia lakukan agar Kayla terhindar dari hipotermia. Terlintas di benaknya untuk menghangat tubuh Kayla dengan suhu tubuhnya. Tapi, dengan cepat Avan menggeleng. Ia masih memikirkan perasaan Kayla, walau mereka pasangan suami istri, tetap saja tak mungkin dia lakukan jika hati Kayla saja belum menghendakinya.
Avan pun mengambil minyak angin. Lalu duduk di hadapan Kayla.
"Berikan tanganmu. Biar mas Balur tangan mu dengan minyak."
Kayla mengeluarkan tangannya, dengan cepat Avan membalur tubuh Kayla dengan minyak. Lalu berganti ke kaki Kayla, dapat Avan rasakan kaki dan tangan Kayla yang dingin. Pikiran Avan mulai diliputi rasa takut. Ia tak ingin kehilangan Kayla dengan cara seperti ini. Usai membalur minyak, Avan memeluk tubuh Kayla yang masih berbungkus selimut agar Kayla tetap merasa hangat. Tapi, itu tak bekerja dengan maksimal.
"Ila, maafin mas, mas harusnya bisa menjaga kamu. Mas bodoh, kenapa tidak menyusulmu, hanya menunggu dengan gelisah di rumah. Sementara kamu kedinginan di luar sana. Maafin mas, La."
Kayla masih meracau, dan menggigil. Tak ada pilihan lain kecuali menyalurkan panas tubuh Avan ke Kayla.
"Maafkan mas, mas akan lebih menyesal jika hanya melihatmu terus menggigil dan terjadi hal yang lebih buruk." Gumam Avan, lalu melepas kausnya.
Avan menutup matanya, lalu menyibak selimut yang membungkus tubuh istrinya. Dengan cepat memeluk dan membungkus tubuhnya dan tubuh Kayla dengan selimut yang sama.
Beberapa menit kemudian, Kayla membuka matanya, tubuhnya terasa sangat hangat dan nyaman. Di depannya Kayla dapat melihat dada seseorang. Kayla mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang sudah memeluknya senyaman dan sehangat itu. Wajah Raize tampak melekuk mengukir senyum padanya. Melihat pria yang sangat di rindui ada didepan mata membuat Kayla ingin menangis. Tangan Kayla terangkat menyentuh pipi pria di depannya.
"Aku sangat merindukanmu," racau Kayla,"kenapa pergimu sangat lama."
Kayla terus menatap intens pria bermata biru dihadapannya. Tangan Kayla masih setia melekat di pipi lelaki itu.
"Aku merindukan mu... Raize..."
Wajah Kayla semakin mendekat, dan menautkan bibirnya. Mengulum bibir pria yang dia anggap Raize, tanpa tau setiap patah kata yang dia ucapkan telah mematahkan hati suaminya.
Mau sehancur apapun hatinya, Avan tetap menyambut Kayla, tetap memberikan gadis itu kehangatan dan kenyamanan. Mau sesakit apapun hati Avan di anggap sebagai kekasih istrinya. Ia tetap tak ingin menghancurkan bayangan Kayla. Melihat wajah bahagia Kayla beberapa saat yang lalu, meski bukan dirinya, Avan senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Elisanoor
emng ada yg begini kah perempuan 😆
2023-10-29
0
Betty Fatimah
yang sabar ya mas ee........
2023-10-21
0
Bang degol
bungkus aja deh thor si avan buat aku aja yg begini mlh di sia"in kelamaan ntar nyesel kmu ila ku gondol si avan hahahaha (ketawa jahat 😈😈)
2023-10-21
0