"Cuma ada satu kamar, kamu tidur di dalam aja. Biar aku tidur di sini." Ujar Mala seraya menunjuk ruang tamu yang tak seberapa besar. "Kalau mandi, silahkan. Aku pergi sebentar beli makanan." Imbuhnya kemudian bergegas pergi meskipun Deva sama sekali tidak menyahut.
Dibawah rintik gerimis malam, Deva kembali mengayuh pedal sepada miliknya menuju warung makan yang menjual ayam dan ikan goreng yang berada tak jauh dari kontrakan. Setelah membeli satu porsi ayam goreng beserta nasi dan teh hangat, gadis ini segera pulang.
Sesampainya di kontrakan, Mala melihat Deva sudah selesai mandi.
"Ini makanannya, mas. Makan di dalam kamar aja, biar kamu nggak jijik sama aku." Ucap Mala entah kenapa ada sesuatu yang rasanya menghujam hati Deva.
Pria ini hanya diam lalu mengambil makanan tersebut kemudian masuk ke dalam kamar. Deva yang benar-benar kelelahan, memutuskan untuk merebahkan diri di atas karpet plastik yang sudah pasti sangat dingin.
Begitu cepat gadis ini terlelap hingga dia lupa membersihkan tubuhnya sedangkan Deva makan dengan sangat lahap karena memang pria ini sedang kelaparan.
Setelah selesai makan, Deva bermaksud untuk membuang sampah. Tapi, langkah pria ini terhenti saat ia melihat Mala yang tengah tidur meringkuk. Mulutnya ditutup masker, sengaja agar Deva tidak melihat wajah buruk rupanya.
Sedikit tak memiliki perasaan, Deva langsung membuang sampah bekas ia makan kemudian kembali ke kamar. Tidur di ranjang tidak seberapa empuk membuat Deva merasa kesal. Pria ini kembali mengeluarkan sumpah serapahnya, bukan untuk Mala melainkan Melia yang ternyata selama ini hanya menginginkan uangnya saja.
Tubuh yang lelah dan mata yang sangat mengantuk membuat pria ini terlelap begitu saja. Hingga pagi menjelang, Deva bangun tepat pukul sembilan pagi. Pria ini keluar kamar, tapi tak mendapati Mala. Dilihatnya ada dua piring lauk yang sudah di dingin dan secarik kertas di atas meja.
Aku memasak sarapan, jangan lupa dimakan. Kalau dingin, hangatkan kembali.
Deva manggut-manggut tanda mengerti, pria ini memperhatikan bagian dapur yang berukuran sangat kecil tapi rapi.
"Dia bisa memasak makanan enak, beda sama Melia yang bisanya cuma merias diri aja." Ucap Deva yang sebenarnya masih tidak terima akan sikap Melia.
Tanpa mencuci wajah apa lagi mandi, pria ini langsung menyantap makanan tersebut tanpa dihangatkan. Makan sampai habis, setelah itu duduk-duduk sebentar kemudian mandi.
Selesai mandi, saat Deva sedang berganti pakaian, pria ini melihat beberapa lembar uang dan secarik kertas di atas meja kecil yang berada di sudut kamar.
Buat pegangan,
Deva menggaruk kepalanya tak gatal, sebenarnya pria ini masih memiliki uang hasil dari penjualan ponsel yang rencananya siang ini ia akan pergi menjual jam tangan mewahnya.
Pria ini bergegas pergi untuk menjual jam tangan miliknya, harga beli yang semula tujuh puluh dua juta merosot turun dengan harga lima puluh empat juta karena Deva tidak memiliki sertifikatnya padahal si penjual adalah temannya sendiri.
"Sialan...!" Umpat Deva kesal. "Awas aja kalau semuanya udah balik seperti awal. Aku akan membeli outlet bajingan itu." Ucap Deva yang benar-benar tidak terima karena tak satu pun temannya mau menolong dirinya.
Deva merental satu mobil untuk pergi ke perusahaan menemui kakaknya. Duduk sambil menatap kesal pada sang kakak yang terlihat biasa saja.
"Ayolah mas, bantu aku untuk merayu mama. Aku nggak bisa lagi hidup seperti ini." Mohon Deva pada David.
"Jalani aja dulu, buktikan pada mama jika kamu mampu hidup tanpa uang dari mama." Sahut David yang begitu sibuk dengan pekerjaannya.
"Lagian aku dan Melia udah putus. Udahlah, bilang sama mama!"
Mendengar kata putus, David menghentikan aktifitasnya.
"Kenapa putus? Bukannya kalian udah berapa tahun? Tujuh atau delapan tahun pacaran?"
"Melia ternyata cuma mau sama uangku aja." Jawab Deva dengan wajah tertunduk. "Sejak aku seperti ini, dia sangat cuek dan acuh padaku bahkan hampir setiap hari mengusirku."
"Sebenarnya yang mama maksud ya seperti ini. Biar kamu sadar siapa Melia itu. Makan tuh cinta...!!"
Deva mendengus kesal, pria ini tidak bisa merayu kakaknya. Bahkan saat Deva meminta uang pun, David sama sekali tidak mau memberi.
"Ambil aja mas, ambil semua warisan. Anggap aja aku bukan adikmu!" Ucap Deva yang merasa kesal. Pria ini pun bergegas pergi, David terus menertawakan penderitaan adiknya ini.
Bukan maksud tidak ingin membantu, hanya saja David ingin adiknya berubah dalam segala hal termasuk uang dan paham cara mengirit uang.
Deva pergi ke apartemen Melia, pria ini ingin bicara pada wanita itu. Sandi pintu apartemen masih sama, belum diganti sama sekali. Dengan santainya David masuk ke dalam, tapi langkah pria ini terhenti saat ia mendengar suara dua orang yang sedang mengerang hebat di ruang tamu.
Mata Deva terbelalak saat ia mengintip Melia yang sedang melakukan hubungan badan dengan seorang pria yang tak lain adalah teman Deva sendiri.
"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" Tanya Deva seketika membuat Melia dan Frans terkejut.
Buru-buru Frans mencabut batang ajaibnya lalu mengenakan ****** *****.
"Woah... hebat sekali. Jangan bilang kalau selama ini kalian berselingkuh dibelakangku?" Tebak Deva dengan tawa sarkasnya.
"Bukan urusanmu. Pergi sana!" Usir Melia yang tanpa memiliki rasa malu mengumbar tubuh polosnya sedangkan Frans memilih kabur.
"Pantesan aja tubuhku tidak pernah merespon setiap belaian yang kau berikan. Ternyata kau perempuan yang menjijikan!" Ucap Deva setengah tertawa.
Dengan santainya Melia mengenakan pakaian dihadapan Deva.
"Kita sudah putus. Aku tidak butuh laki-laki yang tidak memiliki apa pun seperti kamu."
"Baguslah, aku juga tidak butuh perempuan lintah seperti kamu!" Balas Deva kemudian pergi dari sana.
Sebenarnya hati Deva merasa sangat sakit sekali karena Melia sudah tega mengkhianati dirinya. Perempuan yang selama ini ia bela-bela dan selalu ia berikan apa pun yang Melia mau, ternyata hanya menginginkan uangnya saja.
Beberapa kali Deva memukul kemudi mobilnya, pria ini merasa jika usahanya membuat Melia bahagia sangat sia-sia.
"Frans bajingan!" Umpat Deva yang emosi.
Seharian hanya memutari jalanan tidak jelas, menjelang sore, Deva memutuskan untuk pulang ke kontrakan yang ternyata Mala sudah pulang bekerja.
"Mobil siapa?" Tanya Mala singkat.
"Rental. Kenapa?" Ketus Deva.
"Kamu nggak tahu sampai kapan kondisi kamu seperti ini. Ada baiknya uang yang ada ditabung. Mas Deva bisa membeli motor sebagai kendaraan sementara."
"Kamu mengaturku?"
"Tidak, aku hanya memberi saran!"
Deva mendengus kesal, tanpa menghiraukan Mala ia masuk ke dalam kamar. Mala juga tidak peduli, gadis ini kembali melanjutkan acara memasak untuk makan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
noh lihat kelakuan pacar tersyangmu😂ada uang Abang kusayang tak ada uang Abang kutendang🤣🤣🤭
2023-02-08
2
Tati st🍒🍒🍒
udah ga kerja belagu lagi
2023-02-08
1
Noor Sukabumi
bnr kata David mkn tuh cinta deva mknya jg terlalu percaya m Melia tuh kan ujung2nya km miskin ditendang m dia
2023-02-07
2