Setelah Bara kembali keruangannya dua wanita itu tertawa terbahak bahak. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba tawa mereka pecah. Mengiringi kepergian bos mereka.
Selesai makan kembali keruangan masing masing. Nayla kembali bekerja sambil memeriksa beberapa file yang sudah menumpuk di mejanya. Tiba tiba ada yang mengetuk ruangannya dari luar.
"Masuk..."
Alina mendapat izin dari dalam langsung masuk. "Ibu di panggil sama pak Bara di ruangannya."
"Iya saya segerah ketemu beliau." Tumben direktur memanggilnya biasanya tidak. Paling hanya saya yang keruangan untuk menyerahkan berkas berkas penting. Apa mungkin beliau tersinggung tadi.
Setelah mengetuk pintu ruangannya aku di perbolehkan masuk.
"Silakan duduk bu Nayla..."
Saya duduk kursi di depannya. "Ada apa yah pak.? Atau ada yang harus saya kerjakan.?" Tanyaku hati hati.
"Pak Edi tidak masuk bekerja. Apa kamu tau alasannya." Dia menatapku tajam.
"Aduh...! Aku harus jawab apa. Kalau saya jawab tidak tau. Tuanya aku sumai istri. Gimana ini aku mau jawab apa..."
"Sudah bisa di jawab pertanyaan saya bu."
"Eh... ammm... itu pak."
"Jawab yang benar. Jika kamu tidak tau alasannya yah sudah kamu bilang tidak tau." Tegasnya.
"Saya tidak tau pak. Katanya dia ada urusan di tempat lain."
"Baik. Silakan kembali keruangan anda.!"
Iya ya mas Edi kemana yah. Slalu izin tidak masuk kerja jika sudah gajian. Gajinya juga tidak di kasih ke aku. Rumah mertua di renovasi apa mungkin selama itu. Kecuali mungkin bikin rumah baru. Nanti pulang kerja baru saya cek kerumah mertuaku. Uang bulanan mertuaku juga selalu aku kasih.
Jam pulang sudah tiba. Semua orang berlomba lomba meninggalkan kubikel masing masing. Rindu anak istri. Rindu kamar. Pokoknya semua pulang pasti ada alasan. Kalau tidak ada alasan untuk pulang bukan hidup namanya.
"Nayla aku ikut di rumahmu ya.?"
"Ya udah ayo. Tapi aku mau mampir dulu kerumah mertuaku. Sudah lama aku tidak kesana."
"Ya udah ayo...!"
Akhirnya aku di temani Nuri kerumah mertuaku. Aku juga sudah rindu sama mertuaku. Dia sangat baik sama aku. Stengah jam perjalanan aku sudah memasuki kompleks rumah mama mertua. Singgah beli minuman dingin aku haus sekali. Di warung mpok Siti.
"Nayla sudah lama tidak muncul. Makin cantik saja." Sapa mpok Ati.
"Biasa bu. Sibuk soalnya di kantor."
"Nayla sudah cantik baik pula. Sudah mengizinkan suaminya menika lagi. Wanita surga lah intinya."
"Suamiku tidak menika bu ibu. Saya juga tidak mengizinkannya."
"Loh.... Tapi..."
"Hus.... Mau beli apa Nayla.."
"Minuman dingin. Sampai lupa."
Setelah membeli munuman dingin kembali masuk dalam mobil. Lumayan untuk nyegarin tenggorokan.
"Nayla...."
"Hummm..."
"Kayaknya kamu sudah di tipu sama suamimu sendiri." Soalnya ibu ibu tadi ngomong gitu..."
Aku berfikir sejenak. Apa iya suamiku main serong dengan wanita lain. Tapi rasanya kok tidak mungkin ya. Dia tidak menunjukan tanda tanda kok selama ini.
"Kok kamu bengong sih...? Kamu mau tau....?"
"Jujur Nur saya tidak percaya sama ibu ibu tadi. Jujur mertuaku itu orang paling baik tau. Mereka baik sama aku. Tidak mungkin mengizinkan anaknya mau menikah lagi." Jawabku antusias mematahkan pendapat mereka. Saya tidak mau termakan omongan orang lain yang tidak memiliki bukti. Bisa saja mereka iri membuat rumah tanggaku menjadi hancur. Bukannya dalam rumah tangga itu saling percaya sama pasangan masing masing.
