bab4

Kayla mengambil gawainya, dan mulai menghubungi Avan.

("Assalamualaikum,")

"Wa'alaikum salam, mas ini kok amplopnya ada dua?" Tanya Kayla.

("Kan memang buat dua kebutuhan, La. Rumah, dan Kayla.")

"Tapi, yang kemarin masih sisa seratus ribu mas."

("Itu nggak sisa, La. Maaf, ini pertama kalinya buat mas. Kemarin mas nggak ngitung nafkah buatmu juga. Mas pikir itu cukup, tapi kamu masih punya kebutuhan untuk beli baju dan lain sebagainya. Maaf ya La, mas dah lalai. Bulan ini mas lebihkan untuk nafkahmu yang bulan lalu.") Jelas avan dari seberang sana.

"Kayla nggak perlu nafkah dari mas, Kayla dah kerja mas." Ucap Kayla tak enak hati.

("Kamu baru kerja seminggu, La. Udah, terima nafkah dari mas, itu kewajiban suami.")

Kayla tak ingin mendebat lagi suaminya. Kayla mengiyakan dan segera memutuskan sambungan telpon karena ia harus segera berangkat. Kayla menyimpan uang pemberian Avan terlebih dahulu, lalu menggunakan ojek online untuk berangkat kerja.

***

"La, kamu jangan pake ojek online lagi."

"Kenapa mas?" Kayla menghentikan sejenak menyendok nasi ke piring Avan, memandang suaminya. Lalu menambah satu centong lagi kepiring Avan.

"Pake motor di garasi aja. Kelamaan di sana nanti malah rusah lagi karena nggak pernah di pake." Ucap Avan menerima sepiring nasi dengan lauk bandeng goreng dan sambal mentah. Avan lalu menambahkan beberapa daun selada dan lalapan di piring nya.

"Iya mas, lain waktu Kayla pake. Anggap aja kalau Kayla pake ojek online, skalian berbagi rejeki. Manatau mereka ada yang belum dapat orderan." Ucap Kayla tanpa terkesan menolak.

Hidup bersama Avan sedikit banyak membuat Kayla mengerti, suaminya itu senang berbagi tanpa merendahkan orang lain. Berbagi rejeki tanpa membuat si penerima merasa seperti pengemis. Ya, Avan memilih berbagi dengan cara membeli atau menggunakan jasa meski ia tak butuh.

Avan tersenyum mendengar penolakan Kayla. "Ya sudah, terserah kamu saja, La. Kalau mau pake motor, pake aja. Kalau kamu butuh mas buat jemput, telpon mas."

"Iya mas, Kayla tau. Makasih ya."

Seusai makan malam bersama, Avan kembali lagi ke resto. Ia masih memiliki beberapa pekerjaan dan kontrol di sana. Tinggallah Kayla sendiri di rumah. Kayla menggunakan kesempatan itu untuk menyetrika baju Sembari menonton televisi di ruang keluarga. Gadis cantik itu menonton drama Korea, beberapa kali ia terkikik karena adegan konyolnya.

Suara dering gawai nya menjerit-jerit, Kayla bergegas mengecilkan panas setrika. Lalu menjawab panggilan dari Avan.

"Assalamualaikum, ada apa mas?"

("Wa'alaikum salam, Kayla belum tidur?")

"Belum, masih nonton Drakor, mas."

("Mas mau otewe pulang, kamu mau dibeliin sesuatu, nggak?")

"Apa ya? Kita kan udah makan malam, mas. Masih agak kenyang."

("Minuman anget mau nggak?")

"Minuman anget apa, mas?"

Avan terdiam seperti sedang berfikir.("Ronde mau?")

"Terserah mas aja." Pada dasarnya, Kayla tak begitu menginginkan nya, tapi tak enak juga untuk menolak niat baik sang suami.

("Ya sudah, mas tutup telponnya. assalamualaikum.")

"Wa'alaikum salam."

Kayla menghela nafas, dan kembali duduk di depan tv. Melanjutkan lagi aktifitas menyetrika nya.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 malam. Kayla melirik jam di atas televisi. Harusnya, Avan sudah kembali, Kayla mengecek gawainya. Tak ada satupun pesan ataupun panggil dari Avan. Walau ia masih belum memiliki rasa pada pria berambut gondrong itu, namun Kayla tetap merasa khawatir juga. Walau bagaimanapun, mereka tinggal serumah, makanpun juga bersama. Rasa khawatir adalah hal yang wajar.

