Pulanglah, ada tagihan yang harus kau bayar, mungkin simpananmu yang belanja.
Pesan singkat itu dibaca Joni dengan tangan tergetar,
Ia sama sekali tak menyangka jika hari ini Anita tiba-tiba mengiriminya pesan seperti itu,
Tagihan?
Tagihan apa?
Sejenak Joni terdiam, berpikir untuk mengira-ngira tagihan apa sebetulnya yang dimaksud Anita,
Ah'... tiba-tiba Joni ingat beberapa bulan terakhir tentang kartu kredit miliknya yang hilang sejak pulang dari Semarang bersama Linda,
Joni menoleh ke arah dalam ruangan kamar, di mana kini Linda tampak tengah menatapnya dengan tajam dari dekat pintu kamar mandi,
Perempuan berambut panjang berwajah cantik itu berdiri bersandar sambil melipat tangan,
Ia tampak sudah berganti dengan handuk kimono berwarna merah, warna yang tampak begitu menyala di kulitnya yang putih bersih,
Joni baru akan memanggil Linda untuk bicara terkait kartu kreditnya, saat tiba-tiba ada panggilan masuk ke hp nya,
"Fera, ada apa dia tumben menelfon,"
Gumam Joni yang lantas cepat-cepat mengangkat panggilan Fera tersebut,
"Ya Fer,"
Kata Joni, dadanya mulai berdegup kencang karena membayangkan ada hal buruk yang akan ia dengar,
Dan...
Benarlah, saat mendengar suara Fera yang terdengar panik, sudah jelas ini sesuatu yang buruk,
"Lebih baik Mas Joni pulang Mas, sepertinya keadaan di rumah sudah mulai tidak baik-baik saja, saya sudah sejak awal bilang pada Mas Joni untuk tidak mau terlibat dengan masalah Mas Joni dengan Mbak Anita, sungguh Mas Joni, saya bekerja karena ingin membantu orangtua, jadi jangan libatkan saya dalam masalah ini,"
Fera di sebrang sana menangis,
"Tenang dulu Fer, tenang, jelaskan padaku lebih dulu, sebetulnya ada apa?"
Tanya Joni yang meskipun sebetulnya ia juga tahu bahwa kemungkinan besar Anita mengetahui sesuatu tentang hubungan gelapnya, tapi Joni tetap ingin tahu lebih jelas sebetulnya dari mana Anita sampai tahu soal itu,
"Mas Joni pasti paham lah, bagaimana kacaunya laporan keuangan dua bulan terakhir ini, kita menunggak pembayaran pajak penghasilan bulanan, kita menunggak setoran pembiayaan modal, beberapa mobil dan motor yang laku juga uangnya tak jelas ke mana, sementara stok mobil semuanya masih yang lama,"
Kata Fera,
"Ya kamu tahu sendiri kan Fer, ada beberapa pembeli yang bermasalah dalam pembayaran dengan kreditur, sekarang aku juga bagaimanapun jadi ikut bertanggungjawab agar nama kita tetap baik,"
"Tapi laporannya tidak jelas Mas,"
Ujar Fera,
Tampak Joni yang langsung tampak gugup mondar-mandir tak jelas di balkon, ia juga sesekali tampak mengurut keningnya,
"Tagihan belanja, apa kau tahu apa itu?"
Tanya Joni kemudian,
"Entah Mas, tapi barusan Mbak Rahma mengirimiku pesan untuk datang ke rumah orangtua Mas Joni,"
Kata Fera,
"Lho, untuk apa?"
Tanya Joni makin panik,
"Tidak tahu Mas, makanya lebih baik Mas pulang saja, saya sudah ingatkan sebelum Mas berangkat ke Jogja bukan? Saya pesan tiket pesawat saja takut pesan online dari kantor,"
Kata Fera,
Joni menghela nafas,
Rahma sudah sampai ikut campur, berarti di rumah sudah benar-benar kacau,
"Baiklah, aku akan pulang sekarang, mungkin aku akan pulang menggunakan kereta saja agar bisa langsung berangkat, itupun semoga masih kebagian kursi,"
Kata Joni akhirnya memutuskan,
"Ya Mas, saya pamit dulu, mau langsung ke tempat Ibunya Mas Joni,"
"Fer... Feer..."
Panggil Joni gugup,
"Ya Mas, ada pesan?"
Tanya Fera,
"Jangan katakan apapun sebelum aku pulang, plis,"
Pinta Joni,
Fera tak menjawab, ia hanya menghela nafas panjang, lalu menutup panggilannya pada sang atasan,
Joni tertunduk lemas, tak bisa marah dengan sikap Fera yang memang nyatanya telah banyak membantunya selama ini,
Joni lantas masuk ke dalam kamar dan cepat meraih koper pakaian miliknya,
Linda yang tentu saja jadi bingung dengan sikap tiba-tiba Joni mendekati suaminya,
"Ada apa? Kenapa menyiapkan koper?"
Tanya Linda dengan nada protes,
Joni memandangi Linda,
"Anita, dia mendapatkan tagihan hari ini, kartu kredit, kau memakainya bukan?"
Tanya Joni dengan nada tinggi,
Cantika yang baru keluar dari kamar mandi lalu mendapati Mamanya dan Papa sambungnya seperti sedang bertengkar tampak berdiri saja di depan kamar mandi tanpa tahu harus berbuat apa,
"Kartu kreditku, yang hilang di hotel Semarang saat mengajakmu, kau pakai bukan?"
Cecar Joni,
Linda yang dicecar pertanyaan dengan suara tinggi oleh Joni akhirnya jadi kesal,
"Ya... memangnya kenapa? Aku kan isterimu, apa salahnya aku menggunakan kartu kredit suamiku sendiri!"
Kata Linda dengan nada suara yang tak mau kalah tinggi,
Hal itu tentu saja membuat Joni jadi makin kesal, jelas sekali Linda hanya memikirkan dirinya sendiri,
"Aku sudah bilang, kalau kartu kredit itu bukan hanya milikku, jika ada tagihan yang tak terbayar, maka tagihan akan sampai di rumah!"
"Apa peduliku, salahmu sendiri tidak memenuhi kebutuhanku dengan baik,"
Kata Linda,
"Hah? Kebutuhan? Kebutuhan mana yang tidak aku penuhi? Makan? Minum? Sekolah anakmu? Uang jajan anakmu? Tagihan mu yang seabrek? Mana? Manaaaa?"
Joni sampai suaranya gemetar saking emosinya,
"Makan? Minum? Semua itu tidak usah dihitung Mas, kamu pikir perempuan hanya butuh itu? Hadeeeh..."
Linda menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Perempuan itu butuh skincare, butuh pakaian bagus, butuh uang belanja untuk ke mall, kita butuh hangout, kita butuh arisan, kita butuh sepatu, butuh tas, butuh makeup,"
Linda mencerocos,
"Tidak semua perempuan memasukkan itu sebagai kebutuhan, itu hanya perempuan sepertimu saja,"
Ketus Joni,
Mendengarnya Linda pun naik pitam,
"Apa Mas? perempuan seperti ku? Perempuan seperti apa maksudnya yang seperti aku?"
Tanya Linda marah, tangannya sambil menarik kaos sang suami,
Joni yang diperlakukan demikian jelas saja tambah kesal, rasanya jika ia tega, ingin sekali ia menampar wajah Linda yang bahkan sampai berani mendelik ke arahnya,
Joni menghempaskan Linda ke tempat tidur,
"Bercermin lah, perempuan seperti apa sebetulnya kau! Harusnya kau berterimakasih karena aku sampai mau menikahi mu,"
Kata Joni,
Linda yang terhempas ke tempat tidur dan tanpa sengaja melihat ke arah Cantika yang mulai menangis melihat Mamanya dibentak-bentak suami nya menjadi hancur hatinya,
"Berapa banyak laki-laki yang mengajakmu tidur dan hanya memberikanmu uang untuk sekali kencan hah? sementara aku, menikahimu dan memberimu nafkah, menjamin kebutuhan pokok yang kau tak perlu lagi memikirkannya setiap hari,"
"Kau bicara tentang menikahiku tapi kau tak memperlakukan aku seperti pada isteri tuamu, aku ke mana-mana masih harus naik ojek mobil, tapi istrimu, lihat dia memiliki semua fasilitas mewah, lalu kau pikir aku sudah seharusnya cukup hanya dengan makan dan minum?"
Teriak Linda histeris,
"Linda! semua yang dimiliki dan dinikmati Anita adalah hasil kerja kerasnya sendiri, apa kau tidak juga mengerti hah! Kau benar-benar memuakkan!"
Kata Joni benar-benar emosi,
Ia lantas mengambil semua bajunya dari lemari hotel, mengambil tas milik Linda dan menumpahkan semua isinya,
Diraihnya dompet Linda dan dicarinya kartu kredit miliknya yang disangkanya benar-benar hilang,
"Aku pulang lebih dulu,"
Kata Joni sambil memasukkan kartu kredit itu ke dalam dompetnya sendiri,
"Baji**an kau Mas!"
Linda menjerit,
Joni memasukkan baju-bajunya sembarang saja ke dalam koper, menutupnya dan kemudian bergegas keluar dari kamar hotelnya tanpa bicara apa-apa lagi,
Ia juga tak menghiraukan bagaimana Linda memanggil namanya dengan suara tinggi, dan juga tangisan Cantika yang pecah karena melihat keributan Mama dan Papa sambungnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Putrii Marfuah
Joni, baru disentil dikit Ama Anita dah kalang kabut
..gimana diambils emua fasilitasnya
2023-02-16
1
Shinta Teja
oooh.... menurut ku yang bakal mengirimkan santet itu nantinya adalah si Linda itu ...
2023-02-07
0
Karoh Mucharomah
dasar pelalor... ketemu nenek maryati abis kamu... dibikin perkedel
2023-02-07
0