Nuri menghela nafas kasar. "Terserah kamu lah. Tapi apa salahnya kamu menyeledikinya terlebih dahulu."
"Iya nanti saja ayo turun sudah sampai." Ajak ku. Kami beriringan masuk kerumah mertua.
"Rumahnya kok tidak di renovasi. Katanya mau renovasi rumah kok ini tidak ada yang berubah." Batinku..
"Salamualaikum..."
"Walaikum salam..."
"Nak kapan datang.? Kok tidak kabarin ibu dulu."
"Iya sepulang dari kantor bu. Saya mau liat rumah ibu sejauh mana di renovasi."
"Ehh... Itu Nayla uangnya di pake bayar kuliah adik kamu." Jawabnya terbata bata.
"Loh.. Bukannya dia kuliah peke bea siswa bu."
"Nayla ibu habis bikin puding. Ayo masuk cobain pudingnya." Mertua dia mengalihkan pembahasaan.
"Bu aku ke kamar dulu ya.?" Izinku
"Ehh...Jangan..."
"Kok jangan bu. Aku mau ambil barang ku yang ketinggalan."
"Itu.. Kunci kamarnya hilang.."
Dengan rasa kecewa akhirnya aku duduk kembali di sofa. Sementara Nuri hanya diam entah mungkin dia masih mengamati keadaan karna baru mampir kerumah mertuaku.
Selesai berbasa basi saya izin pulang. Karna di rumah pasti mas Edi sudah menungguku. "Bu aku pamit dulu ya. Soalnya mas Edi di rumah."
"Iya lain kali kalau mampir kabarin dulu ya."
Setelah pamit kami masuk mobil. "Nayla kamu tidak curiga sama mertua kamu.?"
"Tidak biasa saja Nur. Hanya kamu belum mengenalnya dengan baik. Dia itu sosok ibu yang penyayang tau."
"Sebaiknya kamu hati hati Nayla orang baik itu belum tentu baik loh."
"Apaan sih kamu Nur. Kamu tidak senangya kalau mertua aku baik."
"Bukan gitu Nay tapi alangkah baiknya kamu waspada."
Saya tidak jawab ocehannya. Menurutku dia cuma iri dengan kerukunan keluargaku. Maklum dia suka baca novel yang mertuanya jahat makannya dia over thingking duluan. Jadi apa apa dianggapnya bercanda. Selama setahun menikah saya di perlakukan dengan baik. Saya tidak pusing dengan namanya uang. Karna menurutku uang bisa di cari. Selama tiga bulan terakhir saya tidak permasalahkan uang nafkah. Karna juga saya kerja. Suami kasih uang keibunya itu wajar wajar saja.
"Sudah sampai ini. Ayo masuk ajakku."
"Salamuakaikum..."
"Walaikum salam...."
"Bapa mana bi..."
"Bapa dari tadi belum pulang bu. Saya tidak tau dia mau kemana."
"Dari jam berapa perginya.."
"Dari jam sepuluh tadi."
"Yah sudah bi. Aku masuk dulu ya. Nur kamu duduk aja kalau butuh apa apa bilang ke bibi. Nanti dia yang siapin."
"Boleh aku numpang mandi nggak.? Soalnya gerah ni. Tenang saja bawa ganti aku sudah bawa jadi aman."
"Iya sudah kamu masuk saja di ruang tamu. Kayaknya tidak terkunci."
Mas Edi kemana yah. Kok sudah magrib belum pulang juga. Mana di wa cuma centang satu. Telpon juga gak aktif. Dirumah ibunya tidak ada. Sukanya kelayapan tidak jelas sampai lupa waktu.
Lima belas menit selesai membersihkan badan saya keluar.
"Bi teman aku belum selesai ya."
"Belum kayaknya coba tengok di kamar."
Aku mengecek Nuri dalam kamar tamu. Tapi dia selesai mandi kangsung tidur pulas lagi. Biarkan dia istrahat dulu. Nanti makan baru saya kasih bangun. Kembali saya telpon mas Edi tapi tidak aktif.
Kebiasaan laki kalau sudah ngumpul sama temannya lupa pulang.
Semua makanan sudah siap di meja makan. Karna mas Edi belum pulang terpaksa kita makan hanya berdua dengan Nuri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments