Wanita di kamar 305

Di sisi lain Ronald salah satu room boy mendapat tugas untuk membersihkan kamar-kamar yang ada di lantai 3.

Ronald terlebih dulu menyusun semua perlengkapan untuk tamu seperti amenities, linen , serta perlengkapan pembersih di dalan trolley.

Setelah trolley terisi penuh dan lengkap, Ronald memeriksa kamar-kamar sesuai dengan form yang ia bawa.

Ronal mendorong trolley ke kamar pertama dan mulai menekan bel dan mengetuknya sesuai SOP.

“Housekeeping,” ucap Ronald sebanyak 3 kali.

Ronal mengeluarkan master key dan membuka pintu.

Ronald mulai melakukan making bed dan clean up room seperti biasa.

Tidak lupa Ronald memeriksa laundry bag yang terdapqt di lemari kamar tamu. 

Jika terisi maka Ronald akan langsung menulis nomor kamar dengan spidol di laundry bag lalu memasukkannya ke dalam kantung depan yang ada di trolley.

Setiap 5 sampai 10 menit Ronald harus selesai melakukan clean up. Hingga Ronald sampai di kamar 304. 

Kebetulan saat itu salah satu tamu yang ada di kamar 304 itu masih berada di dalam kamar belum turun ke lantai 2 untuk breakfast.

“Permisi bu, boleh saya bersihkan kamarnya?” tabya Ronald saat tamu itu membukakan pintu untuknya.

“Boleh Mas masuk aja,” ucap wanita paruh baya berkulit putih itu.

Ronald mulai membersihkan semua sampah, lalu mengganti sheet atau linen.

Hingga sampai ke area bath room.

Saat tengah sibuk membersihkan wastafel dan mengganti towel, wanita itu mulai komplain kepada Ronald.

“Mas bisa gak saya minta tolong tegur kamar yang di sebelah, berisik banget kaya barang-barang jatuh terus teriak-teriak suaranya kedengeran sampai kamar saya,” ucapnya.

Ronald terdiam, “Sebentar Bu saya cek status kamarnya dulu. Rasanya kamar di sebelah kosong.”

Ronald berjalan menuju trolley dan mengambil formulir yang berisi status kamar yang ada di lantai itu.

“Benar bu kamarnya kosong.”

“Ah gak mungkin. Saya sama suami saya dengenr sendiri bahkan sampai mau negur sendiri tapi gak di tanggapi.”

“Gini aja Bu, kita lihat sama-sama aja.”

Ronald membuka kamar itu menggunakan master key dan benar saja kamar itu tampak sangat rapi dan kosong. Bahkan towel, amenities pun masih lengkap.

“Tapi saya serius Mas. Ih ... Untung saya pulang hari ini.”

Ronald kembali menutup pintu kamar tersebut.

Wanita itu bergegas keluar kamar dan berjalan menuju pintu lift, Ronald pun kembali membersihkan kamar yang lain.

Hingga waktu menunjukkan pukul 12.00 HT yang di bawanya pun sudah terus bersahut-sahutan.

Ronald menaruh trolley di ruang pantry dan berjalan menuju lift karyawan untuk naik ke lantai 5 untuk istirahat makan siang.

Saat naik satu lantai, rupanya rekannya yang lain pun sudah menunggu di depan lift. Jam-jam seperti ini lift karyawan akan sangat ramai dari berbagai department.

Hingga mereka sampai di lantai 5 dan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus untuk makan siang karyawan.

Layaknya seperti kantin, makanan di sana sangat banyak dan lengkap dari lauk, sayur, buah hingga pencuci mulut, namun bedanya di sini gratis untuk seluruh karyawan.

Tidak lama Via pun juga masuk ke ruangan itu, saat masuk semua karyawan menyapanya.

Di ruangan ini tidak akan ada perbedaan jabatan atau pun pekerjaanya karena semuanya sama.

Bahkan di tempat ini akan banyak mendapati manager hotel duduk makan bersama dengan para room boy atau para staf F&B.

Saat di meja itu mereka bercerita tentang apa yang mereka temukan dan alami di keperjaan masing-masing. Suana cukup ramai dan penuh tawa.

“Bu Via,” ucap Ronald sambil membawa tray berisi makanan.

“Iya kenapa Ronald?” 

“Saya duduk di sini ya.”

“Iya silahkan mumpung kosong.”

Ronald pun duduk dan langsung menyantap dengan lahap makanannya.

“Bu tamu 304 komplain lagi sama saya katanya di kamar 305 itu ada yang teriak-teriak,” ucapnya sambil menyuap makanannya.

“Kan kamarnya vacant (kosong),” sahut Via.

“Iya sudah saya kasih tahu, sampai saya ajak lihat kamarnya sama-sama tadi.”

Saat tengah asyik bicara tentang hal tersebut tiba-tiba dari HT ada panggilan mendadak.

“Housekeeping monitor,” terdengar panggilan untuk departmen housekeeping.

“Ya ada apa?” Via menyahuti panggilan itu.

“Bu di kamar 308 minta di take out laundry nya Bu,” ucap nya.

“Siap 86,” tiba-tiba Ronald menyahuti panggilan itu.

“Ronald biar saya aja. Lagian makanan saya sudah hampir habis. Kamu selesaikan aja makannya,” ucap Via.

“Baik bu terima kasih,” ucap Ronald.

Via berjalan ke luar dan langsung menuju lift untuk turun ke lantai 3.

Saat sampai Via langsung berjalan menuju kamar 308 dan mengambil laundry yang di minta tamu.

Saat ingin berjalan kembali ke pintu lift, Via tidak sengaja melihat pintu kamar 305 tidak tertutup dengan benar.

Via pun mencoba menutupnya, tapi saat itu dari balik celah pintu yang sedikit terbuka Via melihat seseorang di dalamnya.

Via pun masuk ke salah satu kamar yang juga kosong dan memakai telepon yang ada di kamar itu untuk menanyakan masalah status kamar 305.

Via menekan nomor 1 dan langsung terhubung ke bagian front office drpartment.  

“Halo selamat siang dengan evelin ada yang bisa saya bantu,” ucap resepsionis itu dalam satu tarikan nafas.

“Evelin ini saya Via,” ucapnya.

“Oh iya Bu Via ada apa?”

“Saya mau tanya kamar 305 ada yang check-in ya?”

“Gak bu, masih vacant.”

“Oh ya sudah makasih ya.”

Via menutup telepon dan keluar dari kamar itu.

Via pun kembali ke kamar 305 itu dan mencoba menegur orang itu.

Saat pintu terbuka Via melihat seorang wanita berbaju merah duduk di atas bed sambil membelakanginya.

“Maaf kamar ini untuk tamu yang baru check-in,” icap Via.

Wanita itu tidak menggubris, dia hanya diam mematung. Saat akan masuk ke dalam Via di kejutkan oleh Bagus, seorang pertugas mini bar.

“Bu Via,” tegur Bagus.

Via pun tersentak kaget lalu membalikkan badannya.

“Astaga Bagus, kamu bikin kaget,” ucap Via.

“Cek kamar? Tapi bu kamarnya kan masih kosong.”

“Enggak. Tadi saya lihat ada Mbak yang-“

“Loh kemana mbaknya yang tadi?” ucap Via kaget.

“Maksudnya Bu?” tanya Bagas.

Via tersenyum masam dan menutup pintu tersebut.

“Gak ada apa-apa. Aku turun ke bawah ya,” ucap Via.

“Baik bu.”

Via berjalan menuju lift dan turun ke lantai 1.

Via masuk ke dalam ruangannya dan duduk sejenak.

‘Kayaknya ada yang gak beres,' batin Via.

Via merasa bingung dan mulai berpikir jika tamu yang ada di kamar 304 bisa saja  benar mendengar suara gaduh.

“Astaga! Laundry nya!” pekik Via sambil menepuk jidatnya.

Via kembali ke lantai 3 dan mengambil laundry milik tamu yang tertinggal di kamar 305 itu karena sebelumnya Via tidak sadar jika laundry bag itu terlepas dari tangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!