"Lala, segera berdandan. Akan ada yang datang malam ini." Ibu meminta.
Aku menoleh ke arah pintu kamar. "Lala sedang belajar, Ma. Lagipula siapa yang datang? Apakah ada hubungannya dengan Lala?" tanyaku, pura-pura tidak tahu.
Saat itu juga ayahku ikut datang ke kamar. "Calon sumaimu yang akan datang. Cepat berganti pakaian!" seru ayahku.
"Apa?!" Saat itu juga aku tak percaya mendengar kata-kata itu langsung dari mulut ayah.
"Cepat, Lala. Dia tak jauh dari perumahan ini. Lekaslah bergegas," kata ibuku lagi dengan intonasi yang amat berbeda dengan ayahku.
Aku beranjak berdiri. "Apakah Lala harus ikut serta dalam urusan ini?" tanyaku memberanikan diri.
"Lala! Sudah jangan banyak membantah! Cepat ganti pakaian!" Ayahku pun terlihat emosi.
Sejujurnya aku tidak ingin terlibat di dalam urusan ayahku. Tapi kenyataan harus kuterima saat ini. Ayah terang-terangan ingin menjodohkanku dengan seorang pria yang sebentar lagi datang. Tanpa menanyakan aku setuju atau tidak. Ayah benar-benar arogan.
"Lala tidak mau. Titik!" Aku pun membela diri.
Ayah mendekatiku. "Apa?! Jadi kau ingin papa dan mama masuk penjara karena utang?! Cepat ganti pakaian, Lala!" Ayah semakin marah padaku.
"Lala, sudahlah, Nak. Cepatlah berdandan rapi. Jangan mengulur waktu. Kita tidak punya banyak waktu lagi malam ini. Cepatlah." Ibuku membujuk dengan halus.
"Kuliahku setengah perjalanan lagi, Ma. Apakah harus mengorbankan kuliahku?!" tanyaku kepada ibu. Masih ngeyel tidak mau dijodohkan.
"Kuliah bisa dilanjutkan nanti." Ayahku menegaskan.
"Tap-tapi—"
"Tidak ada tapi. Lekas bergegas!" Ayah pun beranjak pergi dari kamarku. Sepertinya memang tidak ada jalan lain untuk keluar dari permasalahan ini.
Begitu arogannya si pria tua itu. Jika dia bukan ayahku, tentunya sudah kuajak berseteru. Namun, sepertinya aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku harus tetap bersikap sopan kepada kedua orang tuaku. Jika melawan pun harus dengan cara yang elegan.
"Baik. Kalau ayah tetap memaksa, lebih baik Lala pergi saja dari rumah ini."
Kuambil tas kecilku, ponsel dan juga dompet. Lekas-lekas keluar kamar tanpa memedulikan ayah dan ibuku. Saat itu juga ayahku berteriak kencang memanggil namaku. Namun, tidak kuhiraukan. Aku lekas pergi dari rumah ini. Membuka pintu rumah lalu menuju gerbang depan rumahku. Dan kulihat ayah masih saja mengejarku.
Untung tidak seperti sinetron yang jantungan.
"Lala! Kembali!"
Aku pun melihat ke belakang lagi sambil membuka gerbang rumah. Namun, saat ingin melangkahkan kaki, aku tidak sempat lagi melihat ke depan. Dan kemudian...
"Akh!"
Aku tertumbur seseorang. Aku pun jatuh terduduk di dekat pagar. Pantatku seketika terasa sakit, pinggangku juga ikut ngilu. Malam ini ternyata tidak menyenangkan bagiku.
"Dasar bodoh! Kalau jalan itu pakai mata!"
Aku pun mengumpat sambil memegangi pinggangku. Tanpa melihat lagi siapa gerangan yang kutumbur itu. Tak lama ayahku pun datang dan melihatku jatuh. Tapi bukannya menolong, ayah malah menyambut seseorang yang kutumbur itu.
"Ah, Tuan. Selamat datang."
Terdengar intonasi suara ayah yang semringah. Aku pun melihat siapa gerangan yang kutumbur itu. Dan ternyata...
Saat itu juga aku terkesima dengan ketampanannya. Seorang pria berjas hitam dengan postur tubuh yang proporsional. Dia terlihat elegan dan juga berkelas.
Ya Tuhan, bagaimana mungkin pria seperti ini kukatakan bodoh?
Aku pun menyesal di dalam hati dan ingin segera meminta maaf padanya. Namun...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments