perih.

Hujan turun dengan derasnya, Aretha yang berencana ingin pergi ke rumah sakit harus menunda nya hingga hujan reda karena mobil berada di rumah Arnold.

"Abang enggak di bikinin sarapan ?"

tanya William menarik pinggang Aretha.

"ya, Aku bikinin kamu nasi liwet mau enggak, tapi lumayan lama harus nunggu dulu !"

jawab Aretha senyum memindai wajah tampan William.

"hm, enggak apa apa aku tunggu sambil lanjutkan pekerjaan aku Re !"

Aretha mengangguk lalu melangkah menuju dapur untuk memulai membuat makanan tersebut.

William mengambil laptop nya lalu duduk di kursi meja makan menemani Aretha memasak.

Aretha menoleh ke arah William yang tampak serius menatap laptop nya, tersenyum sendiri menyadari Aretha terus memperhatikan nya.

"berapa lama kamu magangnya bang ?"

tanya Aretha lalu kembali fokus pada ayam yang tengah ia bumbui.

"dua bulan lagi, kata dosen nya di percepat..."

jawab William beranjak dari duduknya lalu menghampiri Aretha dan memeluk nya dari belakang.

"oh gitu, apa orang tua kamu enggak curiga kamu mengeluarkan uang sebanyak itu untukku...!"

ujar Aretha menoleh ke belakang hingga wajah keduanya begitu dekat.

William tidak menjawab, Ia malah melahap bibir Aretha. mencecap nya penuh hasrat hingga Aretha terpojok pada dinding meja kompor.

William terus memperdalam ciuman nya dan memberikan gigitan kecil hingga Aretha membuka bibir nya, dengan mudah Wiliam menjelajahi mulut Aretha.

Gadis itu terengah dan mendorong Pelan tubuh William.

"bang, aku kehabisan nafas !"

ucap Aretha dengan nafas tersengal, Aretha tertegun saat menatap wajah Wiliam berkabut hasrat.

Aretha membiarkan William mengangkat tubuh nya ke atas meja makan, Aretha memejamkan matanya saat William kembali mencium nya, bahkan tangan nya bergerilya membuat Aretha tak bisa menahan desahannya.

"Aku rasa lebih baik sarapan kamu saja !"

Desis William menggigit telinga Aretha, mengecup leher nya yang jenjang.

Aretha tak bisa menolak saat William membawa nya kembali ke ranjang, Acara masak nya tertunda karena William lebih bernafsu pada nya di banding pada makanan.

Pagi yang dingin di temani rintik hujan justru menjadi panas karena percintaan kedua nya, William tak bisa menahan dirinya saat dekat dengan Aretha, tubuh istri nya itu seperti memiliki magnet hingga ia tidak bisa lama-lama menjauh.

seperti pagi ini, keduanya kembali pada penyatuan hingga keringat bercucuran membasahi tubuh tanpa benang.

***

Siang...

Hujan sudah reda, William memindai Aretha yang masih terlelap, kedua nya langsung tertidur setelah membersihkan diri. rasa lapar terabaikan karena lelah.

William meraih ponsel nya dan memesan beberapa makanan untuk mereka berdua, dan tak berselang lama William mendengar seseorang mengetuk pintu, William mengerutkan keningnya melihat jam di dinding, ia baru sepuluh menit memesan makanan, benar kah kurir secepatnya itu?gegas William keluar dari kamar dengan bertelanjang dada.

"Hai..." Bunga melambaikan tangan nya pada William, pria itu langsung tertegun melihat kekasihnya berada di hadapannya.

"Bunga, Kenapa kamu berada di sini ?"

tanya William merasa heran.

"Aku sengaja ingin bertemu dengan mu...!"

jawab bunga senyum lalu memindai ke dalam rumah.

William menyuruh bunga untuk masuk karena hujan kembali turun, William masuk ke dalam kamar untuk mengambil baju.

"sayang kamu jangan dulu keluar ya....!"

desis William di telinga Aretha yang langsung membuka mata nya. "ada siapa ?"

tanya Aretha memindai wajah Wiliam.

"Ada bunga di depan...aku temui dia dulu sebentar !"

Aretha mengangguk lalu membiarkan William pergi menemui Bunga.

"permisi......!"

Bunga menoleh ke arah kurir yang membawa beberapa bungkus makanan.

William langsung menoleh keluar mendengar seseorang datang.

"Will kamu tahu aku mau datang ? pake beli pizza segala buat aku !"

bunga senyum dengan wajah gembira mengambil kotak pizza tersebut.

William menghela nafas lalu membayar semua makanan tersebut, padahal ia membeli nya untuk Aretha.

Dengan sigap bunga membuka pizza tersebut lalu melahap nya.

"terimakasih ya Will, aku tahu kamu enggak marah kan sama aku !"

bunga senyum sambil mengunyah makanan nya.

Aretha sedikit membuka pintu dan melihat kedua nya makan bersama, sedang kan diri nya di dalam kelaparan, Aretha merasa ada yang terasa perih di relung hati nya melihat kebersamaan mereka, lalu siapa dirinya ? Ia hanya sekedar teman ranjang William untuk menuntaskan hasratnya.

Gegas Aretha membersihkan diri, Bagaimana caranya keluar dari rumah itu, Aretha lapar dan ingin mencari makan.

"Will, kita pergi jalan jalan Yuk, aku mau keliling kota Bandung sama kamu ?!"

William berpikir mungkin lebih baik membawanya bunga pergi dari rumah agar Aretha bisa keluar dari kamar.

"ya sudah aku ambil jaket dulu !"

William beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar mengambil jaket dan ponsel nya.

"De, Abang keluar sebentar ya!"

ujar William pada Aretha yang tidak mendengar karena suara air gemericik.

Aretha keluar dari kamar mandi dan mendengar suara motor William keluar dari rumah, dari jendela terlihat bunga memeluk William.

Aretha duduk di ranjang dengan perasaan tidak menentu, Rasa perih kembali menyeruak melihat suaminya bersama perempuan lain.

kruk...kruk..

Aretha menunduk ke arah perut nya yang berbunyi, gegas Aretha menggunakan pakaian.

Ia harus segera pergi mencari makanan, Aretha tidak tahu kalau William menyimpan makanan di lemari makanan.

Aretha tertegun melihat sisa makanan bekas bunga dan William yang masih berserakan, rasa eneg Aretha rasakan, tidak ada makanan untuk nya !

Aretha keluar dari rumah dengan hati pedih, Ia sadar bahwa Ia bukan siapa siapa jika di bandingkan dengan bunga, ia hanyalah ilalang yang tumbuh di mana saja.

"sadarilah Aretha posisi mu!"

batin Aretha sendiri lalu menyetop angkutan umum, sebaiknya ia pergi ke rumah sakit,

Ia akan membeli makanan di sana.

karena motor melaju lambat, angkutan umum tersebut dapat mengejar motor yang dikendarai oleh William dan bunga, gadis cantik berhijab itu memeluk William dengan erat.

Aretha memalingkan wajahnya dari William, jangan sampai pria itu tahu bahwa ia menyaksikan semua nya.

Tak berselang lama Aretha sampai di rumah sakit, Gegas ia melangkah masuk ke dalam gedung Bercat putih itu.

langkah nya gontai seakan tak menapak, Aretha menyeka air matanya mengingat betapa ironisnya hidupnya.

"kak, apa kita hanya hidup berdua !"

Tanya Aretha kala itu, mereka memang hanya tinggal berdua di rumah berukuran lima kali sepuluh itu, Ari menoleh ke arah Aretha yang tampak sendu.

sang ibu meninggalkan mereka berdua, dan kabar terakhir yang Ari dengar sang ayah juga tiada.

"kamu sabar ya Aretha, kakak akan jaga kamu !"

ucapan Ari terngiang di telinga Aretha, gadis cantik yang tengah memakan ayam geprek itu tiba tiba menitik kan air mata nya, bukan karena pedas tapi karena pedih yang di alami nya.

bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!