Setelah menyelesaikan tugasnya Naura duduk bersandar di atas kasurnya. Dia menatap foto pernikahannya yang terpangpang di dinding kamarnya. Sudah dua tahun dia menjalani rumah tanganya tapi, tidak sekalipun dia mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
Naura menatap ponselnya dia tidak melihat ada misi selanjutnya setelah dia berhasil melakukan misi pertamanya. Karna jenuh Naura memilih untuk mengitirahatkan tubuhnya. Tapi, saat dia baru ingin memejamkan matanya dia mendengar ponselnya yang berbunyi. Karna penasaran Naura membuka ponselnya dan melihat pesan dari aplikasi itu.
"Misi kedua! Kamu harus memaafkan mertuamu tanpa melawan sedikitpun"
Baru saja dia membaca pesan dari aplikasi itu tiba-tiba Naura mendengar suara mertuanya di lantai bawah. Karna tidak mau membuat mertuanya marah Naura langsung bangkit dari tidurnya lalu melangkahkan kakinya menuju lantai bawah.
Saat menuruni anak tangga Naura melihat Ronal Patrick papa mertuanya sedang duduk di sofa sambil meminum teh buatan pelayan. Sedangkan Rini Parick mama mertua Naura sedang melihat-lihat keadaan mension. Rini mengecek satu persatu barang-barang di mension itu sambil mengerutu seorang diri.
"Dasar istri tidak berguna. Suami sedang sibuk bekerja kamu malah enak-enakan tidur" ucap Rini sambil menatap Naura yang berjalan menuruni anak tangga.
Mendengar ucapan pedas mertuanya, Naura hanya mampu membuang napasnya pelan. Rini memang tidak menyukai Naura sejak dulu. Bahkan Rini tidak pernah menyetujui hubungan Gabryel dengan Naura karna baginya Naura hanya akan menjadi benalu dalam kehidupan Gabryel.
Perbedaan sosial adalah salah satu alasan mengapa Rini tidak menyukai Naura. Baginya yang pantas menjadi menantunya adalah gadis berpendidikan yang terlahir dari keluarga kologmerat. Bukan gadis yatim piatu yang hanya mendapat pendidikan di bangku SMA seperti Naura.
"Sudah, Ma. Jangan marah-marah seperti itu. Baru saja sampai tapi sudah marah-marah saja" ucap Ronal menenangkan istrinya.
Walaupun Rini tidak menyukai Naura tapi, Ronal sangat menyayangi Naura. Dia selalu memberi dukungan kepada Naura bahkan sudah mengangapnya seperti putrinya sendiri. Tapi, apalah daya Ronal yang takut akan istrinya. Dia hanya bisa menasehati istrinya untuk lebih menghormati Naura.
"Ma, Pa" ucap Naura tersenyum lalu menyalim tangan kedua mertuanya secara bergantian.
Melihat Naura yang mencium tangannya Rini hanya menatapnya sinis. Rini menghempaskan bokongnya di sofa tepat di samping suaminya.
"Naura ayo duduk. Kenapa kamu hanya diam saja?" ucap Ronal menatap Naura yang masih betah berdiri.
"Baik, Pa" ucap Naura menganguk patuh lalu duduk di di depan Rini dan Ronal.
"Apa kamu sudah hamil?" ucap Rini ketus sambil menatap tajam Naura.
"Be... belum, Ma" ucap Naura menunduk.
"Apa? sudah dua tahun kalian berumah tangga tapi, sampai sekarang kau belum hamil juga. Kau mau kami menunggu sampai kapan, Naura?" ucap Rini penuh kekesalan.
"Maaf, Ma. Naura akan lebih berusaha lagi"
"Berusaha! sejak dulu kau mengatakan itu. Tapi, sampai sekarang hasilnya nol"
Mendengar ucapan mertuanya Naura hanya mampu menunduk sedih. Melihat Naura yang tidak menjawab ucapannya Rini menatap Naura dengan penuh keanehan. Tidak seperti biasanya Naura selalu menjawab ucapannya jika menurut Naura ucapan Rini sudah kelewat batas. Tapi kali ini Naura hanya diam tanpa melawan sedikitpun.
"Apa jangan-jangan sebenarnya kamu mandul?" ucap Rini menatap tajam Naura.
"Ma! mama jangan ngomong seperti itu. Mungkin mereka belum di percayakan untuk memomong anak" ucap Ronal menatap kesal istrinya.
"Ucapan mama tidak salah! Mama bicara yang sebenarnya. Jika Naura tidak mandul sudah pasti dia sudah melahirkan cucu untuk kita"
"Tapi kita belum tau apa Naura beneran mandul atau tidak. Apa mama lupa, jika kita dulu juga harus menunggu selama lima tahun baru mendapatkan Gabryel?"
"Kenapa sih papa terus membela Naura? pantas saja dia terus melawan ucapan mama" ucap Rini kesal karna Ronal selalu membela Naura.
"Papa tidak membela Naura, Ma. Papa hanya mau mama bersabar"
Mau bersabar sampai kapan? Apa perlu mama menunggu di liang lahat nantinya"
"Ma!"
"Lebih baik papa diam saja. Mama mau berbicara dengan Naura bukan dengan papa" ucap Rini menatap tajam Ronal.
"Pa, sudah. Naura mengerti kenapa mama bicara seperti itu. Papa juga sudah lama mengharapkan cucu dari kami bukan?" ucap Naura mencoba menderai perkelahian kedua mertuanya.
"Itu kamu tau. Tapi kenapa kau sampai sekarang belum memberi cucu kepada kami?" ucap Rini menatap Naura penuh kekesalan.
"Apa jangan-jangan kau tidak melakukan tugasmu dengan baik? sehingga Gabryel lebih memilih untuk mencari kesenangan di luar sana." ucap Rini kembali.
"Maaf, Ma. Naura sudah berusaha semampu Naura" ucap Naura lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah! mama akan memberimu waktu. Jika selama setahun ini kau belum memberikan cucu untuk kami. Jangan salahkan mama mencari istri lain untuk Gabryel" ucap Rini dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
"Ma!" ucap Ronal menatap istrinya dengan penuh rasa tidak percayam
"Baik! jika itu yang terbaik untuk mama, Naura akan menerimanya" ucap Naura berusaha menguatkan hatinya.
"Bagus! jadilah menantu yang penurut" ucap Rini tersenyum sinis.
"Baiklah! mama dan papa permisi dulu. Mama harap kau bisa merawat putra mama dengan baik. Ingat jangan pernah memperlihatkan masalah rumah tanggamu kedepan umum" ucap Rini memperingatkan Naura.
Rini memang mengetahui sikap buruk Gabryel. Tapi, Rini selalu menyembunyikan keburukan putranya agar nama putranya tetap terlihat bagus di depan umum. Bahkan Rini selalu mengancam Naura jika sampai Naura membuka mulut atas sikap Gabryel kepadanya.
"Baik, Ma" ucap Naura menunduk patuh.
"Ayo, Pa. Kita pulang" ucap Rini berdiri dengan angkuhnya sambil menatap para pelayan yang menatap dirinya.
Melihat Rini menatap mereka para pelayan langsung mengalihkan tatapannya lalu kembali melakukan tugasnya. Seluruh pelayan di mension itu memang sudah mengetahui sifat Rini. Dia selalu menyalahkan Naura atas semua kesalahan putranya. Tapi, para pelayan hanya mampu diam sambil memberi kekuatan kepada Naura.
"Papa pulang dulu ya. Kamu jangan ambil hati omongan mamamu" ucap Ronal mengelus lembut rambut panjang Naura.
"Ia, Pa. Papa hati-hati ya" ucap Naura menyalim tangan Ronal.
Ronal hanya menganguk tersenyum lalu melangkahkan kakinya mengikuti langkah istrinya. Naura hanya mampu menatap punggung kedua mertuanya yang berlahan menjauh. Setelah melihat kedua mertuanya keluar dari pintu utama Naura menghempaskan tubuhnya kesofa.
Tak terasa air mata yang berusaha dia bendung berhasil lolos membasahi wajahnya cantiknya. Naura menangis meratapi nasibnya yang di penuhi cobaan yang datang bertubi-tubi. Para pelayan yang melihat Naura langsung menenangkan Naura dan memberi semangat untuknya.
Melihat para pelayan yang selalu mendukungnya berlahan kekuatan Naura tumbuh kembali. Setelah melihat Naura tenang para pelayan meninggalkannya dan kembali melakukan tugas mereka masing masing.
Saat pelayan telah pergi tiba-tiba ponsel Naura kembali berbunyi. Dia melihat uang sebasar dua juta rupiah telah masuk ke rekening pribadinya. Berlahan senyuman Naura mengembang karna akhirnya dia bisa menyelesaikan misi keduanya dengan baik.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Inawati Ibue Fahri Apriliyanti
apa ini kerjaannya pak ronal supaya naura bisa kuliah dengan uangnya sendiri
2023-08-20
1
epifania rendo
semoga saja naura bisa keluar
2023-03-12
1
Asnaini Abdullah
jangan² ini semya kerjaan Ronald sang ayah mertua kali y thor agar Naura tetap bertahan ....
2023-02-02
2