Acara Lamaran

Hari-hari yang di lalui Cloe tak pernah berbeda. Selalu dan selalu hidupnya di jalani seperti itu. Ia bagaikan tak punya beban sama sekali. Ia begitu egois, sama sekali tidak membantu pekerjaan Mamahnya. Bahkan untuk pakaiannya juga, ia tak mau mencuci sendiri.

Hingga suatu hari, kakak perempuannya yang tinggal satu rumah menasehati dirinya.

"Cloe, jika kamu tidak mau membantu pekerjaan mamah. Setidaknya kamu itu jangan membebani mamah dengan menambah pekerjaan."

Cloe memicingkan alisnya pada saat mendengar apa yang dikatakan oleh, Caroline. Ia sama sekali tidak mengerti dengan maksud perkataan dari kakak sulungnya tersebut.

"Kamu ngomong apa sih, kak?" tanyanya ketus.

"Aku sedang ngomong kamu, supaya kamu rada mikir. Sudah dewasa mbok ya cucilah pakaianmu sendiri, jangan mengandalkan mamah. Kasihan mamah, sudah terlalu cape dengan urusan rumah dan juga dagangan," ucap Caroline menjelaskan apa maksud dari perkataannya.

Tapi hal ini sama sekali tidak di dengarkan olehnya. Ia justru mengatakan jika seorang anak belum berumah tangga, itu akan selalu menjadi tanggungan orang tua. Jika sudah seperti ini, Caroline sama sekali tidak bisa berkata lagi. Ia lebih suka berlalu pergi dari hadapan adik bungsunya tersebut, karena baginya percuma saja jika berlama-lama dalam memberikan nasehat padanya.

Saat ini Cloe sedang menjalin cinta dengan seorang pemuda yang usianya lebih tua selisih lima tahun. Pemuda ini berasal dari luar kota, dan bekerja sebagai seorang manager di sebuah toko khusus barang-barang elektronik.

Bahkan perkenalan yang belum lama, malah dirinya berinisiatif untuk mengajak Cloe bertunangan.

"Pah, bagaimana ya? aku pacaran sama Joan, Papah kan sudah tahu ya?"

Cloe selalu terbuka dan jujur pada Papah Oscar dari pada ke Mamah Elizabeth. Bahkan setiap dirinya sedang bertengkar dengan Joan, ia juga cerita pada Papahnya. Tidak ada yang ia sembunyikan sama sekali.

"Lantas ada apa dengan, Joan? apa kamu bertengkar lagi?" tanyanya menyelidik.

Cloe menceritakan tentang maksud dan keinginan Joan untuk melamar dirinya. Dan Papah Oscar hanya memberikan tanggapan yang positif. Tapi Cloe ragu, karena ia belum siap untuk menikah.

"Astaga, Cloe. Jadi kamu lebih suka berhubungan pacaran yang tidak jelas? dari pada di ajak serius?" tegur Papah Oscar ketus.

"Bukan begitu, Pah! aku kan masih kuliah dan belum lulus bahkan belum merasakan hasil jerih payah dalam bekerja. Mbok sudah pasti, jika lamaran tidak lama kemudian menikah."

Papah Oscar menjelaskan jika memang

Cloe berjodoh dengan Joan, ya mau bagaimana lagi. Toh, pada dasarnya manusia hidup itu untuk berpasang-pasangan. Setelah menikah kan bisa bekerja.

Cloe pun akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran dari Joan. Dan satu bulan kemudian diadakan prosesi lamaran yang menghabiskan uang beberapa juta.

Bagi orang tua Cloe, ini sangat memberatkan. Karena Papah Oscar jarang bekerja, ia bekerja jika ada proyek bangunan saja. Kehidupan keluarga ini hanya mengandalkan hasil dagang dari Mamah Elizabeth.

Terpaksa, Mamah Elizabeth yang mencari sumber dana dengan berhutang pada salah satu tetangganya. Karena Cloe tidak mau, acara lamaran yang sederhana saja. Ia ingin acara lamaran yang seperti para pemuda lakukan pada umumnya.

Setelah acara lamaran selesai, Cloe bukannya lega. Kembali ia gelisah karena sudah di tentukan sekaligus untuk tanggal pernikahan yang hanya beberapa bulan lagi.

Cloe kembali lagi mencurahkan keresahan hatinya pada Papah Oscar.

"Pah, kok cepat ya? masa iya tiga bulan lagi menikah? sementara aku lulus kuliah masih lama yakni enam bulan lagi. Terus bagaimana ini?" tanya Cloe bingung.

Datanglah Octava, kakak kedua Cloe yakni suami dari Clara.

"Cloe, kamu mau menikah? memangnya kamu sudah siap segalanya, terutama tabungan? memangnya kamu sudah punya tabungan berapa juta?" tanyanya.

Dia sebenarnya tidak setuju dengan keputusan lamaran Cloe, dan apa lagi tahu jika beberapa bulan lagi akan menikah. Bahkan Octava menyindir, bukannya mendapatkan ijasah tetapi ijabsah.

Jika sudah berhadapan dengan Octava, Cloe sudah tidak bisa berkutik sama sekali. Dia pun mengatakan jika sana sekali tidak punya tabungan, apa lagi dia belum pernah bekerja.

Melihat kesedihan kemurungan di wajah, Cloe. Papah Oscar menengahi, dan mengatakan supaya Cloe tidak usah memikirkan untuk biaya pernikahannya kelak. Itu akan menjadi urusan dirinya.

"Papah kan jarang kerja, dan setahuku juga punya angsuran bank. Lantas mau bagaimana dengan biaya pernikahannya?" tanya Oktava.

"Cloe, seharusnya kamu itu fokus dengan diri sendiri dulu. Selama ini kamu masih tergantung pada orang tua. Seharusnya setelah kamu selesai kuliah, kamu itu bekerja dulu. Menabung dulu dan menikmati masa mudamu dulu," nasehat Ocktava.

"Sudahlah, Va. Nggak usah terlalu memojokkan Cloe. Mungkin memang sudah jodohnya dekat, mau bagaimana lagi?" ucap Papah Oscar yang selalu saja membela si bungsu.

Ocktava merasa kesal dengan sikap Papahnya yang terlalu memanjakan, Cloe. Selalu saja papahnya membelanya.

Sejenak Ocktava ingatlah akan masa kecilnya bersama dengan Caroline. Gimana ia dan kakaknya tak pernah di bela di manjakan seperti Cloe.

Bahkan papah Oscar terkenal ringan tangan pada Caroline dan Ocktava. Jika salah satu dari mereka melakukan kesalahan sekecil apapun, pasti mendapatkan hukuman.

Lain halnya dengan masa kecil Cloe, tidak pernah di kasari. Justru segala apa yang Cloe minta pasti di turuti oleh Papah Oscar. Ibarat tidak ada uang sama sekali, pasti di carikan entah itu dengan jalan berhutang.

*******

Waktu berjalan cepat sekali, tak terasa satu bulan lagi waktunya untuk Cloe menikah. Tetapi orang tua sama sekali belum punya dana untuk pernikahan Cloe. Dan juga Cloe belum siap menikah.

Hingga ia membicarakan hal ini dengan calon suami, pada saat ia datang berkunjung ke rumah Cloe.

Dan Joan pun menerima saran Cloe, untuk menikah setelah ia lulus kuliah. Hati Cloe sedikit lega, begitu juga orang tuanya.

Walaupun sebetulnya mereka juga bingung mencari uang kemana. Karena Cloe tidak mau pernikahan yang sederhana. Ia ingin pernikahan mewah. Tapi sendirinya tidak punya uang sama sekali.

Sedang dana yang di janjikan yang akan diberikan oleh Joan juga menurut orang tua Cloe tidaklah cukup. Hingga orang tua Cloe juga harus mencari dana tambahan.

Mereka tidak enak jika menawar dan meminta lagi pada calon suami, Cloe. Hingga papah Oscar sudah punya rencana akan kembali mengajukan pinjaman ke bank.

Sebenarnya hal ini sangat tidak di setujui oleh Mamah Elizabeth, karena ia yang pasti akan dibebani dengan semua angsurannya.

Karena Papah Oscar sama sekali tidak bisa diandalkan. Ia jarang sekali bekerja. Sejak ada Caroline di rumah, ini yang membuat Mamah Elizabeth terasa sedikit ringan.

Karena tanpa ada rasa sungkan, Caroline selalu memberikan jatah bulanan untuknya, dari hasil dia menjadi seorang penulis di salah satu aplikasi menulis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!