Bertemu Anak Gelandangan

Beberapa hari istirahat di rumah, aku akhirnya mendarat di kota L. Aku bersiap untuk kehidupan baru, di kota yang baru dan lingkungan yang baru.

Aku mengambil nafas dalam untuk menyegarkan diriku dengan udara yang berbeda dan aku langsung memanggil sebuah taksi untuk mengantar aku ke sebuah hotel di mana hotel itu yang sudah di rekomendasikan oleh temanku. Jadi aku ada di kota ini sendirian, hampir tidak mengetahui hal apapun tentang yang ada di tempat ini.

Sopir taksi itu mengantar aku ke sebuah hotel yang begitu mewah yang membuat mulutku terbuka lebar. Ada pemandangan sungai yang airnya begitu jernih dan sebuah menara yang tinggi diseberang sungai itu. Aku hampir mematahkan leherku sendiri karena terus melihat ke arah tingginya Menara itu.

Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku akan pergi ke menara itu suatu saat nanti. Setelah itu, aku kemudian masuk ke dalam hotel. Dengan bantuan seorang belboy, aku pergi ke kamar yang berada di lantai 7 di hotel itu. Aki begitu kagum dengan interior dari dalam kamar itu. Setelah itu, aku lalu mandi, memesan makan malam dan tidur dengan nyenyak seperti seekor Panda.

Aku bangun cukup pagi keesokan harinya dan melompat dari atas tempat tidur dengan tubuh yang benar-benar sudah penuh tenaga. Aku merasa begitu senang. Aku lalu membuka tirai di jendela kamarku dan melihat keluar jendela. Aku menatap ke arah kota yang begitu sibuk dengan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang berjalan, di mana semua orang itu tampak sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku berdiri di sana cukup lama dan mendapati diriku sendiri merasa begitu tenang.

Kebanyakan hotel yang ada di kota itu memang menjanjikan pemandangan yang indah. Tapi hotel tempat aku menginap ini benar-benar membuktikan semuanya. Pemandangannya benar-benar sangat indah, bahkan jauh lebih indah dibandingkan dengan yang aku bayangkan.

Sungai dengan air yang begitu jernih tampak begitu indah dan gedung-gedung pencakar langit itu juga terlihat berdiri kokoh dengan begitu megah. Sekarang aku tahu kenapa temanku merekomendasikan hotel ini untukku. Pemandangan yang diberikan benar-benar indah.

Setelah melihat ke arah kota dari kamar hotel ku, sekarang waktunya bagiku untuk menjelajahi semuanya yang ada di kota ini dan mulai mencari rumah untuk diriku sendiri karena aku tidak mungkin bisa tinggal di hotel ini selamanya.

Aku mulai dengan banyak kegiatan hari ini. Tapi aku lebih berpikir tentang melihat banyak rumah. Hanya saja aku belum yakin rumah mana yang ingin aku pilih untuk menjadi tempat aku tinggal.

Aku begitu kelelahan dan memutuskan untuk kembali ke hotel berharap untuk menemukan sebuah tempat yang cocok untuk aku tempati lagi besok. Aku tidak begitu berharap jika aku akan menemukan sebuah tempat yang menakjubkan di hari pertama. Jadi aku tidak terlalu memikirkan kekecewaan yang akan menghampiri diriku.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, aku melihat seorang anak laki-laki gelandangan dengan luka dan memar di seluruh tubuhnya. Dia tampak duduk sendirian.

'Apa yang sedang dia lakukan di sini sendirian? Di mana orang tuanya?' pikirku dalam hati.

Anak laki-laki itu terduduk dengan hanya mengenakan pakaian lusuh bahkan sudah robek di tubuhnya. Dia tampak begitu kurus, terlihat sudah lama hidup seperti itu.

'Tapi kenapa dia bisa sampai seperti itu?'

Aku lalu mendekat ke arahnya dan mencoba untuk bertanya kepadanya dengan sopan agar tidak menyinggung dirinya.

"Hei apakah kau sendirian?" Tanyaku.

Dia tampak diam beberapa saat dan aku berpikir mungkin dia tidak mau merespon aku karena malu. Namun kemudian tak lama setelah itu dia pun menatapku dan kemudian dia pun menganggukkan kepalanya.

"Di mana orang tuamu?" Tanyaku lagi dengan khawatir.

Dia kembali terdiam lagi dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mulai terjatuh ke pipinya.

"Bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" Ucapku kembali bertanya kepadanya.

"Aku berkelahi dengan beberapa anak laki-laki. Mereka memukulku karena tidak mau mendengarkan mereka." Ucapnya memberanikan diri bicara kepadaku.

"Di mana teman-temanmu? Kenapa mereka melakukan ini padamu? Apa yang mereka minta untuk kau lakukan?" Tanyaku.

Dia kembali terdiam beberapa saat dan setelah itu kemudian membalas pertanyaan ku dengan menggelengkan kepalanya.

"Mereka mau aku untuk ikut terlibat ke dalam hal yang buruk dan aku tidak mau." Balasnya.

Aku merasa kasihan kepadanya. Bagaimana bisa anak laki-laki kecil ini tinggal di dunia yang kejam ini sendirian. Apa yang selama ini harus dia alami dengan bertahan setiap harinya dalam kondisi seperti itu.

"Bisakah kau membiarkan aku melihat lukamu itu?" Tanyaku kepadanya dengan penuh empati.

Dia pun lantas menunjukan tangannya kepadaku.

"Apa itu sakit?" Tanyaku melihat ke arah tangannya itu.

Tangannya kecil dan tampak tertutupi dengan darah yang sudah mengering bekas luka dan sayatan di mana-mana.

"Awalnya sakit, tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah terbiasa. Jadi aku harus lebih kuat." Balasnya dengan tegar.

Aku begitu terkejut mendengarkan jawaban darinya itu.

Kadang-kadang bahkan anak kecil saja bisa mengajari kita banyak hal.

Bagaimana bisa anak laki-laki sekecil ini yang tidak punya rumah, tanpa orang tua dan dengan segala kekurangannya, dia mampu bertahan dan tetap optimis, tenang dan juga kuat menghadapi kerasnya dunia ini.

Aku lalu mengambil kotak obat yang selalu aku bawa bersamaku di dalam tasku dan mengeluarkan antiseptik kemudian membersihkan luka ditangannya. Kemudian aku menaruh perban di lukanya itu.

"Apa kau lapar?" Tanyaku.

Dia menganggukkan kepalanya sebagai respon atas pertanyaan ku itu.

"Bisakah aku membawamu ke toko terdekat?" Tanyaku kepadanya lagi.

Dia pun langsung berdiri. Aku lalu memintanya untuk memegang tanganku dan membawanya untuk pergi makan.

Di kota yang baru ini, dia terlihat menjadi teman pertama bagiku.

Aku lalu kembali bertanya kepadanya, "apa yang ingin kau makan?"

"Apapun." Balasnya singkat.

Aku lalu membelikan dia sebuah burger, kentang goreng dan sebotol minuman. Aku sebelumnya tidak pernah melihat wajah seseorang yang tampak begitu gembira karena mendapat makanan, seperti yang dia tunjukkan padaku saat ini.

Setelah makan, aku lalu membawanya pergi ke sebuah toko terdekat untuk membelikan pakaian untuknya dan setelah itu dia membawaku ke sebuah taman terdekat untuk menunjukkan kepadaku taman itulah tempat dia sering tidur.

Sekarang sudah jam 08.00 malam...

Aku tidak bisa meninggalkan dia di sana sendirian. Aku pun kembali bertanya kepadanya.

"Apa kau mau tinggal di hotel bersamaku hari ini? Aku tidak akan menyakitimu." Ucapku.

Dia pun terlihat percaya kepadaku dan dia menganggukkan kepalanya. Setelah itu kami pun pergi ke hotel di mana aku menginap.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

wow... amazing

2024-08-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!