Seminggu sudah Jessica tinggal di kota Purwokerto. Kehidupannya begitu datar karena dia tidak melakukan apapun selain pergi ke mall untuk makan. Jessi sudah berusaha mencari pekerjaan lewat info loker di instagram. Tapi, rata-rata mereka hanya mencari seorang pelayan dan Jessi tentu tidak ingin melakukan pekerjaan yang seperti itu.
Lama kelamaan semua membuat Jessi bosan. Dia mulai tidak betah dengan keadaan kota ini. Terlebih dia tidak punya kendaraan.
"Mom.. kapan Mom akan kirim mobil?" tanya Jessi pada Sania di telepon.
"Sabar dong sayang.. Mom belum bicara dengan Boy. Dia sepertinya sedang sibuk." Sania mencoba mencari alasan yang tepat. Sebenarnya dia lupa untuk bicara pada Boy soal permintaan Jessi.
"Jessi bisa mati kebosanan di sini, Mom." Jessi mulai merengek seperti anak kecil.
"Memangnya di sana seperti apa?" tanya Sania penasaran.
"Mom, di sini itu sepi. Tidak ada hiburan apa-apa. Mall juga cuma satu, itupun kecil."
"Hmm.. tapi Mom lihat ada wisata gunung.. kulinernya juga lumayan."
"Mom mau suruh aku ke gunung jalan kaki?" pekik Jessica kesal.
"Naik bis dong.."
"Mom, aku tidak mau naik kendaraan umum. Nanti aku diculik."
"Jessi.. kamu bukan anak kecil lagi kan.. lagipula apa salahnya naik kendaraan umum? Dad saja bisa naik angkot." Sania menasehati putri semata wayangnya yang begitu manja. Sejak kecil Jessi memang tidak pernah hidup berkekurangan. Dia selalu mendapat kemewahan dan fasilitas terbaik. Tapi, akibatnya sekarang dia jadi gadis yang manja dan sedikit sombong. Jangankan naik angkot atau bis, naik ojek online saja mungkin Jessi tidak mau.
"Mom.. pokoknya Jessi ingin mobil, Mom."
"Haduuuh.. anak ini." "Ya sudah, Mom akan telepon Boy sekarang." akhirnya Sania menyerah.
"Thanks, Mom. Jessi tunggu kabarnya."
"Akhirnya bisa dapet mobiiiiil.." teriak Jessi senang.
*
*
*
Sania menarik nafas panjang sebelum menelepon anak laki-lakinya. Jika anak perempuannya itu manja, berbeda dengan anak laki-lakinya. Boy orang yang paling absurd sedunia.
"Hai mom ku yang cantik.. ada apa nih?" goda Boy.
"Boy..mom mau bicara soal Jessi."
"Kenapa Jessi? Apa dia sudah dapat pekerjaan?" Boy langsung mengubah nadanya jadi lebih serius.
"Boro-boro dapat pekerjaan." "Adikmu tidak betah di sana."
"Dia hanya malas bergerak saja, Mom."
"Boy, sayang.. bisakah kamu sedikit longgar pada Jessi? Dia butuh mobil, Boy. Tolong berikan dia mobil." Sania mulai merayu anaknya.
"Mom.. dia bisa naik kendaraan umum. Biarkan Jessi belajar supaya lebih mandiri."
"Boy.. adikmu tidak bisa naik kendaraan dengan orang lain yang belum dia kenal. Kasihan dia jalan kaki setiap hari." Sania masih belum menyerah membujuk Boy.
"Mom sayang.. percayalah pada Boy. Jessi harus belajar untuk lebih merakyat."
"Boy, tapi.. Mom takut Jessi kenapa-kenapa. Mom tidak punya anak perempuan lain. Cuma Jessi satu-satunya." karena Boy masih belum goyah, akhirnya Sania mengeluarkan jurus terakhir, yaitu air mata kesedihan.
"Mom, jangan menangis." Boy mulai panik.
"Mom tidak bisa hidup tanpa Jessi.." "Jessi.. malang benar nasibmu nak.."
"Okey mom. Boy akan berikan Jessi hadiah spesial supaya dia betah di sana." "Tapi bukan mobil, Mom." "Ini lebih bagus dari mobil."
"Benarkah Boy?" tanya Sania sumringah.
"Iya.. mom beritahu saja Jessi jika hadiahnya akan segera datang."
Sania menutup telepon dari Boy dengan perasaan senang. Akhirnya dia bisa sedikit menghibur Jessi yang sendirian di sana. Tapi kalau bukan mobil, apa yang akan Boy berikan? Hadiah spesial apa yang akan membuat Jessi jadi betah di sana?
Sania jadi malah penasaran. Dia harus memberitahu Jessi soal hadiah ini.
*
*
*
Jessi sama bingungnya dengan Sania. Boy akan memberikan dia hadiah spesial? Jessi justru curiga dengan Boy. Boy tidak mungkin berbaik hati memberikan Jessi hadiah dengan cuma-cuma. Yang ada, Boy pasti memberikan Jessi hal-hal yang aneh.
"Mba, kenapa melamun sendirian?" Pak Hadi berhenti di depan kamar Jessi dengan membawa perlengkapan Pel.
"Pak, aku bosan sekali." keluh Jessi.
"Iya, apa Mba Jessi ga ada pekerjaan?" tanya Pak Hadi bingung. Selama ini, Jessi hanya duduk di balkon, masuk kamar, ke mall, pulang dan masuk kamar lagi.
"Sulit sekali mencari pekerjaan di sini, pak."
"Yah, namanya juga kota kecil, mba." "Memang, Mba Jessi mau kerja di jurusan apa?"
"Desain Interior, Pak." jawab Jessi sambil menguap. Dia susah tidur 10 jam dan masih mengantuk saja. Ini karena Jessi benar-benar tidak ada pekerjaan.
"Oh, di bawah ada anak kost yang kerja di bagian itu juga, mba. Nanti Pak Hadi bantu tanya yaa.."
"Serius Pak?" tanya Jessi dengan mata berbinar.
Pak Hadi tersenyum.
"Makasi banget Pak." Jessi memegang tangan Pak Hadi tanpa sadar, membuat Pak Hadi jadi salah tingkah.
"Ya sudah, Pak Hadi mau ngepel dulu ya, Mba.. Jangan melamun lagi." pesan Pak Hadi.
Jessi mengangguk senang. Dia akhirnya bisa menunjukkan pada Boy dan Bayu jika seorang Jessica bisa bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments