Si Biang Rusuh

Pukul 21.00.

Di rumah besar keluarga Gu, Leon—pemuda berusia 23 tahun yang sudah berpakaian rapi, keluar dari dalam kamar dan berjalan menuruni anak tangga. Dengan langkah besar, ia berjalan menuju ruang keluarga.

Malam ini Leon mengenakan pakaian formal berwarna abu tua dipasangkan dengan sepatu hitam yang mengkilat. Gaya rambut yang tersisir rapi ke samping kiri, membuat tampilannya terlihat semakin keren. Di tubuh tinggi dan tegapnya, tercium aroma parfum yang khas, membuat siapa saja yang menciumnya akan merasa nyaman.

Di ruang keluarga, selain ada ibu, ayah, kakek dan neneknya yang sedang berbincang, ada juga Jully—kembarannya—yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

Melihat Jully yang acuh dan hanya duduk santai, Leon pun tidak tahan segera bertanya, "Jully, kau belum bersiap juga? Sudah jam berapa ini? Kita sudah hampir terlambat!"

Padahal, Jully sudah tahu akan acara malam ini sejak kemarin siang. Tapi sekarang, dia sama sekali belum bersiap.

"Apa kau mau kita datang terlambat dan menerima hukuman dari Wika? Bukankah di dalam surat undangan itu tertulis 'Tamu yang datang terlambat, harus siap menerima hukuman.' Apa kau mau kita dipermalukan di sana?" Leon berkata dengan lantang dan tegas, membuat Jully yang kalem sedikit merasa tidak nyaman.

Wajah tampan Jully sedikit terangkat, ia menatap Leon, lalu meletakkan ponselnya di sofa. Jully berdiri dan segera berjalan menghampiri Leon.

"Kau pergi saja sendiri, aku tidak ikut!" ucap Jully dengan acuh.

"Kenapa? Bukankah Wika mengundang my juga? Bahkan dia mengundang semua alumni University of Paris 1 Pantheon-Sorbonne, angkatan kita?"

Leon merasa heran. Ia menambahkan, "Mungkin saja, teman-teman dari Paris juga akan hadir di sana! Kita bisa sekalian reunian, kan?"

Secara, Wika ini merupakan teman sekolah Jully dan Leon dulu, ketika mereka menimba ilmu di Paris. Sengaja mengadakan pesta ulang tahun di hotel Montus kota A, dan mengundang semua teman-temannya. Berharap, mereka bisa datang ke kota A. Biar bisa sekalian reunian juga.

Mendengar semua penjelasan dari Leon, Jully sama sekali tidak bergeming.

Ia masih dengan acuhnya menjawab, "Kau pergi saja sendiri. Aku malas menghadiri pesta anak perempuan! Sungguh tidak mengasyikan!"

"Haha ...." Leon tertawa mengejek mendengar ucapan dari kembarannya.

"Apa ... malas? Jika di sana ada wanita yang selama ini kau rindukan? Bagaimana?" Leon sedikit menggoda. "Apa kau yakiiiiin ... tidak akan menyesal?"

Leon masih ingat, enam bulan yang lalu, ketika mereka berdua masih berada di Paris, Jully berkenalan dengan seorang gadis yang asal negeri ini juga. Gadis itu sedang berlibur di Kota Paris bersama dengan keluarganya. Tapi sayang, mereka hanya bertemu satu kali dan Jully belum sempat meminta nomor ponselnya. Jadi, selain nama, Jully tidak tahu apapun lagi tentang gadis itu.

Sejak saat itu, setiap detik dan menitnya Jully selalu berkhayal tentang gadis pujaannya itu. Bahkan di setiap doanya, Jully selalu meminta kepada Tuhan, agar ia diberi kesempatan sekali lagi untuk bisa bertemu dengan gadis itu.

"Kau yakin, tidak ingin ikut?" Leon masih dengan senyum jahatnya, menggoda Jully. "Siapa tahu, si Princess-mu itu hadir di sana."

Mendengar ucapan dari Leon, wajah tampan Jully kini terlihat ada rona merah. Ia mulai salah tingkah.

Dengan cepat, Jully menepis ucapan Leon, "Ah, tidak mungkin. Princess-ku bukan teman Wika, juga. Jadi, tidak mungkin dia hadir di sana."

"Cepat, kau pergi sekarang. Katakan maafku pada Wika. Jelaskan padanya, aku tidak enak badan. Jadi, tidak bisa mengikuti pestanya malam ini." Jully mendorong punggung Leon. Berharap Leon segera pergi dan tidak lagi mengejek dirinya.

Leon dengan terpaksa melangkahkan kakinya keluar, mengikuti dorongan dari Jully. Menghiraukan panggilan semua anggota keluarganya yang saat ini menyapanya dan bertanya tentang pesta malam ini.

"Leon! Kau tidak berpamitan dulu kepada kami?" Panggilan dari Arin—neneknya—samar terdengar di telinga Leon.

Leon pun hanya berteriak sambil terus berjalan keluar, "Maaf, semua, aku berangkat sekarang, ya! Bye!"

Tiba di teras rumah, terlihat mobil sport Bugatti Veyron milik Leon sudah terparkir di halaman. Ia segera menghentikan langkah kakinya dan menatap Jully. Tapi Jully masih juga mendorongnya. Terlihat seperti kakak yang sedang mengusir adiknya keluar dari rumah.

"Iya, iya. Aku pergi sekarang! Aish ... lepaskan aku, jangan kau dorong lagi!"

Leon semakin mempercepat langkah kakinya sampai ke depan mobilnya. Ia tidak tahan terus didorong oleh Jully.

Pakaian yang sudah rapi, kini sedikit berantakan lagi. Sebelum masuk ke dalam mobil, Leon segera merapikan jasnya.

"Cepat masuk!" Jully merebut kunci mobi yang baru saja Leon ambil dari saku jasnya. Lalu Jully membuka pintu mobilnya dengan pelan. Meminta Leon untuk segera masuk.

"Jully! Kau jangan menyesal!" ucap Leon sebelum masuk ke dalam mobil.

Klik!

Pintu mobil ditutup.

"Kau tenang saja, aku tidak akan menyesali apapun. Hem!" Jully menjawab dengan yakin. Ia tersenyum lebar hingga matanya nyaris terpejam.

"Bersenang-senanglah." Jully masih dengan semangatnya melambaikan tangan kepada Leon.

Leon hanya melihat tampang bodoh Jully sekilas. Lalu menyalakan mesin mobil, dan menginjak pedal gas dengan perlahan.

Sekarang, roda kemudi mulai dia gerakkan. Leon membawa mobil sport berwarna putih-hitam itu segera menjauh meninggalkan Jully dan rumah besar keluarga Gu.

"Bye-bye ...."

Jully berteriak sambil terus melambaikan tangan melihat perginya mobil Leon.

"Akhirnya si biang rusuh itu pergi juga!" Jully bernapas dengan lega.

Ia berbicara sendiri, sambil menepuk-nepuk kedua tangannya seperti orang yang sedang membuang debu dari telapak tangannya.

Semenjak Jully dan Leon pulang kembali ke rumah besar keluarga Gu lima bulan yang lalu, entah berapa kekacauan yang sudah dibuat oleh Leon. Dari mulai perusahaan Gu, Leon menangani proyek kecil yang berakhir dengan gugatan dari pihak lawan, karena tiba-tiba Leon memutuskan kerja sama secara sepihak, dengan alasan "Keuntungan terlalu sedikit", sehingga Willy—sang ayah—marah dan meminta Jully untuk menyelesaikan kekacauan yang sudah dibuat oleh Leon.

Tidak sampai disitu saja, Leon bahkan membuat kekacauan di Soba pusat. Niat hati ingin mengubah semua sistem kerja di Soba, malah berakhir dengan demo para karyawan Soba.

Entah kebijakan apa yang sudah dibuat oleh Leon, sehingga para karyawan di sana tidak terima dan berakhir dengan demo di depan rumah besar keluarga Gu. Mereka meminta Lea—ibu Leon—selaku pemilik Soba, untuk mengubah sistem kerja ke peraturan yang lama.

Sekarang, Leon ingin memegang satu cabang Leayumi Food yang ada di negeri ini. Entah itu cabang yang ada di kota A, atau di kota C, tapi Lea masih belum menyetujuinya.

Semua orang mencemaskan Leon, takut dia akan mengacau lagi.

***

Hotel Montus.

Setibanya di hotel Montus, Leon segera berjalan masuk ke dalam gedung hotel. Ia mulai naik ke lantai empat, tempat acara digelar.

Pesta ulang tahun yang diadakan di aula lantai empat gedung hotel ini sangatlah meriah. Aula hotel yang luas, kini disulap menjadi sebuah ruangan yang sangat mewah dan indah. Lampu berwarna kuning keemasan, terpancar sempurna di tiap sudut ruangan. Meja-meja dan kursi berjajar rapi, untuk para tamu undangan agar lebih nyaman ketika mereka berada di sana.

"Leon, kami di sini!" terdengar ada seseorang yang memanggilnya sambil melambaikan tangan.

Melihat hal itu, Leon segera menghampiri dan menyapa teman-temannya. Ia ikut duduk di sana, di meja paling depan yang dekat dengan kursi sang pemilik acara, Wika Liem.

"Leon ... di mana Jully? Apa dia tidak ikut denganmu?" Wika yang melihat Leon datang sendiri, segera datang ke meja Leon dan mulai bertanya.

Wika yang belum puas, kembali bertanya, "Apa dia datang terlambat?"

"Eitssss, siap ini?" Leon membelalakkan bola matanya. Menatap penuh kagum pada sosok gadis yang mengenakan gaun cantik, yang ada di hadapannya.

"Nona!" Tiba-tiba Leon berdiri dari duduknya. Ia membungkukkan badan sambil mengulurkan satu tangan kepada Wika. "Sebuah kehormatan bagiku bisa hadir di acara malam ini."

"Leon!" Wika tersipu malu. Ia mengulurkan tangannya juga pada Leon.

Muach!

Leon mencium tangan halus Wika. Membuat semua teman-teman yang hadir, menyorakinya.

Wuuuu!!!

Wika tahu betul dengan tingkah konyol Leon selama ini. Ia sama sekali tidak menganggapnya serius. Ia hanya tersipu malu menerima perlakuan istimewa dari Leon malam ini. Itu membuat semua orang iri.

"Maaf, Nona Cantik! Sekarang Jully tidak enak badan, dia tidak bisa hadir di acaramu malam ini. Aku mewakilinya meminta maaf padamu," ucap Leon lembut.

"Iya, tidak apa-apa!" jawab Wika. Ia tidak lagi mempertanyakan kehadiran Jully lagi. Hadirnya Leon di pesta malam ini sudah lebih dari cukup bagi dirinya.

Dari salah satu meja yang ada di pojok ruangan, ada satu pasang mata indah yang terus menatap Leon dengan tajam. Wanita itu memperhatikan setiap gerak-gerik Leon tanpa berkedip, membuat orang yang ada di sampingnya merasa sedikit khawatir.

"Apa kau baik-baik saja, Michelle?"

Terpopuler

Comments

Ni.Mar

Ni.Mar

bersaing cinta Pada akhirnya sama kembaran

2022-07-26

0

Ilhamiatul Azizah Ibn Su'ud

Ilhamiatul Azizah Ibn Su'ud

akhirnya up jga thor, lanjut thor

2021-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!