"Devan, ibu skors kamu selama seminggu karena kamu sudah melakukan tindak kekerasan pada adik kelasmu," putus Bu Diana selaku guru BK di SMA Pertiwi. Bu Diana beralih menatap Alya yang sedang tersenyum ramah padanya. "Dan kamu Alya, kamu juga di skors selama 3 hari."
Alya membelalakan matanya. Dia fikir akan selamat kali ini, ternyata sama saja dia dikenakan hukuman. "Gak adil Bu, saya disini sebagai korban kenapa saya juga ikut dihukum?" protesnya.
"Tidak adil bagaimana? menurut penuturan Devan, kamu yang membuat salah duluan," jawab Bu Diana tegas.
Alya hanya bisa mendesah pasrah.
"Satu hal lagi, panggil orang tua kalian besok,"
Alya semakin menekuk wajahnya dengan ucapan Bu Diana. Pastinya akan ada perang besar antara ayah dan anak lagi malam ini.
"Silahkan kalian kembali ke kelas," ujar Bu Diana setelah selesai memberikan hukuman pada kedua muridnya.
Alya dan Devan keluar bersama dari ruang BK. Alya diam, dan Devan juga diam dengan wajah datarnya. Rasanya Alya ingin mencakar cowok di sampingnya, tapi dia harus mengurungkan keinginannya bisa-bisanya dia akan didepak dari sekolah ini karena terus membuat masalah.
"Lo yakin mau ngasih tau bokap lo?"
Alya mengangkat wajahnya menatap pria jangkung disampingnya. "Apa? gue udah biasa kali," jawabnya.
"Tap-"
"Tapi lo gak biasa kan?" potong Alya.
"Gue-"
"Iya gue tau, secara kan lo itu anak yang gak pernah punya masalah berbanding terbalik dengan gue," potongnya lagi.
Devan tidak tahu harus berbicara apalagi, jujur dia menyesal telah menampar gadis ini tadi. Jadinya dia kena sial!
"Yaudah deh, bye mantann!!"
Alya meninggalkan Devan yang masih diam di depan ruang BK, gadis itu kini hilang dari pandangannya. Bahunya merosot, rasanya ada sedikit sesak ketika Alya menyebutnya 'mantan'.
"Gue emang brengsek Al, gue masih sayang sama lo,"
...*****...
Suara langkah kaki menggema di ruang keluarga lantaran seorang gadis tengah berjalan kearahnya dengan injakan yang sengaja dikuatkan. Bukan hal baru jika Alya bersikap seperti ini, gadis itu memang selalu memberikan api peperangan para keluarganya terutama pada ayahnya.
"Malam Alya," sapa ibunya yang sedang tersenyum hangat padanya.
Alya menatap nyalang pada wanita berumur 39 tahun itu. "Alya gak mau basa basi," ketusnya.
"Kamu bisa sopan sedikit dengan ibu kamu Alya??"
Gadis itu memutar bola matanya malas, lagi dan lagi ayahnya pasti akan membela ibu sambungnya. Ya, wanita ini adalah ibu tirinya, makanya dia sangat membenci wanita yang menggantikan posisi ibunya itu.
"Alya capek sebenernya, cuma ada hal yang harus Alya kasih tau ke Ayah," ujar Alya dengan wajah datarnya. Gadis itu memberikan secarik kertas pada ayahnya. "Bu Diana minta Ayah buat dateng ke sekolah besok."
Aryan sudah tahu jelas isi surat ini. Sudah beberapa kali dia mendapatkan surat ini dalam satu bulan terakhir, anak perempuan satu-satunya ini selalu saja membuat masalah disekolahnya, entah apa yang diinginkannya.
"Kali ini kamu bikin ulah apa?" tanya Aryan tanpa menatap putrinya.
Alya melipat tangannya didada sambil tersenyum miring. "Cuma nendang kakak kelas," jawabnya tanpa beban.
Aryan membelalakan matanya menatap putrinya tajam. "Kamu gila?! Sudah bosan bolos lalu kamu ingin berurusan dengan kakak kelas kamu?!"
Sudah terbiasa dengan bentakan ayahnya, jadi tidak ada rasa takut lagi dihatinya. "Alya cuma kasih sedikit pelajaran, tapi liat." Alya menunjuk pipinya yang memar. "Ini luka yang Alya terima, apa Ayah gak kasihan sama Alya?"
Gadis itu mencoba untuk melihat raut khawatir dari wajah ayahnya, namun sia-sia, yang ada hanya tatapan kebencian dimatanya.
Aryan bangkit dari duduknya, dia menatap tajam putrinya. "Itu karena kamu yang membuat salah Al, minta maaf kamu sama kakak kelasmu itu!!"
"Gak! Sampai matipun Alya gak sudi minta maaf!"
Plakkk...
Lihat, betapa sayangnya Ayahnya padanya sampai menambah luka diwajahnya. Jangan khawatir, Alya sudah terbiasa seperti ini.
"Kenapa kamu jadi nakal begini Alya?!" tanya Aryan dengan nada tinggi.
Alya tersenyum menatap mata tajam ayahnya. "Coba tanya sama diri Ayah sendiri, kenapa aku bisa sampai keluar masuk BK."
"Ayah rasanya tidak pernah mendidik kamu menjadi seperti ini!"
"Tidak pernah memang, tapi perlakuan Ayah yang mendorong aku menjadi seperti ini,"
"Kamu-"
Ibu sambungnya menghembuskan napasnya pelan, ia rasa ruangan ini semakin memanas. "Cukup! Cukup Mas, disini anak kita yang lebih parah, kamu jangan terus menyalahkan dia." Wanita itu memotong perkataan suaminya sambil memegang tangan suaminya yang terkepal
Alya memiringkan kepalanya. "Nona pelakor gak usah ikut campur!"
Kedua tangan Aryan semakin terkepal bahkan kertas ditangannya sudah rusak, laki-laki itu siap memberikan bekas dipipi anak perempuannya lagi. Namun genggaman lembut dari istrinya membuatnya kembali tenang, jika saja tidak ada yang menghentikannya sudah pasti Aryan akan kelepasan lagi.
Alya muak melihat keromantisan keduanya, lebih baik dia pergi dari pada lama-lama dia bisa gila!
Seorang laki-laki tengah menatap sendu kepergian Alya, bibirnya ingin mengucapkan sesuatu namun harus dia urungkan karena keadaan mereka berdua yang tidak baik-baik saja.
...*****...
Seorang gadis cantik berambut lurus memasuki kelasnya. Dahinya berkedut melihat bangkunya masih kosong padahal ini sudah jam 7 pagi.
Gadis itu duduk di kursinya sambil memperhatikan pintu kelas yang terus dimasukin oleh siswa karena jam pelajaran akan segera dimulai. Dia berdecak saat tidak menemukan seseorang yang dicarinya.
"Ck, kemana sih tuh anak kok belum masuk-masuk," rutuknya.
Seorang siswi yang duduk di belakang bangkunya menepuk pundaknya membuat gadis itu menoleh. "Apa?" tanyanya.
"Lo nyari Alya?" tanya siswi itu yang dibalas anggukan oleh gadis itu.
"Astaga Resta lo kan sahabatnya masa lo gak tau kalo si Alya kena skorsing," celetuk teman sebangku siswi itu.
Gadis bernama Resta itu terkejut dengan penuturan teman sekelasnya. "Sumpah lo, Lan?"
Wulan mengangguk mengiyakan perkataannya. "Kalo lo gak percaya tanya aja tuh ketos," ujarnya.
Resta mengalihkan pandangannya pada bangku sebelahnya. "Ham," panggilnya.
Ilham menoleh lalu mengangkat alisnya. "Apa?"
"Beneran si Alya kena skors?"
Ilham mengerutkan keningnya. Jujur dia tidak tahu menahu tentang hukuman Alya, tapi yang jelas kemarin dia mengajukan hukuman skorsing untuk Devan karena menurutnya itu sudah keterlaluan. Namun dia tidak menyangka jika Alya juga ikut dihukum.
"Ilham! lo denger gue gak sih?!" teriak Resta kesal.
"Gue gak tau,"
Gadis itu menatap datar sang lawan bicara. "Lo ketos bukan sih?! masa gitu aja gak tau."
"Gue cuma ketos bukan kepala sekolah!"
"Tapi kan lo-"
"Iya Resta sayang Alya diskors," celetuk Gery sambil mengedipkan sebelah matanya.
Resta bergidik ngeri melihat Gery. "Ya Allah, jauhkan hamba dari syaiton terkutuk seperti Gery salut."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dharni Dharmawan
lanjut thor
2023-02-23
0