MISWANA KU KEHILANGAN VOL. 1
"Ayang". Panggilku pada seorang gadis cantik, polos, dan luguh itu saat membagikan baju olah raga yang baru saja dia beli.
Nama ku Cahyana, seorang guru honorer mata pelajaran olah raga di salah satu SMK Swasta di kabupaten Bandung. Hobi ku memancing, sehingga waktu libur pun aku habiskan untuk memancing. Tak jarang pula memicu pertengkaran dalam rumah tangga akibat tak ada waktu untuk keluarga bahkan juga untuk anak-anak.
Ya, Aku adalah seorang suami dari istriku dan seorang ayah dari ke empat anakku. Tiga diantaranya adalah anak kandungku dan satu lagi adalah anak yang dibawa oleh istriku.
Dulunya, istriku adalah seorang janda anak satu. Aku mencintai dia karena ku pikir dia lebih dewasa, usianya pun dua tahun lebih tua di atasku.
Namun anehnya, setelah anak petama ku menginjak usia empat tahun aku malah tertarik pada seorang gadis polos di sekolah. Dia adalah anak didikku, yang akhirnya ku tahu kalau dia duduk dibangku kelas XI-A Smea.
Aku memanggilnya ayang bermaksud untuk menggodanya. Dan benar saja, dia nampak tersipu malu, terbukti dari pipinya yang kemerahan.
"Ini baju olah raganya, tangan panjang celana panjang". Ku berikan baju olah raga itu sambil mengedipkan mata, lebay sih tapi biarlah.
" Terimakasih". Ucapnya. Dari suaranya yang lembut dan tegas, ku pikir wanita ini bukan wanita biasa.
***
"Woy ngelamun bro! ". Salah satu temanku di kantor mengagetkan.
" Enggaklah bro, rese banget sih". Ku bilang sambil mendelikkan mata. Lagian dia mengganggu saja orang yang lagi enak melamun.
Beberapa hari ini entah kenapa aku selalu terbayang wajah manis gadis itu. Entahlah rasa apa ini akupun tak tahu.
"Pak Yan, tolong cek absensi kelas XI-A Smea. Hari ini guru akutansi tidak masuk jadi tolong dilihat absennya". Ucap bu Widi bagian absensi. Seperti nya dia sedang sibuk, itu sebabnya dia minta tolong kepada ku karena aku belum memulai pelanjaran hari ini.
" Baik Bu". Sambil menjawab, kok tiba-tiba dada ku bergetar yaa? Dagdigdug luar biasa.
Berjalan menuju kelas XI-A Smea, mata ku terbelalak. Tiba-tiba aku ingat kalau kelas itu adalah kelas dimana gadis manis itu berada.
'Oke tenang, aman'. Ucapku membatin.
"Assalamu'alaikum". Salam ku ketika memasuki kelas itu.
" Wa alaikumsalam ". Jawab siswa-siswi serempak.
Saat aku memasuki ruangan, aku sama sekali tidak melihat gadis itu. 'Dimana dia'. Dan pastinya hanya aku yang mendengar. Sambil melihat-lihat menyapu ruangan dengan pandangan, ternyata gadis itu duduk di bangku pojok paling depan dekat pintu yang aku lewati, pantas saja aku tidak melihatnya tadi.
"Absen dulu yaa". Walau aku masih muda tapi harus di panggil bapa, oh ya Yuhaaaannn mengapa tidak panggil kakak saja? Mungkin akan lebih keren.
Aku panggillah satu persatu nama murid kelas tersebut, dan anak-anak yang di panggilpun tunjuk tangan satu persatu.
Hingga akhirnya, "Oriza". Yang dipanggilpun tunjuk tangan. Aku melihat sambil menyembunyikan senyum.
Akhirnya aku tau kalau nama gadis manis itu adalah Oriza, ya Oriza Satifa nama yang sangat indah bukan? Heeemmmpp tapi tunggu, dia tunjuk tangan tanpa menoleh ke arahku. Apa dia marah atas kejadian saat aku membagikan baju olah raga kepadanya tempo hari? Tapi Sepertinya dia sedang sibuk menulis sesuatu.
***
"Kamu selingkuh?". Hari itu tiba-tiba istriku bertanya saat aku sedang membuat umpan untuk memancing.
" Jangan asal bicara". berusaha ku sembunyikan rasa kaget ku takut istriku melihatnya.
Seperti biasa jika aku bicara dengan istriku selalu dengan nada lembut. Aneh nya, belum juga aku mendekati wanita yang telah menarik perhatianku tapi istriku sudah berkata seperti itu. Entah itu hanya sekedar firasat seorang istri atau dia benar-benar tahu. Aku jadi pusing sendiri memikirkannya.
"Desi, dia bilang pada ku kalau kamu sedang mendekati salah satu murid seangkatan dengannya". Tatapan dia sungguh seperti tatapan yang sedang mengintimidasi.
Aku terbelalak, mengapa aku sampai lupa kalau dia punya adik seangkatan dengan Oriza hanya beda kelas. Namun gosip-gosip seperti ini memang mudah sekali menyebar, seperti kutu yang cepat sekali berkembang biak.
"Jangan berpikir macam-macam itu hanya gurauan". Aku masih berusaha mengelak, berharap dia percaya kepada ku.
" Jangan sampai aku menemukan bukti!". Dia berlalu mengurusi anakku yang ke tiga.
Tunggu. Kok aku tidak melihat tangis di matanya yaa saat tadi dia bertanya seperti itu. Biasanya kan wanita mudah sekali menangis jika ada suatu hal yang tidak sesuai dengan perasaan nya.
Tapi akupun tidak bisa bohong pada diriku sendiri, setiap ku melihat Oriza rasa nya aku bahagia sekali. Seperti bunga-bunga di taman yang bermekaran, rasa ini tampak begitu indah.
***
"Apakah pak Hisam hari ini masuk?". Tanyaku pada petugas TU. Rasanya aku belum melihat Pak Hisam, biasanya dia suka datang tepat waktu. Tapi sudah pukul 08.00 dia belum datang juga.
Pak Hisam, dia adalah guru bimbingan konseling. Dia juga seperti psikolog yang dengan mudah mampu membaca karakter, emosi juga perilaku siswa. Tentu dia pun dengan mudah dekat dengan siswa siswi di sini.
"Dua hari yang lalu pak Hisam mengajukan cuti, dia bilang ada keperluan yang tidak bisa di tinggal". Jelas petugas TU.
'Heeemmmppp, sepertinya aku punya ide". Tersenyum senang sambil menggosok-gosok ke dua telapak tangan di depan dada.
Kebetulan Sekali Pak Hisam menitipkan tugasnya kepada ku, ini kesempatan bagiku untuk bisa berbincang dengan Oriza.
Ku panggillah satu persatu nama siswa siswi dari kelas XI-A Smea, karena memang ini jadwal Pak Hisam di kelas itu. Dengan sabar aku berbincang bersama satu persatu murid yang ku panggil.
Hingga akhirnya nama Oriza pun aku panggil. Dia berjalan mendekati meja tempat ku berada, dadaku berdetak tak karuan. Rasanya jantungku berdetak lebih kencang mengingat aku akan berbincang dengan Oriza dalam jarak dekat, berbicara saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja di antara kita.
Aku terkesima oleh wajahnya yang manis, namun garis wajahnya yang tegas menggambarkan bahwa dia adalah seorang wanita yang mandiri.
"Ada apa ya Pak?". Aku di sadarkan oleh pertanyaan nya.
" bagimana perasaanmu setelah hampir tiga semester bersekolah di sini? Apa kamu nyaman? Atau malah ada kendala?". Mencoba berbasa-basi yang sebenarnya aku hanya mencari cara untuk sekedar menetralkan detak jantung yang sudah seperti kereta api saja, jugijagijug tuut.. tuuutt...
"Biasa saja Pak". Heleh aku sampai bengong mendengar jawabannya, sungguh tak pernah terpikirkan olehku.
Teng.. Teng.. Teng...
Jam istirahat pun tiba, aku malah belum puas berbincang dengannya, akhir nya aku persilahkan dia untuk istrahat saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Rose_Ni
oriza satifa bukannya nama latin padi ya Thor?aku juga punya temen namanya juga oriza satifa,tapi cowo
2023-02-15
1