...Lala...
.........
"Lala!"
Aku pun bergegas masuk ke dalam rumah setelah mengantarkan pria itu pergi. Atau lebih tepatnya lekas masuk setelah mendengar ucapannya tadi. Aku kesal sekali. Aku merasa dipermalukan dan dianggap rendah olehnya. Padahal dia hanya berkata seperti itu. Tapi entah mengapa aku beranggapan dia itu menganggapku murah. Apakah memang benar aku murahan?
Keesokan harinya...
Hari-hari terus kujalani. Hari ini pun aku ke kampus dengan membawa tugas yang dosenku berikan. Dan ya, selepas dari itu mata kuliahku kosong. Aku pun beranjak pulang ke rumah. Namun, dari kejauhan temanku yang bernama Nina memanggil.
"Lala!" Temanku memanggil, aku pun menoleh ke belakang. "La, ikut gue ke kelab, yuk." Dia segera mengutarakan tujuannya.
"Ngapain?" tanyaku biasa saja.
Dia berwajah masam karena ajakannya tak kuindahkan. "Ah, Lo. Kayak nggak tahu aja mau ngapain di kelab. Minum dong, La. Ngilangin stres," tuturnya lagi.
Aku menghela napas panjang. "Gue nggak boleh pergi malem. Ntar bokap gue marah." Aku berkata seperti itu kepada Nina.
Nina menepuk jidatnya. "Lo kan belum pernah masuk ke kelab malam. Kita duduk aja di barnya. Gimana? Nggak usah minum, deh. Biar Lo nggak kelihatan cupu-cupu amat gitu." Nina terus saja membujukku.
Nina adalah teman perempuanku. Dia menyukai Rian, teman dekatku sejak SMA. Tapi Nina sudah terbawa pergaulan bebas gengnya. Dan dia mengajak ku pergi ke kelab malam ini. Dia seperti ingin meracuniku.
"Gimana, La? Mau, ya? Gue nggak ada temen, nih. Gue mau ketemuan sama cowok di sana," katanya lagi.
Untungnya saja temanku Rian itu tidak sampai menyukainya. Kalau iya, entah bagaimana jadinya. Dan karena merasa kasihan, akhirnya aku mengiyakannya saja.
"Baiklah, jam berapa?" tanyaku padanya.
"Jam delapan. Nanti gue jemput Lo pakai taksi." Dia menjanjikan.
"Jangan sampai nyokap bokap gue tahu!" Aku memperingatkannya.
"Tenang, beres." Dia pun meyakinkanku.
Lantas kami pun berjalan bersama menuju parkiran kampus. Aku naik skuter matikku, sedang Nina naik skuter matiknya. Kami keluar gerbang bersama lalu kemudian berpisah arah.
Malam harinya...
Suasana hingar bingar begitu terasa di dalam kelab ini. Sebuah kelab yang ada di pinggir kota. Saat masuknya pun kami harus melalui pemeriksaan. Dan ya, anak di bawah usia tujuh belas tahun dilarang masuk ke sini. Aku pun memerhatikan keadaan sekitar saat duduk di depan meja bar. Aku bersama Nina menunggu di sini.
"Mana cowok Lo?" tanyaku kepada Nina.
"Bentar, La. Gue telepon dulu." Nina pun menelepon gebetannya.
Karena baru pertama kali datang, aku masih canggung apa yang harus dilakukan. Dan ya, seorang pria datang lalu duduk di sampingku. Dia menawarkan minuman beralkohol padaku. Tentu saja aku segera menolaknya. Aku bilang bisa sesak napas jika meminum minuman itu. Dan kemudian pria itu pergi begitu saja. Seperti hanya iseng kepadaku.
"Aku udah di sini? Kamu di mana, Sayang?"
Kudengar Nina berbicara seperti itu kepada gebetannya. Dan ya, karena tidak ingin jadi obat nyamuk, aku pun melihat-lihat keadaan sekitarku. Namun, tak lama kemudian mataku tertuju pada sosok seseorang yang ada di sana. Seseorang yang belum lama ini kukenal.
Rey?!
Aku terkejut melihat Rey bersama beberapa wanita cantik nan seksi di sana. Jelas terlihat di mataku jika dia merangkul dan memegang dagu wanita-wanita itu. Dan entah mengapa, aku merasa sakit sekali. Perih seperti tertusuk duri. Jantungku pun berdetak keras seperti tidak terima kenyataan yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments