Setelah urusan untuk oleh-oleh, kartu undangan dan segala macam telah selesai, esok harinya Cloe kembali lagi ke kota di mana ia bekerja saat ini.
Rasanya memang repot, tapi ia harus melakukan itu semua demi si calon suami dan demi pekerjaan.
Orang tua Cloe meminta tolong pada anaknya yang nomor dua yakni Octava untuk mengurus pinjaman ke Bank BRI dengan jaminan sertifikat rumah.
Orang tua Cloe mengajukan pinjaman dua puluh lima juta, begitu pula dengan Octava. Dia ikut meminjam uang untuk bayar sekolah anaknya yang masuk ke jenjang kuliah.
Pencarian cepat yakni tepatnya tanggal tiga belas. Tetapi setelah uang ada di tangan, malah ada suatu kendala. Papah Oscar tidak mau menerimanya, dengan alasan bertepatan dengan tanggal tiga belas. Sugesti papah Oscar jika angka tiga belas itu angka pembawa sial.
Sikap papah Oscar membuat semua orang bingung, karena uang yang sudah ada di tangan tidak bisa dikembalikan. Papah Oscar terus saja marah-marah, Mamah Elizabeth yang selalu menjadi sasaran kemarahannya.
"Seharusnya tanya terlebih dahulu jangan langsung dicairkan! kamu kan sudah tahu, jika aku paling anti dengan nomor tiga belas. Pantas saja aku sakit nggak sembuh-sembuh! balikin saja uang itu! dari pada kena sial semua!" bentak Papah Oscar.
"Ya sudah nanti aku akan ke rumah Octava untuk membicarakan hal ini," ucap Mamah Elizabeth.
Saat itu juga Mamah Elizabeth pergi ke rumah Octava yang kebetulan rumahnya hanya berjarak dua rumah tetangga saja. Hingga beberapa detik saja, telah sampai.
"Ada apa, mah?" tanya Octava yang sedang bersantai bersama Clara.
"Duit yang pinjam bank beberapa hari lalu itu, bisakah di kembalikan lagi? karena papahmu marah-marah, katanya nomor tiga belas itu nomor pembawa sial. Itu lagi marah-marah terus. Mamah jadi bingung," ucap Mamah Elizabeth.
"Ya ampun, percaya amat sama hal seperti itu. Katanya orang beragama, kok percaya hal-hal seperti itu? semua nomor itu baik, semua tanggal baik. Kenapa waktu aku tanya nggak ngomong? kalau waktu itu ngomong sekalian kan bisa di atur beberapa hari lagi pencariannya, atau tanggal empat belasnya," ucap Octava kesal dengan sifat Papah Oscar.
Mamah Elizabeth tak bisa berkata apa-apa, dia hanya dia saja. Dia sendiri juga bingung, jika suaminya sedang marah. Dia sama sekali tidak bisa menghadapi atau meredam kemarahan suaminya. Karena watak suaminya terlalu keras dan pemarah.
Elizabeth pulang ke rumah, suaminya langsung menghampiri dirinya," apa kata Octava? bisa kan jika uang di kembalikan?"
"Katanya nggak bisa, pah," ucap Elizabeth tertunduk ketakutan.
"Berarti kita akan tetap memakai uang itu untuk acara hajatan, Cloe? apa kamu mau jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada pernikahan anak kita? cari cara pokoknya untuk mengembalikan uang itu!" perintah Papah Oscar
Mamah Elizabeth hanya mengiyakan saja, padahal dalam hatinya ia tidak tahu cara apa yang akan dilakukan untuk mengembalikan uang itu.
"Jika uang itu kita kembalikan, lantas bagaimana untuk acara hajatan Cloe?" tanya Mamah Elizabeth.
"Kita cari pinjaman di tempat lain saja kan bisa. Aku akan pengajuan ke BKK saja, dengan menggunakan sertifikat rumah yang ada di RT sebelah. Yang kita kontrakan ke orang! jika uang itu tidak di kembalikan ya kamu sana yang angsur tiap bulannya!" bentak Papah Oscar.
Setelah mengatakan hal itu, Papah Oscar melangkah masuk ke dalam rumah menemui Caroline.
"Line, uang yang pinjam dari bank dipakai kamu aja ya? bisa kamu gunakan untuk membeli lahan pertanahan. Bukannya kamu hasil dari menulis lumayan besar?"
Caroline pun langsung menjawab," katanya uang itu ngambil dari tanggal tiga belas, katanya jika nomor tiga belas itu nomor sial. Kalau uang itu dipakai aku otomatis aku yang sial dong, Pah."
"Lagi pula hasil dari menulis aku sekarang ini tidak sampai puluhan juta lagi. Itu kan cuma sekali dan juga saat ini aku sedang kesulitan untuk bisa mendapatkan gaji yang besar. Jadi aku nggak berani untuk mengambil pinjaman uang sebegitu besarnya di bank, lantas bagaimana nanti cara mengangsurnya?" ucap Caroline.
"Ya sudah, bagaimana kamu akan cepat mempunyai rumah sendiri jika penghasilan dari menulismu hanya untuk berfoya-foya membeli makanan ini dan itu," ejek Papah Oscar.
Caroline hanya diam saja, ia jadi anak tak pernah membantah orang tuanya, sekalipun itu menyakiti hatinya, lebih baik ia pendam di dalam hatinya sendiri.
"Foya-foya apa, pah? aku membeli kebutuhan hanya untuk anakku saja. Jika papah tahu kondisi rumah tanggaku saat ini, pasti tidak akan mengatakan hal seperti tadi. Selama ini aku mencari nafkah sendiri karena suamiku sudah tidak peduli lagi padaku. Dia mengirimkan uang tidak setiap minggunya, aku harus usaha sendiri demi kelangsungan hidupku dan anakku," batin Caroline.
Rumah tangga Caroline memang sudah tidak baik, hanya saja ia tidak mengatakan pada siapapun. Ia menutup aib suaminya rapat-rapat, ia mencari solusi dengan cara usaha mencari uang sendiri.
Caroline pintar menyimpan rasa sedihnya. Ia sama sekali tak pernah memperlihatkan kesedihan di depan orang tua atau adiknya. Hingga semua anggota keluarga tahunya hidup Caroline tidak ada masalah.
*******
Esok menjelang, pada akhirnya uang tersebut di kembalikan pada Octava. Dan dengan sangat terpaksa Octava yang memaksi uang itu.
Sementara Papah Oscar mengajak mamah Elizabeth ke kantor BKK untuk mengajukan pinjaman. Dan langsung deal, hanya proses beberapa hari saja cair.
Tapi angsuran begitu mahal, satu bulan harus bayar tujuh ratus dua ribu. Sedangkan mereka masih punya angsuran di salah satu bank.
*******
Mamah Elizabeth tiba-tiba mengeluh pada Caroline.
"Line, dada mamah sesak. Mamah bingung, bagaimana kelak bayar hutang bank. Secara sebulan harus mengeluarkan uang satu juta dua ratus. Belum untuk kebutuhan lainnya. Sedangkan kamu tahu sendiri jika papahmu jarang bekerja. Andalkan hasil dari dagang itu tidak mungkin."
Caroline pun mencoba menghibur Mamahnya," mah, nggak usah khawatir. Nanti setiap bulan jatah dariku aku tambah ya. Pasti ada jalan kok. Jangan terlalu di pikir, pernikahan Cloe sebentar lagi. Jangan sampai Mamah sakit."
"Loh, kamu sendiri juga sedang susah kan? Kata Papah, hasil nulis kamu sedang tidak seperti dulu lagi," ucap mamah Elizabeth.
"Lumayan kok, mah. Hanya saja aku memang sengaja mengatakan hal itu supaya aku nggak di minta menggantikan hutang Papah. Aku nggak mau terikat hutang bank yang besar. Karena aku juga punya angsuran bank yang masih lama lunasnya," ucap Caroline.
Demi menuruti kemauan Cloe, orang tuanya sampai hutang bank.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Yuli Haryani
di dunia nyata, apakah ada yg begini juga? hutang dalam jumlah besar, sementara penghasilan tidak menentu....
2023-03-06
2