Chapter 04

"Deva benar-benar keterlaluan, sampai kapan dia akan menempel sama perempuan itu?"

Bu Resti sangat geram, entah kenapa anaknya yang satu ini sangat keras kepala dan susah untuk di atur.

"Biarin aja ma, nanti juga akan pulang kalau uang si perempuan sudah habis." Jawab David yang sudah tidak tahu lagi harus apa.

Sejak mengenal Melia, entah kenapa sikap Deva jauh berubah dan suka sekali berbohong kepada mama dan kakaknya.

Bu Resti pun memutuskan untuk pergi menemui Mala yang sekarang sudah mendapatkan kontrakan. Meskipun kontrakan ini hanya memiliki satu kamar, tapi cukup luas dan nyaman.

Mala menyambut baik kedatangan ibu mertuanya yang menurut Mala sangat baik sekali.

"Mala, maafin mama ya." Ucap Bu Resti. "Semua mama lakukan agar sikap Deva bisa berubah."

Mala tersenyum tipis dibalik masker yang ia kenakan.

"Mala mengerti, ma." Jawab Mala.

"Mama akan membayar kontrakan ini untuk enam bulan. Ini ada uang untuk memenuhi semua kebutuhanmu, tapi jangan bilang sama Deva ya?"

"Iya ma. Mala mengerti. Lagian, aku nggak tahu di mana mas Deva sekarang?"

Bu Resti menghela nafas panjang, rasanya geram juga pada tingkah Deva.

"Kamu tenang aja, nanti juga dia akan pulang sama kamu!"

Mala hanya mengiyakan, gadis ini sama sekali tidak pernah berharap banyak kepada Deva meskipun pria itu adalah suaminya.

Waktu terus berjalan, Mala juga hidup sendirian karena Deva masih tinggal di apartemen sewaan Melia. Sudah hampir setengah bulan, hidup tidak jelas hanya makan tidur hingga membuat uang tabungan Melia habis terkikis apa lagi Deva sampai sekarang tidak bekerja. Sedangkan Mala masih bekerja di restoran sebagai tukang bersih-bersih di halaman luar.

"Dari pagi kita belum makan, tiga hari lagi sewa apartemen sudah habis. Sayang, kamu nggak bisa diam aja seperti ini. Uang aku udah habis untuk biaya kita selama ini." Ucap Melia yang mulai ketar ketir dengan kehidupannya sekarang.

Deva membuang nafas kasar kemudian mengubah posisinya menjadi duduk.

"Mau bagaimana lagi? Tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerima aku bekerja hanya karena mereka sungkan dengan perusahaan keluargaku."

"Lagian, mama kamu itu kenapa sih? Aneh banget padahal kamu itu anaknya loh!"

"Ya udahlah. Biarin aja, mending sekarang kamu yang cari kerja. Ibarat kita gantian gitu, nanti kalau aku udah pulang, aku akan ganti semua kamu."

"Kamu nyuruh aku kerja?Haha....!!" Melia tertawa keras. "Sayang, apa aku nggak salah dengar? Kalau aku kecapean bagaimana? Kalau kuku aku lecet bagaimana?"

Deva menatap tajam ke arah Melia, pria ini marah.

"Lantas, apa gunanya aku membiayai kuliahmu jika kau sendiri tidak mau bekerja?"

"Deva...! Kau anak orang kaya bahkan harta kalian sangat banyak, untuk apa jika aku bekerja?"

"Kau tahu sendiri jika keadaanku seperti ini. kenapa kau tidak mengerti keadaanku?"

Pertengkaran dan perdebatan sepasang kekasih ini memenuhi ruangan. Deva tidak terima jika Melia tidak mau membantunya sama sekali.

"Mulai sekarang, kita putus. Aku tidak butuh laki-laki miskin seperti kamu." Ucap Melia dengan sangat lantang.

Mata Deva melebar, pria ini tidak pernah menyangka jika wanita yang sudah delapan tahun menjadi kekasihnya ini tega memutuskan hubungan hanya karena Deva tidak punya uang.

"Apa maksud kamu, hah?"

"Kita putus. Apa telingamu tuli? Aku bilang kita putus karena aku nggak bisa hidup sama laki-laki yang tidak punya uang seperti kamu."

"Kau memutuskan h hubungan kita hanya karena aku tidak punya uang?"

"Lalu, menurutmu selama ini kenapa sampai aku mau sama kamu? Heh Deva, percuma wajah ganteng, kalau nggak punya uang, percuma aja."

"Keterlaluan kamu, Melia. Apa kamu lupa jika yang kau dapat sekarang semua dariku?"

Melia tertawa, wanita ini mulai menunjukkan sikap aslinya setelah delapan tahun berpacaran.

"Selama ini kamu

Sekali lagi Deva merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bahkan dengan sangat kasar, Melia mengusir Deva keluar bahkan melempar semua pakaian milik Deva tepat di wajah pria ini.

Aaaaargh..... Bug.....

Deva yang emosi meninju pintu hingga tangannya berdarah. Pria ini baru sadar jika ia akan di buang setelah tidak punya uang.

Sambil memungut semua pakaiannya, Deva pun pergi dari sana. Pria ini memutuskan untuk pulang ke rumah mamanya menggunakan ojek karena pria ini baru saja menjual ponselnya untuk bertahan hidup.

Tapi, belum sempat Deva membuka gerbang rumah, penjaga sudah mengusirnya bahkan tidak peduli jika Deva adalah anak majikannya.

Aaaargh..... "Brengsek!" Umpat Deva yang merasa kesal. Pria ini sejenak berpikir harus kemana dia pergi, hingga ia teringat pada Mala.

"Masa iya aku hidup sama perempuan cacat itu?"

Aaaarg.... "Sialan!" Umpat Deva lagi.

Saat ia susah, tidak ada satu pun teman ataupun sahabat yang mau membantu dirinya bahkan mereka semua menganggap tidak mengenal Deva.

Tanpa tujuan Deva membawa kakinya melangkah entah kemana. Bu Resti dan David yang mendapatkan kabar jika Deva pulang hanya bisa menertawakan.

Hari mulai larut malam, Deva duduk di halte bus tanpa tujuan bahkan sebentar lagi hujan akan segera turun. Sampai pukul delapan malam, pria ini masih tetap berada di sana bersama koper besarnya. Ponsel tidak punya apa lagi kendaraan. Deva menatap gelapnya langit malam, pria ini sama sekali tidak memiliki ide apa pun sekarang.

"Mas, mas Deva....!" Panggil suara yang terdengar begitu asing di telinga Deva.

Pria ini pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Mala yang sedang berada di sepedanya.

"Mas Deva mau kemana? Kok bawa koper?" Tanya Mala tapi Deva hanya diam.

Deva hanya bisa melihat sebelah mata kanan Mala, karena sebelah matanya ditutupi rambut dan masker.

"Nggak tahu mau kemana!" Ketus Deva. "Semua gara-gara kamu!"

"Ikut pulang sama aku, mau?" Tawar Mala yang sama sekali tidak mengambil hati setiap ucapan Deva.

"Nggak mau! Ngapain ikut sama perempuan cacat dan mengerikan seperti kamu?"

"Oh...!!"

Mala tidak peduli, gadis ini langsung mengayuh sepedanya. Tapi, baru beberapa kayuhan, ternyata Deva mengejar Mala.

"Ada apa?" Tanya Mala singkat.

"Aku belum mandi dan belum makan seharian. Numpang dulu di kontrakan kamu!"

"Oh. Iya...! Ya udah, mas Deva jalan aja."

"Enak aja. Turun...!!" Titahnya.

Mala yang sangat penurut langsung turun, ternyata depa membonceng dirinya. Meskipun sedikit kesusahan karena Mala harus memangku koper besar milik Deva.

Mereka pun pulang ke kontrakan bersama-sama, untuk yang pertama kalinya Deva mau tinggal bersama Mala. Itu pun karena terpaksa sebab ia tidak memiliki tujuan.

"Jauh banget. Di mana kontrakannya?"

"Di depan, kira-kira dua ratus meter lagi ." Jawab Mala.

Sambil mengomel dan mengeluarkan sumpah serapahnya, Deva tetap mengayuh sepeda tua milik Mala yang sudah menemani dirinya sejak sekolah dulu.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

bodoh mending cerai krja apa aja pake cadar aja lah bodoh

2025-04-16

0

lovely

lovely

dasar cewek bego mau aja di mnfaain udah di hina²😜🥵

2023-03-14

1

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

kapok kau deva....kasihan mala malah harus nampung deva

2023-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!