"Bunda kenapa sih Tan?"
Ari, anak suluh Anita dan Joni tampak berjalan mendekati Rahma, tantenya yang kini sedang sibuk chat dengan seseorang,
"Yah, kenapa Ri?"
Tanya Rahma, meminta Ari mengulang pertanyaannya,
"Bunda, dia sepertinya sedang sedih, ada apa?"
Tanya Ari akhirnya mengulang,
Rahma yang ditanya demikian pastinya langsung bingung harus menjawab apa, menjelaskan apa yang terjadi tentu hanya akan membuat keponakannya itu malah banyak pikiran,
"Tidak apa, sedang pusing saja masalah pekerjaan, tadi diajak ngobrol Tante juga katanya lagi pusing,"
Kata Rahma akhirnya membohongi Ari,
Bersamaan dengan itu di luar rumah berisik suara bocah,.
"Riaaaan... Riaaaan, ayok berangkaaat,"
Rahma menoleh ke arah ruang depan yang bisa terlihat dari sofa ruang tengah karena posisi rumah kakaknya memang ruangannya dibuat tidak banyak sekat,
"Teman-teman Rian ya Ri?"
Tanya Rahma,
Ari tampak menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan malas, lalu mengambil remote untuk menyetel TV,
"Biasa pada mau main futsal,"
Kata Ari menyahuti tantenya, yang selang beberapa detik tampak Rian berlari dari lantai dua, menuruni anak tangga dan kemudian menuju Tantenya,
"Tan, pamit main futsal, Bunda pergi ya,"
Kata Rian,
"Bunda di kamar,"
Sahut Ari tanpa menoleh pada sang adik,
"Tidak apa, pergilah, nanti Tante yang pamitkan pada Bunda,"
Kata Rahma,
"Oke deh tanteku yang cantik, Um Firman tidak pernah datang sih,"
Kata Rian sambil meraih tangan Rahma dan mencium punggung tangannya,
"Lagi sibuk, nanti kalau sudah tidak sibuk Tante ajak main lagi,"
Jawab Rahma,
"Yo i Taaan..."
Sahut Rian, yang kemudian berlari sambil menenteng sepatu futsalnya,
"Kamu tidak ada kegiatan Ri akhir pekan begini?"
Tanya Rahma pada anak sulung kakaknya,
Ari menggeleng,
"Kegiatan apa? Enak juga di rumah, malas keluar juga, tadinya sudah janjian sama Ayah mau climbing malah dia pergi,"
Kata Ari kesal,
Rahma tersenyum kecut mendengar jawaban Ari,
Sudah bukan rahasia memang, jika Ari sejak kecil memang sangat dekat dengan Ayahnya,
Kesibukan Bundanya yang bisa dikatakan lebih banyak waktu dihabiskannya di kantor, membuat Ari tak bisa menikmati kebersamaan dengan sang Bunda,
Untungnya Ayahnya yang hanya merupakan pengusaha jual beli mobil dan motor bekas memiliki waktu yang lebih fleksibel,
Ayah tak selalu harus berangkat pagi ke showroom miliknya, pun juga tak harus seharian berada di sana hingga kapanpun Ari dan Rian membutuhkan figur orangtua, Ayah akan selalu punya waktu untuk itu,
Namun, sayangnya beberapa bulan terakhir Ayah mulai pelahan berubah, ia tak lagi seperti dulu, yang selalu ada waktu untuk dihabiskan bersama dengan Ari,
Kadang naik motor bareng, kadang climbing, kadang main bulutangkis dan kadang juga sekedar ngopi di warkop atau juga kadang di cafe langganan mereka,
"Ayah main gila lagi ya Tan?"
Tiba-tiba pertanyaan itu terdengar dari mulut Ari, yang tentu saja membuat Rahma yang semula sedang kembali sibuk berbalas chat dengan seseorang tampak terkejut dan memandangi keponakannya,
Ari menatap tajam tantenya, tampak ia seperti berusaha menuntut jawaban jujur dari adik Ayahnya,
"Ke... kenapa kamu tanya begitu sih Ri? Ada-ada saja,"
Rahma tampak berdiri dari duduknya, baginya segera menghindari Ari adalah hal paling tepat saat ini,
"Sudah kamu nonton TV saja, Tante mau minta bikin jus ke si mbok,"
Kata Rahma kemudian sambil buru-buru pergi,
Yang tentu saja, sikapnya itu malah membuat Ari jadi tambah yakin jika memang ada sesuatu yang sedang melanda keluarganya, dan itu pasti adalah Ayahnya yang membuat kesalahan,
Jadi benar bukan hanya urusan pekerjaan?
Tulis Rahma dalam chat nya kepada seorang teman kakaknya,
Rahma mengenalnya karena teman kakaknya itu sudah dekat sejak sang kakak masih kuliah,
Bang Robi, teman Joni itu bahkan sudah sering menginap di rumah mereka,
Yah, kurasa kau sudah tahu, tanpa aku harus bicara pun pasti kau sudah tahu apa yang terjadi sebetulnya.
Balas Bang Robi,
Membaca balasan teman Kakaknya, Rahma tampak menghela nafas, gadis itu duduk di kursi ruang makan sambil mengurut kening,
Benar Kakaknya berbuat sesuatu yang bodoh lagi, mengulangi kesalahan lagi yang padahal sudah diwanti-wanti Ibu mereka, jika ia sama sekali tidak ridho jika sampai Anita menantu kesayangannya di sakiti,
Rahma lantas berjalan ke dapur, di mana si mbok sedang menyiapkan makan siang untuk majikannya,
"Mbok, aku dibuatkan jus alpukat ya, nanti,"
Kata Rahma,
"Oh, iya Non, nanti selesai masak nggih,"
Kata si mbok,
Rahma mengangguk,
"Ya Mbok, susunya sedikit saja,"
Kata Rahma lagi,
Si mbok mengangguk,
Lalu Rahma melangkah lebih dekat pada si mbok, sambil ia sesekali melihat keluar dapur takut ada yang akan mencuri dengar di sana,
"Mbok,"
Panggil Rahma dengan suara lirih,
"Ya Non, ada apa?"
Tanya si mbok,
"Dulu, Mbok pernah bilang ka aku kalau Bang Rojak menemukan sesuatu di mobil Mas Joni saat membawanya ke bengkel, apa Mbok masih simpan?"
Tanya Rahma,
"Oh, masih Non, masih, kan kata Non Rahma disimpan dulu saja tunggu Non Rahma ke sini,"
Ujar Si Mbok,
Tampak Rahma mengangguk,
"Bang Rojak tidak bilang ke siapa-siapa kan Mbok?"
Tanya Rahma lagi,
Si Mbok tampak menggeleng,
"Tidak Non, tidak berani, dia hanya bilang ke saya, dan malah dia juga yang minta saya bilangnya ke Non Rahma saja, jangan ke Bu Anita, kasihan kata Rojak,"
Tutur si Mbok,
Rahma mantuk-mantuk lagi,
"Diambil saja Non barangnya ada di kamar Mbok, di laci lemari pakaian Mbok,"
Kata si mbok pula,
Rahma pun mengangguk, ia lantas berjalan cepat keluar dari dapur untuk menuju kamar si Mbok,
Ia harus benar-benar memiliki bukti untuk memarahi kakaknya,
Ya, jika benar ia main perempuan lagi, jika benar ia menyakiti dengan sengaja perempuan sebaik Kak Anita untuk kesekian kali, maka Rahma sebagai adik ikut tidak terima,
Bagi Rahma, kakak iparnya adalah dewi yang tak bisa digeser siapapun di dalam keluarga,
Tak ada ipar sebaik dia, setulus dia, sesempurna dia, tidak ada, tidak akan semudah itu mendapatkannya lagi,
Rahma masuk ke dalam kamar si mbok, ia lalu mendekati lemari pakaian si mbok, membukanya dan langsung membuka laci lemari itu,
Dan...
Rahma matanya terbelalak, melihat sesuatu yang dibungkus plastik dan disimpan di lemari si mbok,
Diraihnya bungkusan plastik tersebut dengan tangannya yang tergetar,
"Perempuan binatang,"
Geram Rahma sambil meremas sesuatu yang ada di bungkusan plastik tersebut,
Rahma yakin perempuan itu sengaja meninggalkan ****** ***** berbahan sangat tipis itu di mobil kakaknya, setelah mungkin mereka melakukan hal menjijikan di sana,
Rahma sangat jijik, kesal dan marah serta ingin muntah,
"Perempuan macam begini harus diberi pelajaran."
Kata Rahma.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Diana Dwiari
Cerai saja, toh anak2 dah besar dan pasti ngerti keadaan ortu nya, jika sekali diberi kesempatan tapi nyatanya ttp berkali2 selingkuh, barti harus dbuang kelaut aja
2023-07-14
1
Putrii Marfuah
alasan jenuh untuk membenarkan sebuah perselingkuhan. dan apa tidak berpikir jika berikutkan akan terjadi juga titik jenuh saat dengan pasangan selingkuhannya.
Komunikasi dua arah yg dibutuhkan, bukan selingan macam itu.
Inget, selalu anak yg jadi korban
2023-02-15
0
ALNIE
klo cerita berbau" pelakor bawanya emosi trs baca nya 😤
2023-02-06
1