BAB.5

Setelah mengetahui mas Edi menikah lagi rasanya duniaku sudah tidak ada. Ternyata mertuaku baik hanya karna ada maunya selama ini. Aku terlalu di butahkan dengan kebaikan mereka. Ternyata mereka tak ubahnya singa berbulu domba.

  Pulang di rumah sebelum mas Edi mencegahku. Poligami dengan alasan dia sudah mampu. Mampu dari langit ketujuh dia saja uang nafkah tidak di berikan sama saya. Selama tiga bulan mereka menikah selama itu pula saya tidak di beri uang nafkah.

  Pantas saja rumah tidak di renovasi alasannya di pake kuliah. Padahal uangnya untuk istri barunya. Sangat hebat memang. Dia kiranya akan menangis bila dia sama yabg lain. Ternyata benar kata Nuri tidak semua orang baik itu baik.

  Sesampainya di rumah saya suruh bi Ija berkemas. Saya akan pindah di rumah yang sudah ku beli. Letaknya sangat dengan kantorku bekerja. Saya beli rumah ini sebelum menikah dan tidak pernah bilang sama mas Edi. Takutnya dia merasa lebih unggul darinya. Tak berselang lama semuanya beres.

  "Bi cabut semua colokan ya. Takutnya ada yang kelupaan kulkas, televisi, dispenser, kompor lepas gasnya, lampu semua matikan jangan ada yang di hidupkan."

Setelah itu kami pergi dari rumah enak saja dia mau tinggal di rumah ini. Rumah hasil kerja kerasku dan tak ada uang di dalamnya. Jangan salahkan aku bertindak lebih bodoh dari biasanya. Bukannya orang bodoh akan lebih pura pura bego tepatnya.

  Setelah meninggalkan rumah yang kami huni selama setahun ini. Aku mampir ke minimarket untuk belanja kebutuhan bi Ija dan kebutuhan ku yang kebetulan habis. Stock makanan masih ada yang ikut serta dari rumah tadi. Setelah belanjaan kami memenuhi keranjang kami mengantri ke kasir.

  Di rumah ini sekarang meratapi nasib. Gimana aku bisa di bohongi.

  Bi Ija membersihkan dapur. Dia baru saja selesai masak. " Bu makan sudah ada di meja makan."

"Bi makan duluam saja. Saya masih tunggu teman."

  Saya sudah kabar Nuri. Malam ini dia akan datang sini. Aku mau menceritakan semuanya. Tak berselang lama dia tidak datang sendiri melainkan ada Fajar sama Tio juga yang ikut serta.

"Nayla...." Mereka memelukku sangat erat. "Kamu tidak apa apa kan..."

"Tidak kok saya hanya sakit hati..."

"Gimana tadi. Cantik nggak wajahnya pelakor itu.."

"Intinya tidak secanti aku..."

  Mereka hanya terkeke... " Ayo makan dulu kebetulan bi Ija sudah masak."

  Selesai kami makan kami berdiskusi hangat untuk menjatuhkan keluarga yang tidak tau malu. "Gimana kalau kamu lapor saja sama pak Bara. Sesuai aturan kotrak yang tertera pada poin 7. Bahwa semua karyawan yang sudah berkeluarga baik laki laki maupun perempuan tidak di perbolehkan selingkuh ataupun poligami. Jika ketahuan maka pasangan masing masing bisa melapor ke atasan ( DIREKTUR ). Jika terbukti pelaku atau oknum bisa di pecat secara tidak terhormat."

  "Benar... Na. Lagian suamimu itu sok sok an mau punya istri dua dan dia sering datang terlambat bahkansering izin keluar kantor sebelum jam istrahat. Lagian ni ya pak Bara pasti bisa bantu.."

  Saya menimbang nimbang keputusan apa yang harus saya ambil. Jika di biarkan saja mas Edi semakin frontal dan semaunya sendiri. "Tapi saya belum ada bukti untuk saat ini."

  "Kamu gampang saja Na. Kamu pergi kerumah mertuamu dan kamu korek informasi pasti itu bini barunya masih tinggal di sana. Kamu tinggal nyalakan kamera hpmu. Atau tidak aku temani lah..." Nuri menawarkan diri. Setelah di pikir pikir boleh juga. Siapa tau aku menemukan bukti yang lebih akurat yang bisa ku gugat di pengadilan.

