Pagi ini Jessica sudah berdandan dengan rapi. Dia sudah mengecat rambutnya menjadi warna coklat yang tidak terlalu norak, dan Jessi juga sudah menyesuaikan outfit nya dengan pakaian selayaknya orang kantoran.
Setelah memastikan penampilannya rapi dan berkas lamarannya siap, Jessi lalu keluar dari kamarnya.
Pak Hadi langsung gerak cepat. Semalam, dia langsung memberitahu Jessica jika ada lowongan pekerjaan di mall yang sesuai untuknya.
Jessi membawa sebuah payung, mengikuti saran dari Sania. Daripada kulitnya gosong, Jessi memilih untuk membeli payung meskipun sedikit repot membawa payung ke dalam mall.
"Cewek... rapi amat.. mau ke mall ya?" seperti biasa, gerombolan pemuda yang selalu nongkrong di sana langsung menggoda Jessi begitu gadis itu lewat di depan mereka.
Jessi berhenti. Selama ini dia sudah sabar dengan membiarkan orang-orang itu bertindak sesuka mereka. Tapi kali ini, Jessi merasa kesal.
"Heh, orang kurang kerjaan. Ngapain lo ngurusin orang lewat. Urusin tuh masa depan kalian. Kerjanya cuma godain orang aja." omel Jessi.
"Lho, mba juga kurang kerjaan. Tiap hari ke mall lewat sini. Atau, mba memang sengaja pengen di godain?" satu orang pria bertato bangun, lalu menghampiri Jessi.
Jessi langsung menutup payungnya dan menggunakan payungnya sebagai senjata.
"Jangan macam-macam kalian." gertak Jessi. Dia begitu takut orang-orang itu akan berbuat jahat padanya.
"Kami tidak takut dengan gadis kecil seperti kamu." Pria itu melangkah makin dekat.
'DUK' Jessica nekat mengayunkan payungnya ke ke kepala orang yang sudah siap menerkamnya. Lalu, setelah sadar, Jessi buru-buru mengambil langkah seribu supaya tidak tertangkap.
Dia berlari dengan cepat, tanpa menoleh ke belakang lagi. Fokus Jessi hanyalah bisa bebas tanpa tertangkap orang itu, karena dia pasti marah besar.
Jessi berhasil melarikan diri. Tapi, ada masalah baru sekarang. Kakinya lecet, pakaian serta rambutnya juga berantakan.
"Jessica.. kamu memang suka cari masalah. Harusnya kamu tidak memukulnya seperti itu." Jessi mengoceh sendiri sambil jalan dengan terpincang.
Memang yang namanya penyesalan selalu datang terlambat.
Jessi yang haus memutuskan untuk mampir ke J.Co membeli minuman.
"Habis maraton, mba?" tanya pelayan di sana.
Jessi cukup terkejut karena sejak kemarin orang di sini sangat ramah dan selalu mengajaknya berbicara.
"Eh, iya.. ini buru-buru mau melamar kerja." jawab Jessi kikuk. Dia sebenarnya tidak suka basa basi dengan orang.
"Mba keliatannya orang yang berpendidikan dan pintar. Pasti mba diterima kerja." ucap pelayan tadi sambil tersenyum.
"Saya nambah donat nya deh 2 lusin. Minumnya juga 3 lagi yang sama kayak tadi." Jessi yang merasa senang karena pujian dari pelayan itu, segera memborong makanan sebagai tanda terimakasih.
*
*
*
Apa yang Jessi bayangkan tentang tempat kerjanya, berbeda jauh dengan realita yang dia hadapi saat ini. Jessi menelan ludah melihat petak kecil di sudut mall dengan tulisan Art Desain. Jessi berbalik karena tiba-tiba dia mengurungkan niat untuk bekerja di situ. Tapi seorang pria umur 40 an memanggil namanya dengan cukup keras sehingga mau tidak mau Jessi berhenti.
"Mba Jessica Setiawan!"
Jessica berbalik lagi, lalu tersenyum kaku.
"Anda bukannya ingin melamar pekerjaan?" tanya pria itu sembari mengajak Jessi duduk.
"Iya, pak. Tadinya."
"Saya, Martin. Pemilik Art Desain." Pak Martin mengulurkan tangannya.
Jessi menyalami dengan ragu. Sebenarnya, dia sangat beruntung karena bisa bertemu dengan pemilik perusahaan secara langsung. Tapi, Jessi tidak yakin ini perusahaan yang bonafit. Menyewa tempat di mall saja begitu kecil.
"Maaf, pak. Saya, sepertinya tidak jadi melamar kerja di sini. Dan ini untuk bapak sebagai ucapan terimakasih." Jessi menyodorkan donat yang di belinya tadi.
"Lho, kenapa ga jadi?" "Terus, kenapa kamu mengucapkan terimakasih? Padahal saya gak melakukan apapun." tanya Pak Martin bingung.
"Karena bapak sudah menyuruh saya duduk." jawab Jessi polos.
Pak Martin spontan tertawa mendengar jawaban polos Jessi.
"Kenapa bapak tertawa?" Jessi menatap Pak Martin bingung.
"Tidak apa-apa." "Kamu yakin tidak mau bekerja di sini? Saya sangat membutuhkan karyawan." tanya Pak Martin sekali lagi.
"Pak, saya ingin mengembangkan sayap, jadi harus mencari perusahaan yang besar." jawab Jessi jujur.
Pak Martin diam mendengar ucapan Jessi. Baginya kata-kata Jessi ini seperti sebuah tamparan keras secara tidak langsung. Baru pernah ada orang yang mendaftar kerja seperti Jessi.
"Pak, maaf. Apa saya menyinggung bapak?" Jessi sadar sepertinya ucapannya menyinggung Pak Martin.
"Emm.. tidak." "Saya punya penawaran bagus untuk kamu." Pak Martin mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Saya akan gaji kamu 2x lipat jika kamu mau bekerja di sini. Gimana?"
Jessi berpikir sebentar. Dia sudah terlanjur bilang pada Boy jika akan segera diterima kerja. Kalau Jessi harus mencari kerja lagi, Boy pasti akan mengejeknya habis-habisan. Lagipula, Pak Martin berani menawarkan gaji 2x lipat.
"Oke Pak, deal." ucap Jessi yakin.
Pak Martin tersenyum senang. Dia bisa mendapatkan pegawai yang sepertinya cocok untuk mengembangkan usahanya.
"Nanti, kamu bekerja dengan Sela. Dia akan mengajari kamu semuanya." Pak Martin mengambil berkas lamaran Jessi yang ada di meja. "Besok datang jam 8 pagi, dan sekarang kamu boleh pulang."
Jessi tetap duduk tidak bergerak. Dia meminum apa yang dibelinya dengan santai.
"Kenapa masih disini?" Pak Martin mengernyitkan dahinya.
"Pak, kenapa gak kerja sekarang aja?" tawar Jessi sambil mengelap sisa coklat yang menempel di bibirnya.
"Kamu semangat sekali Jessi." Pak Martin sangat kagum dengan Jessi yang begitu semangat. "Sudah, besok saja."
"Iya pak. Saya permisi." Jessi mau tidak mau beranjak dadi kursinya. Dia sebenarnya bukan semangat bekerja, tapi dia takut karena harus menghadapi kumpulan pemuda yang pasti sudah menghadangnya di jalan.
Pak Martin membuka kembali CV milik Jessi. Dia sampai membulatkan mata dan membaca berkali-kali pada ijazah terakhir milik karyawan barunya. Bachelor of interior Desain di Lesalle collage Singapore. Pak Martin sungguh tidak boleh melepaskan Jessica karena itu yang akan jadi asetnya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Zahreeta Jinan
semangat thor
2023-02-11
1