Ini masih pagi dan entah ada angin apa gadis bernama Alya itu sudah duduk anteng di kursi taman sekolah.
Entah karena kejadian kemarin sore atau memang otaknya yang sudah diperbaiki.
"Lo gak bosen bolos terus?"
Ilham membuka percakapan setelah beberapa menit mereka saling terdiam. Entah karena penasaran atau apa cowok itu menanyakannya pada Alya, yang jelas ada perasaan senang yang bersarang dihati Alya.
"Kenapa harus bosen? kan seru kalo bolos," jawab Alya santai.
Ilham berdecak sambil sesekali melihat kearah kaca spionnya, gadis dibelakangnya malah nyengir tanpa dosa.
"Apa lo gak bosen dihukum? apa lo gak takut di keluarin dari sekolah?"
Sial! entah apa yang difikirkan oleh Ilham. Kenapa dia harus repot-repot bersuara hanya untuk gadis ini? bodo amat deh, lagi pula dia ini Ketua Osis, sudah tugasnya kan? dia harus segera menyelamatkan satu siswa eh ralat maksudnya meluruskan kekacauan yang dibuat oleh gadis badung dibelakangnya.
Alya mengedikkan bahunya. "Hmm, hukumannya biasa banget, paling di suruh bersihin wc, ngepel kelas, paling parah paling dipanggil orang tua."
"Lo itu pinter Al, kenapa lo gak pernah mau ada diposisi pertama?"
Alya memiringkan tubuhnya, gadis itu berusaha melihat wajah sang lawan bicara. "Emangnya kalo Alya ambil posisi pertama Ilham, boleh?" tanyanya.
Ilham yang diperlakukan seperti itu berdeham pelan. Rasanya tidak nyaman. "Bisa gak sih lo duduk dengan tenang dibelakang?"
Gadis itu mencebikan bibirnya lantas kembali memperbaiki posisi badannya. "Jawab yang barusan Ilham."
"Gue gaada hak buat cegah lo jadi nomor satu, gue cuma pengen lo lebih baik dan jangan bikin gue pusing tujuh keliling karena lo suka kabur-kaburan gak jelas, atau lo berulah dikantin sekolah." Ilham menghela napasnya sebentar lalu kembali melanjutkan perkataannya. "Jujur gue capek kalo terus-terusan ngurusin lo, gue juga banyak kerjaan apalagi guru-guru semua berharap sama gue agar lo gak terus bikin masalah."
Alya senyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin. "Baru kali ini dia mau buka obrolan ke gue, dan baru kali ini Ilham ngomong panjang kali lebar ke gue."
Setelah mendengar ucapan Ilham, dia merasa sedikit kasian. Garis bawahi hanya sedikit. Ya, cowok itu pasti lelah dengan semua kekacauan yang diperbuatnya. Selama ini hanya Ilham yang bisa menanganinya, haha sudah seperti kepala sekolah saja.
Tidak heran sih karena dia adalah anak dari pemilik perusahaan terbesar di kota ini, makanya Ilham pintar dan sangat berwibawa, sangat cocok menjadi ketua Osis, atau mungkin dimasa depan dia bisa menjadi presiden?
"Duh, bisa-bisanya gue kebayang Ilham terus," gumam Alya.
Entah sejak kapan Alya mengagumi Ilham. Mungkin karena kejadian kemarin? sial sekali, tadinya dia hanya becanda tapi ternyata malah suka beneran.
"Ilham, dia mau gak ya jadi pacar gue?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ngapain lo disini?" tegur seorang cowok yang ikut duduk disamping Alya.
Alya yang menyadari kehadiran cowok itu langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar.
"Gue yang harusnya nanya sama lo, ngapain lo kesini?" tanya Alya ketus.
Cowok itu mengerutkan dahinya. "Salah ya? Ini kawasan ips kali, lah lo anak ipa ngapain kesini?"
"Terserah gue lah. Pergi aja lo dari sini Devan, gue muak liat muka lo! "
Cowok yang bernama Devan tersenyum mendengar jawaban gadis disampingnya, masih sama seperti hari-hari kemarin, gadis itu nampaknya begitu marah padanya.
"Hey baby--"
"Gak usah panggil gue dengan sebutan itu, kita udah gak ada hubungan apa-apa!" bentak Alya. Gadis itu menatap tajam pada lawan bicaranya.
Devan hanya terkekeh kecil lalu tangannya terulur untuk mengelus rambut Alya. Dengan cepat Alya menyingkirkan tangan Devan dengan kasar.
"Gak usah sentuh gue dengan tangan kotor lo!" Alya tidak suka diperlakukan seperti ini oleh mantan pacarnya.
Ananda Devan Nugraha, lebih sering disapa Devan. Cowok yang memiliki rambut pirang dengan manik coklat itu adalah cinta pertamanya Alya. Seandainya dia bisa kembali kemasa lalu, ingin rasanya dia menjauhi yang namanya Devan brengsek ini.
"Gue udah cuci tangan kali," sahut Devan sambil menatap teduh pada gadis di sampingnya.
Alya benar-benar tidak suka dengan tatapan itu. Dia takut kembali terhipnotis dengan mata itu. Arghhh! kenapa dia bisa suka sama manusia semacam Devan sih?
"Kenapa diem?"
"Gue males ladenin cowok sinting kayak lo!
Devan menyunggingkan senyum. " Lo ngegas mulu sama gue, sebenci itu lo sama gue Al? Duh, bukannya dulu lo yang ngejar-ngejar gue ya?"
Alya memutar bola matanya jengah. Iya memang Alya akui dulu dia yang mengejar Devan, tapi semua itu benar-benar kesalahan terbesarnya dan sebut saja Alya ini bodoh karena mengejar cowok brengsek seperti Devan.
"Waktu itu gue gak sadar, gue harap lo lupain hal menjijikkan itu," ujar Alya tanpa menatap sang lawan bicara.
"Why? Gue suka banget tau, pas lo mohon-mohon sama gue buat jadiin lo pacar gue," jelas Devan dengan wajah berseri. Nampaknya dia sangat senang membuat Alya kesal.
"Lo bisa diem gak?!" Dengan kedatangan cowok ini saja sudah membuat Alya kesal, ditambah cowok ini terus-terusan menjelekannya. Jujur saja emosinya kini sudah diubun-ubun.
"Tentu enggak dong, lagi pula cewek murahan kayak lo emang pantas ditendang, iyakan?"
Alya mengepalkan tangannya.
Bugh..., Bugh...,
Alya meninju perut dan wajah Devan tanpa ampun, cowok itu tak tinggal diam dia berdiri dan menarik rambut panjang Alya membuat gadis itu merintih kesakitan.
"Lo adalah cowok TERGILA!! yang pernah gue kenal!" teriak Alya tepat diwajah menyebalkan Devan.
"Lo baru nyadar sekarang heh?" tanya Devan sinis.
Bugh...
Alya menendang tulang kering Devan, membuatnya merintih kesakitan sehingga dia melepaskan rambut Alya yang sedari tadi ditarik olehnya.
"Sial!" umpat Devan.
"Apa? Cemen lo!" cibir Alya.
Gadis itu terkekeh sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Untung saja rambutnya yang berharga ini tidak tercabut dari akarnya. Cowok dihadapannya ini memang tidak pernah main-main dengan perlakuannya.
Devan menatap nyalang kearah Alya. "Lo adalah cewek terbodoh yang pernah gue temui!"
"Gue emang bodoh udah pernah suka sama cowok kayak lo! "
Plakkk..
Devan menampar pipi Alya dengan sangat keras, sampai-sampai sudut bibirnya berdarah dan tubuh Alya terhuyung sampai terjatuh ke tanah. Devan terdiam ketika melihat senyum terbit diwajah Alya. Gadis itu bahkan tidak memperlihatkan wajah kesakitan, dia benar-benar cewek gila!
"Hmm, puas lo nampar gue? Mau nambah gak?"
"WOY BOCAH BADUNG!! MAU COSPLAY JADI GEMBEL LO?!"
Alya tersenyum sekilas, kemudian tubuhnya ambruk seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments