Adam

Seperti kata pepatah kalo tidak ada yang abadi di dunia ini.

Ketika sampai rumah sepulang sekolah, papa memanggilku ke ruang kerjanya.

Di dalam ruang kerja sudah ada mamaku yang sedang menangis.

" Mama kenapa? " Mama tidak menjawab pertanyaanku.

Aku duduk di samping Mama yang masih menangis.

" Jadi begini fred, mulai besok kita harus mulai berkemas dan. 1 minggu lagi kita akan pindah ke rumah yang baru " Papa membuka pembicaraan sambil menatap mataku.

Aku menghela nafas, aku pikir ada masalah besar sampai mama menangis, ternyata hanya karena pindah rumah pikirku dalam hati.

" Kita pindah kemana pa? " Lalu papa menjawab sebuah daerah yang terkenal dengan ekonomi kelas 3.

Melihat aku yang heran papa langsung menceritakan kondisi keluargaku saat ini.

Papa bercerita bahwa Papa di tipu oleh rekan bisnisnya dan harus membayar puluhan milyar.

Papa akan menjual semua aset yang kami punya seperti rumah, tanah dan kendaraan.

Bahkan restorannya pun harus tutup karena dana perusahaan pun di bawa kabur oleh rekan kerja papa yang sebenarnya teman akrab papa bertahun tahun.

" Lalu sekolahku bagaimana pa? Beberapa bulan lagikan aku lulus. Kalo kita pindah rumah dan ga ada kendaraan, gimana aku berangkat sekolah Pah? " Rengek ku pada papa yang terlihat amat pusing.

" Papa yang akan mengantar kamu ke sekolah "

Hari hari selanjutnya terasa berat oleh keluarga kami.

Barang barang satu persatu di jual oleh papa, dari barang elektronik, perhiasan dan mobil.

Hanya tersisa 1 motor yang akan kami gunakan untuk transportasi sehari hari.

Semua karyawan di rumah pun sudah ayah berhentikan dan sudah di berikan pesangon.

Bi Iyem yang sudah bekerja dengan keluarga ku selama 20 tahun menangis tersedu sedu dan memeluk mamaku.

Bi Iyem tidak menyangka kalo keluarga ku akan berakhir seperti ini.

Semua karyawan pun saling berpelukan dan menangis. Bekerja bertahun tahun bersama keluarga kami, menjadikan kami seperti keluarga.

Dan hari itupun datang. Hari dimana kami pindah ke rumah yang lebih kecil, bahkan ukurannya hanya sebesar garasiku dulu.

Dengan cat warna hijau yang sudah tidak cerah, aku dan mama masuk ke dalam rumah yang berbau lembab.

Entah memang karena rumah ini sudah lama atau memang ada atam yang bocor.

" Kita sementara disini dulu ya, sampai papa bisa melunasi semua hutang papa. Ini rumah dipinjamkan oleh karyawan resto kita dulu "

Aku masuk memandang sekeliling yang kondisinya beda sekali dengan rumah lamaku. Semua perabot terlihat usang dan cat tembok sudah banyak bercak bercak coklat.

Rumah ini memiliki 2 kamar tidur, begitu aku buka kamar tidurku yang terletak di bagian depan rumah, walaupun ada sinar matahari masuk tapi terasa sangat pengap.

Di dalamnya ada 1 ranjang dengan kasur kapuk berwarna merah, 1 lemari kayu dan kipas angin di langit langit berwarna hijau.

Mama sudah histeris begitu masuk karena melihat kecoa yang hilir mudik, mama memang takut dengan kecoa.

Ku letakan tas di atas kasur dan kubuka lemari yang begitu kubuka bau sangat lembab dan apek.

Aku pun mengurungkan niat untuk menaruh pakaian ku di lemari itu.

Kalo tidak memikirkan kondisi papa yang sudah cukup tertekan dengan musibah ini, mungkin aku sudah merengek untuk kita mengontrak di rumah yang lebih layak.

Tapi aku tau, sisa uang yang papa punya hanya bisa bertahan untuk kami makan beberapa hari.

