Bab 2

Di dalam sebuah kamar, seorang kakek tua namun masih terlihat gagah sedang duduk di kursi, dengan jendela yang di biarkan terbuka.

Dan sebuah album foto di tangannya, entah apa yang sedang di fikirkan sang Tuan saat ini.

Dia terjaga lagi, mimpi yang selalu hadir dalam tidurnya beberapa tahun terakhir, kini kembali mengusik tidur nyenyak nya.

Dia tak tau apa hubungannya dengan gadis itu, mengapa dia selalu muncul di dalam mimpinya..? namun yang pasti ada sesuatu di balik mimpinya, dan dia harus mencari tau apa pun itu.

Dalam mimpinya, Sang istri sedang menggendong seorang anak kecil yang sangat cantik, perkiraan umurnya masih berusia 5 tahun.

Mimpi itu berulang kali muncul di tidurnya ketika dia sedang merindukan istrinya.

Namun satu hal yang dia tidak mengerti, mengapa anak kecil itu selalu hadir di setiap mimpinya? sedangkan dia hanya memiliki sorang cucu laki-laki yaitu Garaya Asel Geralya.

setiap kali dia bermimpi, sang istri tak pernah berbicara sedikit pun hanya selalu tersenyum, begitu pun dengan anak kecil yang selalu menempel pada istrinya hanya tersenyum.

Namun..! yang membuatnya penasaran, anak kecil itu setiap kali muncul akan bertambah usianya.

Tak lagi menjadi anak kecil seperti waktu ketika pertama kali ia muncul di dalam mimpinya.

Semakin sering dia bermimpi, anak kecil itu semakin bertumbuh, terakhir kali dia bermimpi anak itu sudah memasuki usia sekitar 19 tahun, sudah semakin dewasa, dan sangat cantik, walaupun wajahnya nampak samar dalam mimpi sang Kakek.

*

*

Malam berganti pagi, di sebuah rumah mewah berlantai dua itu, kini sedang di sibukkan dengan pekerjaan yang tiada henti, dengan aktifitas yang sama setiap harinya.

Kirana Sedang bersiap di dalam kamarnya, karna hari ini dia akan menghadiri acara perpisahan sang Adik Moana, kini Moana sudah lulus sekolah, entah dia mau melanjutkan ke bangku kuliah, atau membantu Kirana menjalankan perusahaan mendiang sang Ayah, itu masih abu-abu karna mereka sama sekali belum membahasnya.

Karna Kirana tak ingin mengekang sang Adik, mengikuti jejaknya, cukuplah dia yang merasakan bagaimana sibuknya bergulat di dunia bisnis, yang sangat melelahkan menurutnya.

Karna dia sendiri sebenarnya tak ingin mengambil alih perusahaan sang Ayah, dia sendiri sedari kecil mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang Dokter.

Jika saja kecelakaan itu tak terjadi, mungkin kini dia sudah menyandang gelar SH.SE.IR di belakang namanya.

Namun semua pupus begitu saja, tak ada lagi semangatnya untuk mengejar gelar tersebut, yang ada dalam benak dan pikirannya saat ini, hanya perusahaan sang Ayah, harus tetap berjalan dan berjaya sampai dia menikah, dan memiliki anak serta memiliki cucu.

*

*

"Anton"

"ya Tuan"

" sebaiknya kita pergi menemui istri ku, aku rindu" kata sang Tuan yang sedang duduk di kursi penumpang bagian belakang.

"Baik Tuan".

Mobil pun melaju pergi, mengantar Tuan tersebut ke tempat tujuan.

*

*

"Sudah sampai nyonya muda"

kata Reyhan dari balik kemudi, yang selalu menemani Kirana dari keluar rumah sampai pulang lagi nanti tentunya.

Kirana sebenarnya sangat ingin bepergian dan menyetir sendiri namun sang paman belum mengizinkannya.

Terkecuali ada urusan yang harus di hadiri, terpaksa dia akan meninggalkan Kirana menyetir sendiri.

"Paman tak ikut..?" Kata Kirana saat sudah keluar dari mobil yang di bukakan oleh Reyhan.

"Nanti, saya menyusul nyonya pergi lah dulu"

"Oh.... ayolah paman Rey, jangan memanggil ku dengan sebutan itu, kuping ku sakit saat mendengar sebutan "nyonya"

Kirana sengaja menekan kata nyonya di kalimatnya tersebut.

Namun Reyhan hanyar terkekeh mendengar jawaban Kirana.

Ini bukan kali pertama Kirana menegur baik Reyhan maupun Rayhan, agar saat berbicara dengannya jangan menggunakan kata Nyonya, cukup panggil Kirana saja namun dua saudara kembar itu tak mengindahkannya, biar bagaimana pun mereka tak ingin terlihat kurang ajar oleh sang Tuan dari atas sana, karna menurut mereka sang Tuan selalu mengawasi mereka dari sana.

*

*

"Tuan Asel kita sudah sampai" kata Anton dari balik kemudinya.

"hem yaa, kau tahu Anton aku sangat merindukannya"

"Tentu saja saya tau Tuan ku, ini bukan kali pertama anda membicarakannya, bahkan bisa di bilang setiap hari, namun dia hanya bisa mengucapkannya dalam hati.

"Tolong hubungi dia,dan suruh antar kan bunga yang sangat cantik sesegera mungkin".

"Baik Tuan" Anton sangat tahu yang di maksud DIA iyalah sang Cucu dari Sang Tuannya, Cucu kesayangan dan satu-satunya.

Sambil berjalan menyusuri pemakaman yang terletak di kawasan pemakaman elit, Anton mengekori sang Tuan dari belakang, menuju pusara sang Tuan Nyonya, sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

*

*

"Ay, jadi jemput gak? aku ada pemotretan bentar lagi" Suara manja seorang wanita cantik dari sebrang terdengar sangat manja di teling Gara.

"Ya honey, sebentar lagi aku sampai oke tunggu ya lima menit lagi".

"Okee honey".

tut..tut..tuuutttt....

telfon pun terputus.

Selang berapa lama, bunyi notif pesan terdengar dari ponsel Gara, segera dia membuka dan membaca.

"Oh ya ampun..! aku hampir lupa hari ini tepat 2 tahun kepergian sang bidadari hati ku" ucap Gara sambil tersenyum menatap foto yang selalu menempel di depan mobilnya, tepat di samping setir, foto sang nenek tercinta.

Itu pesan singkat dari Anton.

pesannya berisi....

"Tuan besar meminta Tuan muda datang berkunjung jangan lupa bawakan buah tangan yang sangat cantik buat bidadari Tuan besar"

Bunyi pesan yang dia terima dari Anton.

*

*

"Mom'' suara Moana mengagetkan Kirana yang sedang duduk melamun di halaman sekolah yang sedang lenggang, karna acara sudah selesai dan sudah sedari tadi di bubarkan, namun masih banyak yang enggan untuk beranjak dari sana, para murid masih menikmati sisa-sisa acara.

"Ya,kenapa Moi?".

"lagi mikirin apa?". Moana bertanya sambil mengapit lengan kanan Kinara.

"Tidak hanya sedikit rindu dengan Ayah Ibu". sambil tersenyum menatap Moana.

Kinara masih tak menyangka, dia bisa sampai di titik ini membesarkan seorang gadis kecil yang dulu masih berusia 15 tahun kini sudah beranjak dewasa, menjelma menjadi gadis cantik sama sepertinya, dia tak menyangka bisa membesarkan keponakannya dengan tangannya sendiri.

"aku juga merindukan mereka, Mom kenapa kita tak berkunjung saja ke sana,"

Setelah cukup lama terdiam, dia pun mengiyakan ajakan Moana.

*

*

Gara kini sudah berada di pemakaman bersama Anton dan Kakeknya Asel, setelah sebelumnya mengantarkan sang pujaan hatinya menuju lokasi pemotretan untuk bekerja.

cukup lama ketiga laki-laki itu terdiam, dan tenggelam dalam fikiran masing-masing.

Hingga mereka jenuh memandangi pusara orang yang di cintainya, hingga hampir dua jam mereka di sana, namun tak ada seorang pun yang mengeluarkan suara hingga Asel mengajak mereka untuk pulang.

"Mari kita pulang" dan di iyakan oleh kedua lelaki beda generasi itu.

tepat setelah mobil Gara dan Kakek Asel beranjak pergi, tak lama mobil yang di tumpangi Moana dan Kirana sampai, tepat di tempat mobil Gara memarkir mobil tadi.

Kini mereka hanya datang berdua karna Reyhan harus mengurus sesuatu, dan harus kembali ke kantor setelah mendapat telepon dari Rayhan.

kini kedua gadis cantik itu berjalan menyusuri pemakaman keluarga mereka, yang terletak tidak jauh dari pusara Nenek Gara, hanya terhalang dua pusara yang lain.

*****

Terpopuler

Comments

Dewi Kijang

Dewi Kijang

lanjut

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!