  "Oke besok pulang dari kantor kita kerumah calon mantan mertua.."

  ....hahahhaha.....

"Ternyata si bucin sudah insaf. Sudah dapat hidaya rupanya." Mereka meledekku. Setelah itu mereka pamit pulang mereka siap membantu. Ternyata apa yang mereka maksud itu terbukti. Kenapa aku terlalu percaya sama kamu mas...

  Bohong jika saya tidak sakit hati. Hanya saja berusaha mengabaikannya agar saya tidak dianggap lemah. Aku mencintainya sehingga apapun yang di minta orang tuanya selalu ku berikan. Tak mungkin aku mencintai anaknya tapi membenci orang tuanya. Melani juga sudah kuanggap adik aku sendiri tapi mereka tega berbuat sesakit ini sama aku.

  Ke esokan paginya seperti biasa sarapan terlebih dahulu sebelum ke kantor. "Ni sarapannya bu..."

"Iya bi... Silakan bi juga sarapan bersama." Bi Ija seumuran ibu mertuaku.

  Sesampainya di kantor di kejutkan keberadaan mas Edi di ruanganku. Tampa aba aba dia langsung menyerangku..

  Plakkk.... Plaakkk

"Dasar... Istri durhaka kamu. Mau jadi apa kamu pergi dari rumah. Kamu mau tau kenapa aku menikah lagi karna itu salahmu tak pernah memberiku anak."

  Dengg... Tamparan nya kali ini benar benar membuatmu akan membusuk di penjara dalam ruanganku terdapat CCTV. Aku hanya tersenyum kecut menanggapi rancaunya. Saya tidak ingin menggubris apa yang dia katakan. Aku keluar ruangan sambil menangis biar saja orang tau kalau suamiku ringan tangan. Selama ini dia tidak pernah menyentuhku.

  "Loh mbak Nayla kenapa menangis..?"

Semua karyawan berkerumun.

"Pak Edi masuk dalam ruanganku sambil memukulku.."

  "Siapa yang melakukan tindakan kekerasan di kantor saya."

  Semua menoleh ke sumber suara itu. Pak Bara datang menghampiri kami. "Yang lain bubar sisakan beberapa orang saja. Yang lain ke kubikel masing masing..

  "Alina bawa Nayla keruangannya. Pak Edi ikut keruangan saya." Mau tak mau Edi mengekor di belakang bosnya. Sesampainya di ruangannya Bara mencecar Edi dengan berbagai pertanyaan.

  "Pak Edi kenapa anda melakukan kekerasan di kantor saya. Ingat ini kantor bukan rumah anda."

"Saya tidak melakukan apa pun pak hanya saja istri saya berlebihan menanggapinya."

  "Ohh iya... bagaimana dengan rekaman CCTV ini apakah ini orang lain bukan anda.?"

  Sialan ternyata di ruangan Nayla ada CCTV nya kenapa aku ceroboh. Kalau begini sudah pasti gali kuburan sendiri. "Jawab....!" Bara sedikit membentaknya.

  "Gini pak istri saya selingkuh. Saya cemburu dia tadi malam pergi kehotel bersama pria lain. Gimana saya tidak emosi jika saya sebagai suami tidak di hargai istri sendiri.." Edi membuka kebohongan baru lagi untuk melindungi kesalahannya.

"Kalau begitu saya minta bukti pak Edi. Saya tidak ingin menanggapi kalau tampa bukti. Apakah kamu berani membuktikannya.?"

  "Saya tidak ada bukti pak. Tapi saya yakin istri saya berselingkuh. Coba bayaangin bapak berada di posisi saya."

  "Jangan suruh saya bayangin berada di posisimu karna saya tidak akan menjadi kamu."

  "Saya minta bukti bukan bualan semata. Kalau hanya bualan saja,saya rasa anak kecil pun bisa melakukannya."

  Edi mendengar jawaban atasannya itu naik pitam. Tapi dengan cepat dia kendalikan karna dia tidak mungkin melakukan kekerasan sama atasannya yang ada dia berakhir dalam bui.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!