Akhirnya pagi tiba, terlihat dari matahari yang menyingsing. Milraes segera menutupi lengannya yang tertutup jaket. Zinei terkejut dengan pergerakan, orang yang bersandar pada tubuhnya itu.
"Uhh... ternyata sudah pagi iya." Zinei masih menguap.
"Iya, cuma kamu saja yang tidak sadar." jawab Milraes.
"Aku keasyikan tidur, meski secara tidak sengaja. Semalam 'kan kita cuma punya niat sembunyi." ujar Zinei.
"Iya, tidak seharusnya kita tidur." jawab Milraes.
Zinei segera beranjak dari posisi duduknya. "Iya, bagaimana bila naga itu menelan kita."
"Benar-benar ceroboh! Ayo segera tinggalkan tempat ini." ajak Milraes.
"Iya, aku juga tidak ingin terus menerus di sini." ucap Zinei.
"Sungguh panas dingin." jawab Milraes.
Heyra dan Yeroi melanjutkan pencarian, begitupula dengan Zujuna. Mereka bertiga menelusuri jalan kecil, yang terdapat pohon-pohon kecil.
"Kemana iya kita harus cari Zinei dan Milraes?" tanya Yeroi.
"Coba saja di jalan-jalan semak belukar." jawab Zujuna.
Yeroi tidak sengaja menginjak cangkang kura-kura, lalu terjatuh.
"Apaan si tuh, kok keras banget." gerutu Yeroi.
"Itu namanya cangkang kura-kura." jawab Heyra.
"Aku sudah panik setengah mati, malah dikejutkan lagi dengan benda aneh." Yeroi tampak kesal.
"Bukan panik kamu tuh, tapi sebenarnya takut." jawab Heyra.
"Intinya panik karena takut." ujar Yeroi.
"Sama saja, intinya itu." jawab Heyra.
Heyra melihat di belakang Yeroi, ada seekor macan tutul. Heyra nyengir, dengan kaki yang siap melangkah cepat.
"Yeroi, di belakang kamu." Heyra menunjuk ke arahnya, namun tidak sampai terangkat tinggi.
Yeroi memberanikan diri menoleh, lalu membuang wajahnya. "Aaa!"
Setelah dirinya berteriak, malah kaki Yeroi melangkah duluan. Heyra pun juga begitu, dia berlari di belakang Yeroi. Keduanya sama-sama ketakutan, hingga memicu langkah berpencar. Zujuna malah bersama Heyra, sedangkan Yeroi malah seorang diri.
"Aduh, di mana iya yang lainnya?" Yeroi malah bingung sendiri.
Zujuna dan Heyra bersembunyi di balik pohon gundul. Daun-daunnya sudah tidak ada lagi.
"Zinei sama Milraes susah sekali si dicarinya." keluh Zujuna.
"Mereka sudah jelas pergi, masa kamu gak tahu." jawab Heyra.
"Iya aku tahu, namun kenapa tidak kembali." Zujuna masih bertanya lagi.
"Mungkin ditelan naga raksasa, terutama Milraes." jawab Heyra.
"Kok kamu ngomongnya jelek gitu." Zujuna tampak tidak suka.
"Karena orang berhati jelek, layak mendapatkan ini semua." jawab Heyra.
"Jangan seperti itulah, kita semua tetap teman." Zujuna mengingatkan.
"Iya, asal jangan ada teman yang menusuk dari belakang." jawab Heyra.
Zujuna hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia tahu bila Heyra marah pada Milraes. Terlihat sekali dari caranya berbicara, bahkan tatapan matanya tidak bersahabat. Membuang pandangan ke sembarang arah, seolah ada rasa sakit di sana.
Macan tutul belum pergi, malah naga raksasa muncul. Mereka berdua jadi bingung, untuk melakukan pergerakan. Haruskah berlari, atau menetap di sana. Berlari adalah usaha, berdiam diri adalah kepasrahan. Pada akhirnya, Zujuna memilih memasang jaring. Dia ingin naga masuk perangkapnya.
"Kamu ngapain masang jaring segala, kalau ketahuan bagaimana." Heyra sibuk mengayunkan tangannya.
"Kita tidak mungkin berdiam diri." jawab Zujuna.
"Tapi, tindakanmu itu membangkitkan kemarahan sang naga." ujar Heyra.
"Maaf! Lebih baik berusaha, daripada aku bersantai." jawab Zujuna.
Heyra menganggukkan kepalanya, sudah capek untuk protes terus menerus. Pada akhirnya, pria itu akan tetap keras kepala pada pendiriannya.
"Mengapa kau nekat sekali, tidak mendengarkan penjelasan aku. Percuma kau memasang jebakan, hewan itu besar." ucap Heyra.
"Setidaknya mencoba." jawab Zujuna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments