Kecantikan yang sesungguhnya melampaui citraan pada fisik secara kasat mata, tetapi juga bersumber dari suatu kekuatan yang misterius, nyaris seperti angka nol dalam deret aritmatika, ada namun sulit di buktikan kebenarannya, yang bila di telusuri justru balik mematahkan dasar pikiran rasional manusia. Ia memiliki jiwa yang murni, nyaris seperti mimpi seumur hidup, hampir menyerupai kegilaan.
Tak ada seorang pun paham dimana letak jiwa seseorang. Manusia hanya mengetahuinya dengan meraba, menerka-nerka dari apa yang terlihat oleh mata sekilas. Kesan yang muncul dalam diri kita menyangkut jiwanya yang murni. Ia terjaga dari belenggu yang membosankan. Hidup bagai hewan peliharaan yang begitu di jaga tuannya. Dia selalu lari dari segala yang menjajah kebebasannya, mengusik ketenangan miliknya. Dengan begitu jiwanya selalu hidup, tak tertekan, dan selalu memiliki ruang untuk bergerak.
“Sudah makan kan? Cepat sana pulang”
“Bus agak susah di sini dan aku ada urusan nanti malam, kalau mau ku antarkan sekarang saja” sambungnya.
Aku menghela nafas, lalu dengan lantang menjawab “Om, tolong pungut aku”
“Apa...Om? mana ada seorang perempuan sembarangan minta tinggal di rumah orang Asing!”
“Tapi Aku tidak punya tempat tinggal” timpalku kembali.
“Ya sudah tinggal saja bersama Chiko di panti asuhan”
“Aku sudah dewasa, tidak bisa di panti asuhan. Lagi pula panti asuhan itu sudah kesulitan dana, kalau nambah aku, pasti tambah banyak beban”
“Terus kamu mau tinggal gratis di rumahku?
aku tahu aku bisa pergi dan kembali ke rumah sekarang, tapi sepertinya ada sesuatu yang menahanku. Aku kagum padanya, dia orang yang sangat hangat dan sangat peduli dengan lingkungannya. Hanya pembawaannya yang sangar dan dingin membuat dia jadi terlihat menyeramkan. Tapi, bila dia sudah membuka dirinya, dia akan tampil dengan karakter yang sesungguhnya, karakter yang hangat dan bersahaja; meski kelebihannya itu ia lakukan dengan melakukan sebuah tindakan kriminal, namun di mataku itu bukan kesalahan yang sepenuhnya tak termaafkan.
“Ah...aku mengerti. Om boleh minta ciuman dariku seperti kemarin kapan pun Om mau, jika izinkan aku tinggal di sini”
“Berhenti membual, itu menjijikkan”
“tidak membual kok, aku tidak keberatan sama sekali”
“Aku yang menolak, Tidak tertarik sama sekali dengan bocah seperti kamu”
“Kalau begitu...” jawabku berjeda, “Izinkan aku tinggal di rumahmu gratis!”
Aku bersyukur pada takdir yang membawaku mengikuti dia hingga sekarang, akal pendekku ini, biarlah aku menjadi perempuan tunawisma, yang siap dipandang murahan hanya agar bisa tetap bertahan hidup di dunia luar, keluar dari zona ternyamanku selama ini aku berbohong tak memiliki tempat tinggal, tak ada keluarga. Muka ku ini sudah tak pantas lagi untuk kembali muncul di hadapan ibu dan makam ayah. Aku sudah menghancurkan semua immpian mereka, lagipula jika aku kembali aku tetap menjadi tidak berguna, menyaksikan wasiat ayah yang kupatahkan dengan melihat perusahaan yang di bangunnya dari nol, hancur mengenaskan.
Hari, mulai gelap. Setelah obrolan tadi pagi, dia tak menjawab permintaanku. Namun dia tak lagi mempermasalahkan keberadaanku dirumahnya sampai malam ini.bukankah ini berarti dia menerimaku? Kulihat dia telah siap dengan mengenakan pakaian serba hitam, tak lupa mampir ke rak di depan ranjang mengambil dessert eagle kebanggaannya. Aku tahu, dia akan pergi kemana dan melakukan apa, merampok seperti rencana yang di katakannnya padaku kemarin malam.
“Mau pergi sekarang?”
“Ya” jawabnya singkat
Aku mendekatkan wajahku padanya, “Hei, Om mau di cium dulu sebelum pergi?” kataku lantang tak ada lagi rasa canggung, meskipun sejujurnya, aku benar-benar gugup.
“Aku tidak mau mengulangi kata-kataku... aku tidak tertarik dengan bocah manja” jawabnya tajam, mengalihkan pandangan enggan menatapku.
“Begitu...” aku menghela nafas, “ kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untukmu?” timpalku kembali.
Dia membalik badan, membelakangi aku. “Bihun Kuah” katanya pelan
“Aku ingin makan Bihun Kuah, saat pulang nanti”
Dia lalu pergi dengan motor hitamnya yang besar,melaju cepat seperti angin.
Di tengah keheningan malam ini, aku masih belum bertemu ranjang, aku masih sibuk bergulat di dapur, bagaimana cara memasak bihun kuah? Aku belum pernah memasak sebelumnya, tetapi aku tak boleh mengecewakan dia, yang paling penting aku jangan sampai terusir. Aku berusaha tenang, meskipun suasana hatiku ini seperti kapal pecah, persis dengan keadaan dapur sekarang. Aku tambah panik saat mendengar bunyi sepeda motor dari bawah. Mungkinkah itu dia? Meskipun masakan yang di inginkannya sudah ada di meja, tapi aku sangat khawatir dengan hasilnya.
“Ini, bihun kuah?” katanya ragu saat melihat mie bening yang ku buat itu di atas meja.
Aku menghela nafas panjang, “Om yang minta di buatkan bihun”
“Aku bukan Paman kamu!!”
“Kalau tidak boleh panggil Om, aku harus memanggilmu apa?”
“Aku tidak perduli mau di panggil apa, pergilah sana!!”
“sudah ku bilang Nama Om, siapa?”
Dia mengambil sendok, “Morgan”. Jawabnya singkat lalu mulai memasukkan bihun yang sudah di sendoknya ke dalam mulut. “Kamu memberi makan hewan kah?” Pekiknya sambil menyemburkan kuah yang baru menyentuh lidahnya itu.
“Maaf sebenarnya aku tidak tahu masak”
“Bodoh!!! Kamu benar-benar tidak berguna, pergi saja sana!!”
Aku langsung berlari naik ke lantai tiga, pekik nya yang terdengar lucu saat memarahi aku, benar-benar menjadi pencair suasana antara aku dan dia malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Eva Karmita
Oooohh ternyata namanya babang Morgan toooo ...😁😁🥰 , semangat author up nya 🔥💪🤗🤗🥰
2023-02-05
1
Hanisah Nisa
lanjut Thor....
2023-02-04
1
SussyieAlvarohadi
lanjut thorr.... seruuu ceritanya....
2023-02-04
1