Semakin pagi, suhu udara di daerah pegunungan terasa semakin dingin. Terlihat dua anak manusia yang saling mengeratkan pelukannya di bawah selimut tebal. Ya Elgar dan Ayla tidur bersama, meskipun mereka tidak sampai melakukan hubungan suami istri.
Perlahan Ayla membuka matanya, saat jarum jam sudah menunjukkan angka lima. Dia menurunkan tangan kekar Elgar yang memeluknya erat.
"Om eh salah, Bang awas dulu! Aku mau ke toilet." Ayla terus berusaha menurunkan tangan laki-laki dewasa itu.
"Diem Bocil! Kamu jangan banyak bergerak! Kalau tidak mau anaconda keluar dari sarangnya."
"Apa, Om? Anaconda? Bukannya hanya ada di hutan?" tanya Ayla kaget. Dia terus saja bergerak ingin melepaskan diri dari rengkuhan tangan Elgar.
Elgar langsung membuka matanya. Dia melihat ke arah Ayla yang terus saja bergerak dan tanpa sengaja menyentuh cacing gede milik Elgar.
"Bocil, sudah ku bilang jangan bergerak! Sini tanganmu!" Elgar segera mengambil tangan Ayla dan mengarahkan pada pusakanya yang ada di balik selimut.
"Om, apa yang keras? Kenapa bergerak-gerak? Apa perut Om lapar?" tanya Ayla dengan terus merasakan apa yang sedang dipegangnya. Ayla kira, dia sedang memegang perut kotak-kotak Elgar yang terasa keras.
"Pegang saja dan kamu mainkan agar kamu tahu itu apa!" suruh Elgar dengan menikmati sensasinya.
Dengan patuh, Ayla hanya menurut. Namun, saat benda yang mengeras itu seakan ingin keluar dari sarangnya. Ayla langsung menarik tangannya dan melihat ke arah Elgar dengan wajah cengo.
"Om, apa tadi yang aku pegang itu cacing gede?"
"Bukan! Itu anaconda peliharaan aku. Enak saja kamu bilang cacing, besar panjang begitu kamu bilang cacing. Itu anaconda, Bocil!" seru Elgar tidak terima dengan panggilan Ayla pada barang berharganya.
"Jadi benar itu cacing gede. Huwa ... Mama ... Aku sudah tidak suci lagi," Ayla menangis histeris. Dia segera berlari ke kamar mandi dan mencuci tangannya dengan sabun hingga bersih.
Sementara Elgar tergelak sendiri di tempat tidur. Dia merasa senang karena bisa mengerjai gadis kecil yang entah datang dari mana. Merasa puas menertawakan Ayla, Elgar beranjak pergi ke kamar sebelah untuk membersihkan diri.
Lucu banget ekspresi si bocil. Masa udah segede gitu belum pernah pegang anaconda bergelayut. Eits ... Berarti si bocil emang bener-bener polos. Baguslah, jadi aku dapat yang ori sekarang.
Kedua sudut bibir Elgar terus saja terangkat membentuk bulan sabit. Hatinya sangat senang mendapatkan mainan baru yang menggemaskan. Dia pun segera membersihkan dirinya sebelum joging menikmati udara pagi yang menyegarkan.
Selesai dengan ritual mandi paginya, Elgar segera naik ke rumah utama. Elgar menuju ke dapur untuk menemui pengurus villa.
"Bi, tolong buatkan sarapan pagi. Buat dua porsi sedang ya! Kalau sudah siap, simpan saja di meja makan. Aku mau jogging dulu," pinta Elgar.
"Eh, Den Elgar! Kapan datang, Den? Sudah bangun, Den? Tadi Tuan besar menelpon, menanyakan Aden ada di sini tidak," tanya Surti, pengurus villa Kenangan.
"Memang Bibi tidak tahu kalau semalam ada heli yang datang?" tanya Elgar yang merasa sangsi dengan ucapan Surti.
"Bibi tidur dari sore, Den. Cape habis membersihkan taman seharian."
"Pantas saja tidak tahu. Ya sudah, aku pergi dulu. Dah Bibi ...."
Elgar langsung berlari pergi menuju kebun teh yang ada di belakang villa. Dengan melewati jembatan gantung yang menghubungkan kawasan villa dan perkebunan teh, Elgar terus menyusuri jalan setapak seraya menyapa wanita para pemetik teh.
Semua penduduk di daerah situ sudah tahu dengan pemilik villa Kenangan. Selain kakek buyut Elgar pernah tinggal lama di sana, opanya selalu memberikan santunan pada penduduk sekitar villa.
"Pagi Den!" sapa para pemetik teh.
"Pagi semuanya. Yang semangat kerjanya ya bu ibu," ucap Elgar dengan tersenyum.
Dia melanjutkan larinya menuju ke tengah-tengah bukit. Dia berdiri di ujung bukit seraya menghadap ke arah timur dan merentangkan tangannya. Elgar ingin merasakan hangatnya cahaya matahari pagi yang perlahan menerpa kulitnya.
Merasa puas menikmati hangatnya mentari pagi, Elgar pun segera kembali ke villa. Terlihat dua porsi nasi goreng mawut sudah siap di meja makan. Elgar pun segera membawanya ke ruang bawah tanah.
Dia menyimpan sarapan paginya di dekat akuarium besar dengan berbagai jenis ikan hias berenang di atasnya. Setelah menyimpan makanannya, Elgar pun menuju ke kamar untuk mengajak Ayla.
"Cil, Bocil, kamu di mana?" teriak Elgar saat sudah di kamarnya dan tidak menemukan Ayla.
"Aku di kamar mandi." Ayla balas berteriak.
Ayla terburu-buru keluar dari kamar mandi. Dia takut kalau penculik itu akan masuk ke dalam kamar mandi seperti kemarin.
"Apaan sih, Om? Teriak-teriak terus kayak Tarzan. Om pasti takut kan kalau aku kabur? Aku sih pengen banget kabur dari sini tapi aku gak tahu jalannya. Kasih tahu aku, Om! Pulang ke sekolahku harus lewat mana. Oh iya, Om lihat ponsel aku gak? Kenapa gak ada di kantong bajuku ya?"
"Banyak ngoceh kamu, ayo cepat sarapan! Aku sudah lapar," ajak Elgar dengan menarik tangan Ayla keluar dari kamar.
Gadis itu terus saja celingukan melihat interior ruangan yang dilaluinya. Dia benar-benar merasa sedang berada dalam film dinasti kuno negeri Ginseng. Bahkan mulutnya terus saja menganga merasa takjub dengan apa yang dilihatnya.
"Om, memang Om keturunan raja Joseon?"
"Bukan! Kamu jangan kepo, Bocil! Kalau ingin panjang umur," seru Elgar dengan terus menarik tangan Ayla.
Saat sampai di tempat yang dituju, Ayla semakin menganga melihat begitu banyaknya ikan yang berenang di atasnya. Dia melihat ke arah Elgar yang seperti biasa saja.
"Om, kenapa banyak sekali ikan? Itu ikan beneran, apa hanya gambar saja?"
"Duduklah! Itu ikan beneran, Bocil. Sekarang kita berada di bawah danau buatan. Ayo cepat makan! Jangan lupa berdo'a dulu!"
"Iya, Om."
Keren banget Keluarga Wiratama, tapi sayang penerusnya modelan begini. Tapi aku harus baik-baikin Om Gendeng ini. Biar bisa pulang dengan selamat, batin Ayla.
Keduanya pun begitu menikmati sarapan paginya. Apalagi Ayla, dari kemarin belum makan nasi, membuat gadis itu makan begitu lahap. Seperti orang yang belum makan selama satu minggu.
Elgar yang duduk di depan Ayla jadi terdiam melihat cara makan Ayla yang seperti itu. Dia pun menyodorkan setengah nasi goreng miliknya.
"Kalau kamu masih lapar, makan saja punyaku."
"Beneran, Om? Ini enak banget, Om. Kalau Om tidak mau, buat aku saja ya!"
Elgar hanya menganggukkan kepalanya. Dia mengambil ponsel di kantong bajunya dan diam-diam merekam cara makan Ayla.
Kasian dia kelaparan. Padahal kemarin aku kasih banyak makanan. Tapi sepertinya masih utuh. Sudahlah! Selama beberapa hari aku mau libur saja dulu. Bermain dengan mainan baruku sepertinya lebih menyenangkan daripada mengurus berkas-berkas yang membosankan itu.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rita
habis bikin mata ga suci skrg tangan eh lupa bibir jg😂😅😅
2023-02-03
2
Rita
dasar om gendeng😂😂😂😂😂
2023-02-03
2
Alyazia Yazuy
lanjut kk
2023-02-02
2