Kebangkrutan keluargaku sepertinya sudah terdengar oleh beberapa temanku di sekolah.

Begitu aku turun daei motor matic yang di bawa oleh papa, semua temanku yang berada di gerbang seolah mengejekku.

Ada beberapa yang menghina dengan ekspresi namun ada juga yang menghina aku secara langsung.

Seperti tang di lakukan Alice pagi ini. Ketika aku berjalan di lorong kelas, Alice mengejar ku dan berkata " Denger denger keluarga lo jatuh miskin ya? " Tanyanya dengan nada meremehkan.

Aku tidak menjawab dan terus berjalan. Aku tau kondisiku sekarang adalah sasaran empuk untuk orang orang yang tidak menyukai aku untuk merendahkan aku.

" Itu karena perbuatan lo sama gue, beberapa minggu yang lalu bisa aja lo sombong banget sama gue. Ngerasa di atas gue kan bisa menginjak injak gue kaya sampah "

Aku masih diam saja mendengar penghinaan dari Alice.

" Sekarang mana ada perempuan yang mau sama lo, itu karma tau ga. Gue seneng banget doa gue dikabulin Tuhan " Alice masih semangat memaki maki aku

Dari aku tau Papa bangkrut, kondisi seperti ini sudah aku prediksikan. Aku cukup sadar selama ini tidak pernah baik kepada pacar pacarku.

Dan aku yakin saat ini adalah saat mereka menghina dan menginjak aku dan kesempatan untuk membalas dendam kepadaku.

Aku dengan sisa harga diri yang kupunya memilih bertahan dan tidak membalas omongan mereka.

Saat aku memasuki kelas, yang semula kondisi kelas riuh dengan suara teman temanku yang bergosip mengenai kondisiku sekarang, tiba tiba mendadak hening.

Walaupun aku tidak melihat mata mereka, tapi dari ekor mataku terlihat sekali semua mata tertuju padaku.

Sekarang hanya Adam yang masih menemaniku di sekolah dia masih menjadi temanku seolah tidak terjadi apapun.

Untungnya aku masih memiliki teman seperti Adam. Setidaknya 1 semester lagi sebelum kami lulus, masih asa orang yang bisa menerimaku apa adanya.

3 Bulan berlalu dan gosip mengenai aku mulai surut. Tidak ada lagi mantanku yang marah marah dan menghinaku atau teman teman yang bergosip tentangku, setidaknya itulah yang aku percaya.

Sampai akhirnya ketika istirahat aku ke toilet, di sana sudah ada Adam dan beberapa temanku.

" Kok lo masih mau temenan sama Alfred sih dam, dia kan selama ini ga baik juga sama lo "

" Ya gimana lagi, gue kan duduk sebangku sama dia. Mana sekarang setiap duduk sama dia buset bajunya bau apek banget. Kadang kadang ga kuat gue, makanya nih gue lagi kabur ke kamar mandi " Dan merekapun tertawa.

Rasanya setelah mendengar kabar dari Papa yang mengalami kebangkrutan, mendengar Adam satu satunya teman yang aku anggap paling baik-pun ternyata berbicara tentang aku di belakang membuat hatiku sakit

Aku kembali ke kelas dengan langkah yang lemah, rasanya ingin tidak sekolah lagi saja jika tidak mengingat Papa dan Mamaku.

Sekembalinya dari toilet aku langsung merapihkan buku dan tasku, dan duduk di bangku kosong paling belakang.

Mendengar orang lain merasa terganggu dengan kehadiranku yang dia bilang bau apek, seketika harga diriku bergejolak dan aku memilih duduk sendiri.

Begitu Adam masuk kelas, dia terkejut melihatku sudah pindah tempat duduk.

Dengan wajah biasanya dia bertanya kenapa aku pindah, dan aju menjawab mau coba duduk di belakang saja, dan diapun kembali duduk di tempatnya tanpa bertanya lagi, ya memang sebetulnya dia sudah tidak mau duduk denganku.

Terpopuler

Comments

Laksmi Amik

Laksmi Amik

mmpir

2023-12-04

2

Raudatul zahra

Raudatul zahra

lanjuuuuttt duluuu~~

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!