Selesai makan kita nonton sambil menunggu mas Edi pulang. Tapi hingga jam 12:30 belum juga pulang. "Nayla emang biasa suamimu tidak pulang.?" Pertanyaan Nuri berhasil menyentil hatiku.
"Iya biasa katanya nongkrong sama teman temannya. Baru tiga pulan kok dia suka nongkrong biasanya juga tidak. Mungkin karna pengaruh teman temannya. Saya juga tidak pernah kepoin." Jawabku seadanya.
"Terserah kamu Nay. Saya ingatin sekali lagi kalau suamiku kamu sudah gak wajar. Ingat laki laki berubah itu bukan karna temannya tapi karena adanya wanita baru. Terserah kamu mau marah silakan. Aku mau masuk tidur." Nuri berlalu begitu saja. Dia masuk di kamar untuk tidur. Saya pun mematikan televisi sebelum kekamar. Andaikan suamiku main wanita di luar sana mungkin sudah banyak bukti yang saya temukan. Kenapa ya orang orang pada berprasangka buruk. Kalau saya tidak percaya dengan suami saya mau percaya siapa lagi.
Aku membaringkan badanku diatas ranjang. Mas Edi semenjak tiga bulan yang lalu dia tidak lagi minta haknya. Biasa kalaiu laki laki berumah tangga akan meminta haknya. Cape dengan pikiran sendiri akhirnya saya tertidur dengan pulasnnya.
Azan subuh berkumandang itu artinya sudah waktunya solat subuh. Mas Edi tidak pulang semalam. Terus dia tidur di mana?. Nanti saya tanyakan sama dia nanti pulang.
Pas jam 6:30 mas Edi sudah pulang. "Mas kok baru pulang semalam kamu di mana?"
"Jangan banyak tanya suami baru pulang bukannya di sambut malah di omelin." Lagi lagi dia menjawab ketus. Ternyata perlakuan mas Edi tak luput dari mata Nuri. Sejak tadi dia geram tapi dia tidak bisa melakukan apa apa.
Mau tak mau aku menunggu mas Edi tapi setelah lima belas menit dia tidak tampak. "Nur tunggu yah aku mau ke kamar dulu mungkin dia tidur kembali." Benar saja dia tertidur dengan dengkuran halusnya. Astaga ni manusia.
"Mass... Bangun sudah telat mau ke kantor. Bangun...!" Mau tak mau sedikit membentak nya agar dia bangun. Tidak mungkin kan saya mau elus elus dia.
"Kenapa kamu teriak teriak Nayla. Kalau kamu mau kekantor sana jangan ganggu orang. Nanti jam sepuluh baru ke kantor. Dia berucap dengan entengnya.
"Mas di kantor harus absen paling lambat jam delapan pagi. Di kantor juga sudah ada bos baru"
"Aku sudah tau. Bosnya biar aku tangani." Berucap dengan sombongnya.
Ni suamiku mabuk deh kayaknya. Daripada harus telat ke kantor. Saya cepat cepat pergi masuk kemobil. Kebetulan Nuri yang bawa mobil jago ajak orang inalilahi. Tiga puluh menit kita sudah sampai di gedung pencakar langit ini. Selesai absen bergegas keruangan masing masing...
"Pagi pak Bara..."
"Pagi juga Nur..."
Selesai menyapa orang nomor satu di kantor. Saya kembali masuk keruangan saya.
Edi baru bangun kelimpungan karna sudah hampir jam makan siang dia masuk kantor. Tidak ada yang melapor jika Edi sering semena mena di kantor. Jika ada yang berani melapor dia memecat karyawan kantor tampa ada yang tau.
Bara keheranan melihat Edi salah satu kepala pemasaran datangnya telat. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan karyawannya. Kakau begini terus sama saja dia makan gaji buta. Laporan pasti bawahannya yang kerja. Percuma di kasih fasilitas tapi pekerjaannya nol besar.
Selesai jam makan Siang Edi di panggil menghadap direktur..
"Pak Edi silakan keruangan pak Bara. Dia sudah menunggu anda."
Tampa menanyakan apa pun Edi pergi menemui atasannya dengan pongahnya.
Tokk.... Tokkk...Tookk..
Masukk.....!
Setelah di persilahkan dia masuk dalam ruangan itu. Bara menatap Edi dengan tajam. "Silakan duduk pak Edi."
Edi duduk di kursi depan bosnya. "Maaf pak ada apa yah memanggil saya."
"Kamu tidak tau kesalahan kamu.?"
"Loh emang saya salah apa pak?" Edi menampilkan wajah polosnya. Yang membuat Bara makin muak.
"Pak Edi masuk kantor jam berapa? Kenapa masuk kantor siang sekali.? Ini bukan kantormu kadi jangan seenaknya..!"
"Maaf pak karna ini kesalahan istri saya. Dia tidak mengurus keperluan saya. Dia juga menyuruhku mencuci masak dan lain lain di pagi hari. Jadi pak saya minta maaf. Saya juga tidak bisa melawan perempuan. Walaupun dia istriku tetap saya hargai." Edi mulai memunculkan kebohongan lain demi menutupi kebohongan lainnya.
"Itu urusan anda dan istri anda. Yang saya tau kamu kerja di kantor saya harus patuhi aturan yang ada. Atau kamu berhenti bekerja di kantor saya."
Edi mengepalkan tinju dia tidak terima jika harus di salahkan. Menurutnya dia juga berkuasa di kantor ini. Tapi jika dia melawan sekarang takutnya di pecat. Dia sudah tau harus melakukan apa. Jika dia keluar dari kantor ini setidaknya ada yang dia bawa keluar. Setelah larut dengan argument mereka yang alot akhirnya memutuskan untuk menyudahinya.
"Pak Edi silakan kembali bekerja. Jika besok anda masih telat saya tidak segan segan menurunkan jabatan anda.
"Baik pak..."
Edi keluar langsung keruangan istrinya. Siapa lagi yang melapor kalau bukan istrinya sendiri. Dia masuk tampa mengucapkan salam membuat Nayla mengeritkan keningnya. "Puas kamu suamimu di marahi sama atasan baru. Jadi istri jangan terlalu bego. Kamu kerja saja apa yang kamu kerjakan jangan ganggu urusan saya. Sekali lagi kamu buat ulah saya ceraikan kamu." Edi berlalu begitu saja selesai mengancam istrinya.
Nayla heran melihat perubahan dratis suaminya. Tidak seperti biasanya. "Dia mau ceraikan aku. Atau itu hanya alasan dia sebenarnya dia sudah punya yang lain. Gimana tidak kata katanya barusan sangat enteng seperti keluar tampa beban. Nayla di rundung kebimbangannya sendiri. Tidak mungkin dia selingkuh soalnya tidak ada tanda tanda nya.
Jika benar dia mendua saya akan membuatmu menyesal seumur hidupmu. Terlalu banyak sebenarnya kejanggalan selama tiga bulan terakhir ini tapi saya mencoba abai. Kayaknya benar kata orang orang dia memiliki simpanan. Saya akan menyeledikinya mas jika benar. Silakan angkat kaki dari rumahku enak saja mau tampung penghianat dalam rumah.
Nayla tidak lagi kosentrasi dalam bekerja. Dia tidak habis pikir suaminya akan melakukan itu. Terlalu menyakitkan ketika suaminya mengancamnya dengan kata cerai. Bagaimana nasib rumah tangga nya kini. Walaupun dalam hati kecilnya masih mencintai suaminya tapi di sisi lain dia merasa sudah tidak di hargai..
Jam pulang sudah tiba. Nayla sengaja akan memantau suaminya kali ini. Mobilnya di bawa sama Tio dia menggunakan taxi untuk membuntuti suaminya. Satu jam kemudian Edi keluar dari kantor. Dia memacu dengan kecepatan sedang. Berhubung ini macet taxi yang di tumpangi Nayla mepet di belakang mobilnya. Sesuai intruksi dari Nayla taxi tersebut setelah ter urai kemacetan akhirnya mereka mengikutinya dari jarak aman. "Kok mobil mas Edi kerumah ibunya. Tidak mungkin aku membuntutinya sampai di rumah ibunya. Tapi apa salahnya saya ikuti saja. Benar saja mobil berhenti di rumah Sari yang merupakan mertua Nayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments