Cukup lama dalam menempuh perjalanan menuju kota, akhirnya sampai juga di pelabuhan.
"Kita sudah sampai ya, Bu? wah, ternyata ramai juga ya, Bu. Ini sudah sampai di kota ya, Bu?"
Dengan polosnya, Neta bertanya pada Ibu Marini.
"Belum, Nak. Ke Kotanya masih butuh waktu beberapa jam lagi dalam perjalanan." Jawab Ibu Marini menjelaskan.
"Oh, masih jauh ya, Bu. Kirain saya udah dekat, maksudnya daerah sekitaran pelabuhan ini saja. Maaf, Bu. Soalnya saya belum pernah pergi ke kota, maklum, saya tidak berpendidikan tinggi. Saya juga baru lulusan sekolah dua tahun ini, Bu. Jadi, belum banyak pengalaman." Ucap Neta dengan rasa malu.
"Cukup punya mental besar loh, kamunya. Udah berani pergi ke kota sendirian, hebat kamu."
"Ibu bisa aja, saya cuma modal nekad aja kok, Bu." Ucapnya.
"Ya udah, yuk kita naik mobil lagi. Takutnya nanti sudah ditunggu, kasihan pak supirnya." Ajak Ibu Marini untuk segera ke mobil.
Saat semua sudah berada dalam mobil, pak supir melajukan mobilnya untuk keluar dari kapal dan melanjutkan perjalanannya.
"Kamu harus hati-hati nanti kalau sudah berada di kota, karena kota itu tidak seindah yang kita bayangkan. Jadi, kamu harus bisa jaga diri dengan baik." Ucap Ibu Marini memberi nasehat kecil untuk Neta.
"Ya, Bu. Semoga saja rumah yang akan saya datangi nanti pemiliknya orang baik."
"Semoga, Nak. Oh ya, bentar lagi Ibu sampai di terminal, kamu hati-hati ya, dalam perjalanan. Utamakan keselamatan kamu, jangan lupa untuk menjaga diri dengan baik."
"Ya, Bu." Jawab Neta dengan anggukan.
Benar saja, rupanya mobil yang ditumpangi telah sampai di terminal. Ibu Marini yang memang harus turun, pun segera keluar. Sebelumnya tak lupa untuk melambaikan tangannya tanda perpisahan dengan Netavani.
Setelah berhenti di terminal, dilanjutkan lagi perjalanannya menuju terminal berikutnya. Neta yang bercampur aduk rasanya, antara sedih dan takut, kini telah dirasakannya.
"Turun, turun, turun, turun. Kita sudah sampai di terminal, ayo turun yang mau turun." Ucap pak kernet dengan suaranya yang keras.
Neta yang bingung, pun bangkit dan mendekati pak kernetnya.
"Maaf, Pak. Saya turun dimana ya? disini bukan, Pak?"
"Oh, kamu yang diantar Ibu Winda tadi itu, ya."
Neta mengangguk.
"Ya, Pak, benar."
"Ya, kamu turun disini. Nanti kamu nyari tukang ojek aja, dan tunjukkin saja alamat yang kamu punya itu. Jadi, kamu gak bingung nantinya." Ucapnya memberi saran kepada Neta.
"Oh, gitu ya, Pak. Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak ya, Pak." Jawab Neta yang akhirnya merasa lega ketika mendapat saran baik dari Pak kernet.
"Sama-sama, hati-hati di perjalanan. Jangan mudah percaya, kamu harus hati-hati dengan orang yang tidak kamu kenal." Ucap pak kernet mengingatkan.
Neta tersenyum dan mengangguk.
"Ya, Pak. Makasih banyak ya, Pak." Jawab Neta dan bergegas turun dari mobil bus.
Setelah turun, banyak sekali tukang ojek yang menghampiri para penumpang yang baru saja turun dari mobil.
Neta yang teringat dengan nasehat pak kernet dan Ibu Marini, terus diingatnya.
"Neng, ayo ngojek sama Abang, Neng." Ucap salah seorang tukang ojek yang tengah menawarkan jasanya.
Neta masih bingung dengan para tukang ojek yang memberi tawaran padanya. Takut, itu sudah pasti, karena dirinya baru pertama kalinya menginjakkan kakinya di lain daerah, juga tidak mengenali satu satunya orang.
Karena tidak mempunyai pilihan, Neta memilih seorang bapak-bapak yang usianya paruh baya untuk diminta mengantarkan dirinya ke tempat tujuan. Namun sebelumnya, Neta menyodorkan lembaran kertas yang bertuliskan alamat yang ia dapat dari surat wasiat.
Dalam perjalanan, Neta terus berdoa untuk keselamatan dirinya, dan juga untuk kebaikan si tukang ojeknya.
"Masih lama ya, Pak?" tanya Neta yang penasaran.
Namun nahas, motor yang ia tumpangi tiba-tiba mendadak berhenti.
"Duh, Pak, ada apa dengan motornya, Pak?" tanya Neta dengan panik.
"Bentar, saya mau cek dulu ya, Neng." Jawabnya dan segera memeriksa ban motornya.
Benar saja, rupanya ban motor miliknya pun bocor.
"Aduh Neng, gimana ini ya, ban motornya Bapak, bocor. Mesin motornya juga tiba-tiba mati, duh."
"Masih jauh ya, Pak, alamat rumahnya."
"Gak juga sih, Neng. Cuma cukup capek juga sih, kalau haris jalan kaki. Neng tinggal lurus aja sampai bertemunya lampu merah yang banyak toko tokonya itu. Nah, habis itu belok kanan setelah bertemu dengan perempatan, nanti masuk lokasi yang khusus untuk rumah elit, Neng. Nah, disitu tempatnya. Lumayan jauh sih Neng, itupun kalau Neng mau jalan kaki. Soalnya di sini gak ada ojek pangkalan, adanya ojek online." Jawabnya memberi penjelasan dan menunjukkan arah jalan yang akan dituju.
"Lumayan jauh ya, Pak. Tapi, kelamaan juga jika harus menunggu Bapak. Ya udah deh, berapa yang harus saya bayar, Pak?"
"Tidak usah Neng, Bapak mah ikhlas. Lagian juga tidak sampai di tempat tujuan. Uangnya buat Neng saja, Bapak gak minta apa-apa. Kamu cukup hati-hati saja ya, jangan mudah percaya sama orang, takutnya kamu dibohongi. Mendingan ikutin saran dari Bapak. Nanti di sana banyak satpam, kamu bisa tanya. Justru lebih aman bertanya dengan satpam, dan kamu tidak perlu takut. Jadi, kamu lurus saja sampai bertemunya lampu merah."
"Saya jadi ngerepotin Bapak nih, saya jadi gak enak. Terima kasih banyak ya, Pak. Semoga kebaikan Bapak mendapatkan keberkahan."
"Ya, Neng. Ya udah, lanjutkan perjalanannya."
"Baik, Pak, permisi." Ucap Neta dan bergegas pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments