bab 3

Kayla memandang gedung-gedung pencakar langit. Menghirup lagi udara kota yang lebih banyak polusi daripada di desa yang asri. Hampir setiap sudut kota itu menyimpan kenangan tentang Raize. Kayla lebih menata hatinya, menyiapkan hati untuk melihat kembali hal-hal yang membuatnya terkenang pria bule bermata biru itu.

Mobil yang Kayla tumpangi memasuki sebuah halaman rumah sederhana berlantai satu. Rumah minimalis berpagar hitam yang akan menjadi tempat tinggalnya di masa depan. Rumah itu sedikit mengingatkannya pada rumah yang pernah dia sewa bersama Raize.

"Aahh, Raize, kenapa lagi-lagi aku terpikir olehnya." Gumam Kayla dalam hati. Kayla mengalihkan pandangannya matanya pada pria berambut gondrong yang di ikat asal, yang sedang memarkirkan mobilnya di garasi.

Avan tersenyum tipis pada istrinya.

"Ini rumah kita." Ujar Avan setelah mereka berada di teras berlantai keramik hitam itu. Avan meletakkan beberapa tas dan kardus bawaan dari kampung di samping Kayla berdiri."Ayo masuk."

Avan membuka pintu depan. Aroma pengap menuap karena sudah hampir satu tahun lamanya rumah itu di biarkan kosong. Hanya sebulan sekali rumah itu di bersihkan oleh tukang yang Avan sewa.

"Maaf ya La, mas belum sempat bersihin rumah, tukang yang kemarin meninggal dua bulan lalu."

"Nggak papa mas, bisa Kayla beresin ntar." Ucap Kayla memandang setiap sudut ruang tamu yang mulai di hiasi sarang laba-laba di beberapa sudut.

"Ayo, La. Mas ajak berkeliling rumah dulu, nggak gede kok, kamu nggak akan capek." Ucap Avan berjalan mendahului. Pria itu mulai menunjukan dapur, kamar mandi halaman belakang ruang khusus sholat dan juga kamar.

"Ini kamarmu, kamar ku ada di seberang." Terang Avan sembari meletakkan tas milik Kayla. "Aku tau kamu pasti belum merasa nyaman untuk tidur sekamar dengan ku. Tapi,, jika nanti kamu sudah siap, kamarku tidak pernah di kunci. Atau... Kamu bisa memintaku kemari."

"Terima kasih, mas."

"Aku hanya ingin membuatmu merasa nyaman." Ucap Avan tersenyum damai, "untuk kamar kita bersihkan sendiri-sendiri. Nanti kalau sudah selesai kita bisa selesaikan sisanya bersama. Ini rumah kita, jangan membebani dirimu." Sambung Avan sebelum dirinya keluar dari kamar Kayla.

Kayla menatap punggung milik pria berambut gondrong yang di kuncir sembarang itu. "Mas Avan baik, dia juga tampan. Aku pasti bisa mencintainya lambat laun..."

"Dan melupakan Raize..." Gumam Kayla lirih pada dirinya sendiri.

Setelah Kayla dan Avan membersihkan kamar masing-masing. Mereka lalu bekerja sama membersihkan seluruh rumah, membersihkan debu di bagian atas dan juga jendela. Lalu Kayla menyapu dan Avan mengepel lantai. Sampai siang menjelang, perut keduanya sampai berbunyi di waktu yang bersamaan. Kayla tersenyum dan Avan terkekeh, lalu keduanya larut dalam tawa yang sama.

Untuk mengganjal perut, Avan memesan jasa pesan online. Dan menyantapnya di atas lantai yang belum sempat mereka pel. Meski hanya makan nasi goreng, kedua bisa menikmati kebersamaan. Lalu melanjutkan pekerjaan yaang sempat tertunda hingga menjelang sore.

"Mas, kita nggak ada persediaan buat masak." Ucap Kayla seusai membersihkan isi kulkas.

"Masih kuat belanja nggak?" Tanya Avan dari depan membawa alat pel untuk di simpan lagi di belakang rumah.

"Masih sih, mas."

"Ya udah, ganti baju, terus kita belanja."

Avan membawa Kayla ke sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkemuka di kota. Dalam perjalanan ke swalayan, Kayla dan Avan menyempatkan diri mengunjungi toko baju.

"Itu bagus, La." Ucap Avan melihat gamis sambung berwarna toska."Bisa buat ikut kajian juga."

Avan mengedarkan pandangannya, melangkah ke sudut toko dan kembali lagi dengan membawa jilbab berwarna senada. "Nih, cocok banget kalau sama ini." Ucapnya menempelkan jilbab ke gamis.

"Mahal, mas." Kata Kayla melihat tag nya.

"Nggak sampai 800ribu kok."

"Nggak usah, sayang, mas." Ucap Kayla.

"Coba dulu deh."

"Nggak usah mas."

"Coba dulu." Avan memaksa. Akhirnya Kayla berjalan dengan membawa gamis ke ruang ganti. Setelah menggantinya, Kayla keluar berdiri di depan Avan yang menunggu.

Avan tersenyum, dan mendekat. Memasangkan jilbab di kepala Kayla. Lalu mengacungkan dua jempol nya.

"Mas mau Kayla pake jilbab?"

"Mas tau ila mungkin belum siap. Jadi, pakai aja kalau pas kita keluar rumah. Di mall misalnya, mas kek nggak rela rambut ila di lihat pria lain." Ucap Avan tersenyum menandang wajah Kayla.

Kayla ikut tersenyum, ia tak merasakan getaran apapun. Jika ia mencintai suaminya kini, pastilah wajahnya sudah bersemu merah mendengar ucapan Avan. Tapi, ia hanya merasa tak nyaman. Pikiran Kayla masih terpaut pada Raize.

Akhirnya, Kayla, keluar dari toko dan membeli tiga gamis beserta jilbabnya. Tentu saja, Avan yang membayar, karena jatah bulanan Kayla siapkan untuk keperluan dapur.

Setelah membeli beberapa bahan makanan. Pasangan muda itu kembali ke rumah tak lupa mereka mampir sebentar ke resto milik Avan. Di kota sendiri Avan sudah punya dua, satu kafe kopi Manis dan satu resto Ndeso. Menyempatkan untuk sekedar mengisi perut sebelum pulang. Begitu sampai di rumah, Kayla langsung menata isi kulkas dan tidur begitu selesai. Karena memang ia sangat kelelahan karena seharian membereskan rumah.

Satu Minggu berlalu, Kayla pun sudah mendapat pekerjaan di salah satu RS tak jauh dari rumah. Hari itu Kayla masuk shift siang, sehingga setelah selesai membuat sarapan untuk Avan, ia kembali tidur. Lalu baru bangun sebelum Zuhur.

Kayla mengerjab, melihat jam di dinding kamar. Kayla mengucek matanya, dan mengecek gawainya. Ada beberapa pesan dari rumah sakit, dan pesan dari suaminya. Kayla duduk terbangun dan membaca pesan dari Avan.

("La, nafkah bulan ini mas letak di bufet ruang tengah.")

Hanya itu, tak ada pesan lain dari Avan. Setelah menjawab ok, Kayla bergegas mandi sekalian mengambil wudhu untuk menjalankan sholat Zuhur nya.

Kayla menatap wajahnya di cermin, ia memang masih belum memakai penutup kepala. Avan memang pernah membelikannya jilbab dan gamis. Namun, tak sekalipun Kayla pernah memakainya. Bahkan saat mengikuti kajian bersama sang suami.

Kayla mengambil tas kerjanya, lalu berjalan keluar kamar. Kayla teringat pesan dari Avan saat ia melewati ruang keluarga. Kayla melangkahkan mendekati bufet, lalu mengambil amplop di sana. Dahi Kayla mengernyit, ada dua amplop. Kayla membaca tulisan di luarnya. Jatah bulanan dan satu amplop lagi bertuliskan nafkah Kayla.

Gadis itu tertegun, kenapa Avan membedakan jatah bulanan dan nafkah untuknya. Kayla membuka amplop jatah bulanan, nominal yang sama seperti bulan lalu. Menurut Kayla, itu sudah sangat banyak. Bulan kemarin saja masih bersisa, sangat cukup untuk kebutuhan dapur dan dirinya. Meski begitu, Kayla mencoba membuka amplop nafkah untuknya. Mulut Kayla melebar, menghitung uang di dalamnya.

Terpopuler

Comments

Elisanoor

Elisanoor

mo nyari yg gmn lg ???

2023-10-29

0

Raden Ajeng Safitri

Raden Ajeng Safitri

kurang apa coba,,,sisain satu untukku Thor yg ky Avan

2023-10-13

2

abdan syakura

abdan syakura

Hadeehhhh Kay..
Bersyukur lah......

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!