Tersesat

Mencintai seseorang itu tidak pernah salah. Hanya saja terkadang kita memberikan cinta itu kepada orang yang salah.

.

.

.

"Ka-kau?" Sakit hati yang ia rasakan tadi berubah menjadi kemarahan. Beraninya pria itu mengejek caranya berpakaian. Memangnya siapa dia? Namun, di detik selanjutnya, kemarahannya itu kembali berubah menjadi kegugupan luar biasa yang menyebabkan rasa was-was berlebih.

Darren menukik alisnya, kemudian bergumam malas. "Ya, aku."

Isabell merinding mendengar suara pria itu.

Benarkah suara Darren yang membuatnya merinding?

Bisikan itu membuatnya tersentak, tapi tidak lantas menghentikan gerakan matanya yang menyapu setiap inci dari tubuh Darren yang terpampang. Pria itu hanya mengenakan selembar handuk yang melilit di pinggulnya dengan rendah.

Dengan susah payah Isabell mencoba menelan saliva yang mendadak terasa alot. Alih-alih merasakan tenggorokannya basah, ia malah dikejutkan dengan suara cegukan yang keluar dari mulutnya. Cegukan yang semakin menjadi mana kala Darren semakin menukik alisnya yang tebal.

"Siapa?"

Pria yang berpenampilan serupa dengan Darren berdiri di samping pria itu. Isabell merasa tidak asing dengan pria tersebut, tetapi kondisinya yang cegukan tidak bisa membuat otaknya bisa berpikir jernih hingga ia tidak mengingat dengan jelas dimana ia pernah melihat pria yang disebut Darren sebagai pengintip.

Darren mengidikkan bahu, "Orang asing."

What?! Isabell merasa murka. Dengan entengnya Darren menganggapnya orang asing, heh?

Aku tunangan adikmu, hei?! Apa kau lupa?!!

Lantas, apakah kemurkaannya itu penting? Oh, tentu tidak sama sekali. Yang ada, cegukannya justru semakin menjadi saat matanya menangkap tanda merah di sekitar leher pria itu.

Meski belum pernah berkencan, Isabell jelas tahu tanda apa yang ada di sekitar leher pria itu. Tanda keliaran seperti yang diucapkan pria itu beberapa saat lalu. Ia sering melihat tanda yang serupa di leher rekan kerjanya yang dengan sengaja memamerkan percintaan liar mereka dengan para kekasih. Dasar tidak bermoral!

"Orang asing?" Pria itu mengernyit bingung, sedikit tidak yakin dengan jawaban Darren. "Kau baik-baik saja, Nona?" Tersirat kekhawatiran dalam nada suaranya melihat cegukan Isabell yang tidak mau berhenti.

"Sepertinya dia butuh air."

"Yang ia butuhkan jalan keluar dari sini," Darren menanggapi tanpa melepaskan tatapannya dari Isabell.

"Kau akan melepaskannya begitu saja?"

"Memangnya apa yang bisa kita lakukan dengannya?"

Entah kenapa pertanyaan yang terdengar seperti pernyataan itu, bagi Isabell terdengar layaknya hinaan.

Pria asing itu kemudian memperhatikan Isabell dengan seksama. Menilai secara terang-terangan lalu mengangguk-anggukkan kepala seolah ia baru saja menemukan jawaban atas pertanyaan sulit. Yang membuat Isabell semakin tidak nyaman adalah kondisi kedua pria brengsek tersebut. Memandanginya dalam keadaan hampir setengah bugil.

"Ya, tentu pijatanku lebih menggigit," seru pria itu dengan mimik serius.

"Ck!" Darren hanya mengeluarkan decakan dari mulutnya sebagai respon atas pernyataan konyol teman yang tidak bisa benar-benar dikatakan teman.

"Dari mana dia berasal?"

Kenapa pertanyaan pria ini banyak sekali! Jerit Isabell dalam hatinya.

"Pluto."

Hidung Isabell kembang kempis. Hampir saja ia melontarkan kalimat makian dari mulutnya. Tapi akhirnya ia berhasil menahan diri. Tepatnya, tidak cukup memiliki keberanian begitu matanya bersirobok dengan manik Darren yang sekelam malam.

Tapi apa maksud jawaban singkat pria itu. Pluto? Apakah ia terlihat seperti makhluk luar angkasa yang tidak manusiawi? Seburuk itukah penampakannya dirinya. Jika Darren saja menganggap demikian, bagaimana dengan Austin?

Lagi dan lagi kegugupan menyerangnya.

"I see." Pria asing itu tergelak. "Dia sepertinya takut."

"Kau takut?" Darren bertanya secara blak-blakan?

Sebelum Isabell menjawab pertanyaan Darren, pria itu kembali bersuara.

"Jika kau takut, lantas darimana kelancanganmu itu berasal hingga kau dengan beraninya memasuki wilayahku?"

"A-aku tersesat."

Pria asing menyebalkan itu kembali tertawa. "Sepertinya dia butuh peta."

"Aku tidak melihat rambut pendek terurai, juga tidak melihat baju pink berbunga, sepatu pink dan celana selutut. Ah, dia juga tidak menyandang tas sama sekali."

Apakah dia baru saja menganggapku Dora the explorer?

"Dia bukan Dora yang membutuhkan peta." Tebakan Isabell tidak meleset sama sekali.

Tawa pria asing di sebelah Darren meledak. Hanya pria itu yang tertawa. Isabell menatapnya dengan bingung juga kesal. Ia tidak menemukan alasan mengapa pria itu tertawa sedangkan ucapan Darren tidak mengandung humor sama sekali, bahkan wajah Darren tampak serius saat melontarkan kata-kata tersebut.

"Kau tentu saja tidak menemukannya. Dia Dora versi pluto. Rok panjang juga kemeja blus kebesaran. Kau memiliki tas?"

"Aku memiliki koper," Isabell menyesali ucapannya tersebut karena detik itu juga pria itu terbahak.

"Lihatlah, makhluk pluto ini ternyata sangat lucu. Dia tidak membawa tas tapi koper. Dimana kopermu? Aku ingin melihat apa saja yang kau bawa."

"Aku tidak menemukannya di sini."

Darren mendengus.

"Bisakah kalian mengenakan pakaian terlebih dahulu sebelum melanjutkan ejeken juga kekonyolan kalian?"

Terpopuler

Comments

Diii

Diii

Darren sama siapa ya...apa sama Austin adiknya...

2023-10-20

1

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

🙄🙄🙄🙄🙄

2023-03-24

0

Putri

Putri

ku kira steve.. bukan ya?

2023-02-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!