Kayla menekan kontak Avan, mengetik, lalu hapus. Mengetik lagi, hapus lagi, mengetik lagi, hapus lagi. Akhirnya Kayla meletakkan gawainya agak jauh dari tempatnya duduk menonton televisi. Mencoba fokus pada benda kotak di depannya.

Tak lama terdengar suara deru mesin mobil terparkir di garasi. Kayla hapal betul itu suara mobil Avan. Kayla bangkit dari duduknya, lalu membuka pintu. Avan sempat tertegun melihat Kayla membuka pintu untuknya, merasa benar-benar pulang ke rumah dan memiliki keluarga.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikum salam." Jawab Kayla reflek mencium tangan suaminya. Kayla tak menanyakan apapun, walau sesungguhnya ia ingin tau kenapa Avan sangat terlambat.

Begitu masuk, Avan mengunci pintu dan meletakan bungkusan yang dia beli di atas meja tengah. Tivi masih menyala, Avan tau Kayla tadi menonton tivi.

"Mas bawa apa?" Tanya Kayla akhirnya, karena merasa cukup canggung dalam keheningan mereka.

"Liat aja, La." Ucap Avan lalu berjalan ke dalam,"Mas, mau bersih-bersih badan dulu."

"Udah malam mas, nggak usah mandi."

"Nggak mandi, La. Cuma basuh muka dan tangan." Sahut Avan terdengar suara nya yang menggema di kamar mandi.

Kayla duduk di kursi, melihat acara televisi yang sempat ia tinggalkan lagi. Aroma manis menguar dari dalam kantong yang tadi di bawa suaminya. Ingin lihat, tapi Kayla hanya melirik bungkusan itu. Beberapa kali hatinya mendorong untuk melihat apa yang Avan bawa, namun, sekali itu juga Kayla menekan keinginannya. Ia harus tahan, tapi, aroma manis itu terus menggoda perut Kayla.

Kayla mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya meraih plastik di atas meja. Kayla terlonjak, Avan tiba-tiba duduk di sisinya. Rambut gondrong yang kini di biarkan begitu saja sedikit basah. Wajah Avan tampak semakin jelas, alis tebal, hidung Bangir, dan bibir alami yang tak tersentuh asap nikotin.

Ada yang berdesir di diri Kayla. Gadis itu langsung mengalihkan pandangan dari suaminya. Tangannya tetiba terasa gemetar, dan jantungnya berdetak tak sehat.

"Kayla, ada apa denganmu? Apa kamu lapar? Lemas sampai seperti ini?" Gumam Kayla pada dirinya sendiri. Ia sendiri yakin jika tak mungkin akan berpindah hati secepat itu. Hatinya, masih terisi oleh Raize.

Avan mengambil bungkusan di tangan Kayla Karena gadis itu hanya terbengong. Kayla seketika menoleh pada Avan yang tersenyum padanya.

"Biar mas aja." Ucap Avan, lalu mengeluarkan dua bungkus ronde dan memindahkannya ke mangkuk kecil."Nih, punya mu." Sambungnya menggeser mangkuk ke sisi Kayla.

"Itu apa, mas?" Tunjuk Kayla pada bungkus plastik yang sedari tadi menguar aroma manisnya.

"Kecium nggak? Masak nggak tau?" Avan meraih plastik yang satu lagi lalu mengeluarkan isinya dan membuka kotak.

"Martabak."

"Yang ini spesial La, karena pake isian nangka dan jagung." Ucap Avan mengambil sepotong dan mendekatkannya ke mulut kayla.

Kayla terdiam menatap wajah suaminya yang mengukir senyum. Mulut kAyla perlahan terbuka, menggigit potongan martabak yang Avan suapkan.

"Enak?"

"Enak mas." Jawab Kayla mengunyah perlahan, " mas beli di mana?"

"Itu menu baru di kopi manis." Jawab Avan menyuap martabak sisa gigitan Kayla ke dalam mulutnya sendiri."Tadi mas bikin itu dulu sebelum pulang."

"Ini mas yang bikin?" Tanya Kayla tercengang.

"Jangan kamu kira, mas cuma tau suruh-suruh aja." Kekeh Avan mencubit hidung Kayla.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

aaaaaaaa
Mauuu.....
mauu martabak.......
yg isian nangka blm ada di desaku...🤣👍🤤

2023-05-08

0

Rini Utya

Rini Utya

ya Allah beruntung kali si kayla dpt suami yg kek gitu... jangan disia"kan kay....

2023-04-11

0

Nurmalia Irma

Nurmalia Irma

aku bayangin avan kayak rangga azof thoor 😍

2023-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!