Setelah insiden tersebut, Davian sudah tidak bisa lagi hidup dengan normal seperti biasa.
Di sebuah rumah sakit.
“Ayah, Ibu ... apakah aku akan baik-baik saja?”
“Hahaha apa yang kau pikirkan nak?? Tentu saja kau akan sehat dan dapat kembali beraktivitas seperti biasanya. Lalu kita akan berkumpul kembali sebagai sebuah keluarga,” jawab Ayah Davian sambil berusaha tetap ceria.
“Hmm aku menantikan itu,” ujar Davian.
Pada usia 12 tahun, normalnya ... manusia biasa menghabiskan waktunya dengan bermain bersama temannya atau bermanja bersama dengan keluarganya. Tapi hal itu tidak bisa dirasakan oleh Davian.
Orang tuanya pernah mendaftarkan Davian ke sekolah agar bisa memiliki banyak teman. Awalnya hal tersebut berjalan sesuai harapan mereka. Hingga akhirnya ketika berusia 10 tahun, Davian mendadak terjatuh saat menaiki tangga di dalam rumahnya.
Setelah diperiksa oleh dokter, Davian didiagnosa menderita penyakit kanker otak. Orang tuanya tidak memberitahu Davian terkait hasil diagnosanya karena takut akan mempengaruhi mentalnya.
Namun pada satu waktu, Davian tidak sengaja membaca hasil pemeriksaan pada penyakitnya. Setelah mengetahui bahwa dia mengidap penyakit yang berbahaya, mentalnya sedikit melemah. Meski begitu ia mencoba untuk tetap ceria seperti biasanya.
Davian hanya bisa berharap agar hidupnya bisa lebih lama karena dia tidak ingin melihat orangtuanya sedih sepanjang waktu.
Meskipun sudah tahu hasil pemeriksaannya, Davian berpura-pura untuk tetap tidak tahu. Karena dia yakin orang tuanya pasti mempunyai alasan tersendiri, sehingga tidak membeberkan jenis penyakit yang diderita kepada Davian.
Sejak saat itu, Davian selalu datang ke rumah sakit untuk melakukan rehabilitasi. Tapi tubuhnya tidak bisa melawan kanker yang menyerang bagian otaknya. Dalam beberapa bulan, penyakitnya bertambah parah sehingga membuat Davian tidak bisa pergi ke sekolah lagi.
Mulai usia 11 tahun hingga sekarang, dia selalu berada di rumah sakit. Pada umur 12 tahun, penyakitnya semakin parah hingga sampai pada tahap kanker stadium akhir. Meski sudah berusaha untuk tetap kuat, namun nyatanya tubuh Davian tidak bisa menahan virus yang menyerangnya.
Ini sungguh menyakitkan, sangat menyakitkan. Aku bahkan ingin menangis sepanjang waktu, tapi demi ayah dan ibu, aku masih ingin hidup lebih lama. Mereka selalu menjagaku dan merawatku setiap saat. Aku sangat bersyukur memiliki orangtua seperti mereka, untuk itulah aku berusaha untuk selalu tersenyum. Tapi ....
Raut muka dari Ayah dan Ibu Davian tidak bisa dibohongi, mereka tahu bahwa umurnya tidak lama lagi. Tapi ... mereka tetap tidak ingin memberitahukannya kepada Davian. Padahal, hal tersebut justru membuat hati mereka semakin sakit karena mencoba untuk terus berbohong.
“Aku sangat bersyukur memiliki orang tua yang baik seperti kalian, bahkan jika mungkin ... aku ingin terus bersama kalian selamanya. Maaf jika aku terlahir sebagai anak yang menyusahkan,” ucap Davian sambil berusaha tetap tersenyum sambil menahan rasa sakitnya.
Ayah dan Ibu Davian hanya bisa menangis. Karena ... meskipun dokter sudah melakukan semuanya, dirinya sudah tidak punya harapan untuk hidup.
“Apa yang kau katakan nak, kamu tidak pernah menyusahkan kami. Kamu adalah anak kesayangan kami, selalu ... dan selalu,” ucap Ibu Davian yang berusaha menahan tangisnya.
“Hahaha apa yang kau bicarakan nak, kita akan berkumpul kembali. Jadi tetaplah berpikir bahwa kau akan sehat,” ucap Ayah Davian yang berusaha menghiburnya.
“Hiks ... hiks ....” Untuk pertama kalinya Davian mengeluarkan air mata di depan orangtuanya.
“Terima kasih ... ayah, ibu.” Senyum terakhir Davian untuk orangtuanya.
Setelahnya, kesadaran Davian perlahan menghilang.
“DOKTER ... DOKTER!!!” teriak Ayah Davian dengan air mata di wajahnya. Sementara ibunya, hanya bisa berharap pada keajaiban agar Davian bisa sehat lagi.
Dokter mulai memeriksa keadaan Davian, kesadarannya masih ada akan tetapi ... jantungnya semakin melemah.
Kepalaku seperti mau meledak, aku bahkan sudah tidak bisa mendengar ucapan mereka. Mati seperti ini rasanya tidak menyenangkan sama sekali.
Ah maaf ayah, ibu, sepertinya perjalananku berakhir disini.
Beberapa saat setelah menutup mata, Davian membuka matanya kembali. Namun ... yang dia lihat adalah sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
Apa yang terjadi?? Bukankah seharusnya aku sudah mati?? Tunggu ... ini bukan dirumah sakit.
“Sebenarnya aku sedang berada dimana?!”
Hallo Teman-teman, karena ini novel pertamaku :) aku ingin minta supportnya dari kalian untuk memberikan like serta komentarnya agar aku bisa terus menghasilkan karya lainnya. Aku juga akan mampir untuk membaca novel milik kalian. Mari kita saling membantu agar karya kita bisa dibaca oleh banyak orang.
Terima Kasih!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
nofi_0611🌹
sedih aku..😭..ceritanya terlalu menjiwai
2021-03-07
1
fake smile
kereeen...
2021-01-13
1
pembacasetia
bangun lagi jenior kecilku
2020-12-01
0