Berkali-kali Mama Rafika mencoba untuk telepati dengan putrinya. Namun, dia selalu gagal. Selalu saja ada gangguan yang membuat dia tidak bisa berkonsentrasi penuh. Ilmu yang jarang diasah memang akan tumpul dengan sendirinya, seperti itulah yang kini terjadi pada Mama Rafika.
"Pah, Mama tidak bisa terhubung dengan Ayla. Semoga saja dia baik-baik saja."
"Ya, sudah tidak apa Mah. Kalau sampai besok Ayla tidak pulang, Papa akan lapor polisi. Agya, ayo cepat potong kuenya! Kita berdoa bersama untuk kebaikanmu dan kebaikan adikmu. Semoga kalian berdua panjang umur, murah rejeki, ilmunya bermanfaat, sehat dan selalu ada dalam lindungan-NYA. Aamiin," ucap Papa Erlangga.
"Aamiin," kompak Agya dan mamanya.
Terlihat mata Agya mengembun, saat dia memotong kue ulang tahunnya. Hatinya merasa tidak tenang, dengan apa yang terjadi pada kembarannya.
Dia merasa kalau kembarannya terasa sangat jauh dan sulit dijangkau. Sungguh, Agya merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga Ayla. Meskipun mereka sering berdebat, tetapi dia sangat menyayangi saudaranya itu. Baru saja dia akan menyuapi mama papanya kue ulang tahun, terdengar suara orang memberi salam di luar.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Agya dan kedua orang tuanya kompak.
"Acaranya sudah dimulai? Apa Ayla sudah pulang?" tanya Kiranti, sahabat Mama Rafika.
"Belum, Kiran. A Elang sudah nyebar orang buat nyari, tapi belum ada kabar beritanya."
"Semoga saja besok pulang."
Mereka melanjutkan acara ulang tahun Agya dan Ayla. Meskipun salah satu dari anak kembar itu tidak ada di tempat. Hanya doa tulus yang bisa mereka panjatkan untuk kebaikan dan keselamatan Ayla di mana gadis manja itu berada.
Sementara di ruang bawah tanah yang terlihat sangat indah, nampak Elgar memasuki kamarnya. Dia tersenyum tipis saat melihat Ayla yang tertidur di sofa. Laki-laki pecinta wanita, duduk di meja dan melihat ke arah gadis remaja cantik.
Menggemaskan sekali, sepertinya kalau tidur bersama tidak masalah. Tapi aku harus membuat kejutan untuk dia. Agar gadis itu menurut padaku.
Baru saja Elgar akan menggendong Ayla, gadis itu membuka matanya dan bertanya, "Om sudah pulang?"
"Sudah! Kenapa tidur di sini?"
"Aku nungguin, Om. Hawa di sini dingin sekali, kita pulang yuk Om! Mama dan Papa pasti udah nungguin buat aku potong kue. Hari ini, ulang tahun aku, Om."
"Ulang tahun? Yang ke berapa?"
"Tujuh belas, Om!"
"Kamu mau kado?"
"Memang Om sudah siapin kado buat aku?" tanya Ayla dengan polosnya.
"Sudah! Coba sekarang kamu tutup mata, biar jadi kejutan." Elgar tersenyum miring dengan rencana gila di kepalanya.
"Serius, Om?" tanya Ayla dengan sorot mata tidak percaya pada Elgar.
"Aku serius! Tapi kalau kamu mau kado istimewa. Kalau tidak mau, ya sudah."
"Aku mau, Om!"
Daripada gak ada yang kasih kado sama sekali, mending nurut saja. Sepertinya Om jahat itu gak jahat-jahat banget, batin Ayla.
"Sudah cepat tutup matanya!" suruh Elgar dengan tidak sabaran.
Ayla pun hanya menurut apa yang Elgar katakan. Dia menutup matanya dengan bibir yang menye-menye ke kiri dan ke kanan. Jelas saja hal itu mengundang jiwa lelaki Elgar meronta-ronta.
Perlahan Elgar mendekatkan wajahnya ke wajah Ayla. Terasa hangat hembusan napas gadis itu menerpa wajahnya. Tidak ingin membuang waktu lagi, Elgar segera menempelkan bibirnya dengan bibir Ayla.
Sontak saja gadis itu membuka matanya karena kaget. Dia ingin bicara, tetapi Elgar justru memasukkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu. Dia terus memperdalam ciumannya dan begitu menikmati sensasi yang mampu membuat playboy itu terlena.
Berbeda dengan Ayla, gadis remaja itu melotot tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia hanya diam mematung tidak bergeming dari tempatnya. Sampai akhirnya, dia dapat menguasai kekagetannya, Ayla langsung berusaha melepaskan diri dari ciuman panas Elgar dengan menggigit lidah laki-laki itu.
"Sial! Kenapa menggigit aku?" sewot Elgar.
Gadis itu terlihat bercucuran air mata. Dia teringat dengan pesan mamanya untuk tidak mencoba berciuman dengan lawan jenis kalau tidak mau hamil.
"Rasakan! Kenapa Om tega menodai aku? Kalau aku hamil bagaimana, Om. Aku masih sekolah, aku masih kecil. Aku gak mau jadi mama muda. Aku ingin kuliah tinggi jadi seorang desainer terkenal," ucap Ayla di sela-sela tangisnya
Astaga! Ajaran siapa kalau ciuman akan hamil. Aku gak percaya kalau dia sepolos itu. Tapi bagus juga buat aku terus mengerjainya, batin Elgar dengan menyunggingkan senyum miring.
"Kamu tenang saja, aku akan tanggung jawab. Kita menikah dan membesarkan anak itu," ucap Elgar membual.
"Aku gak mau nikah sama, Om. Aku mau sama Kelvin saja. Meskipun kutub es itu seperti kulkas berjalan, tapi Kelvin selalu perhatian sama aku."
Baru kali ini ada cewek yang menolak seorang penerus perusahaan AP Technologi. Biasanya mereka yang selalu mencari muka sama aku. Tapi bocil ini malah menolak aku, batin Elgar merasa tidak terima.
"Dengar bocil! Tidak ada cowok yang mau menerima seorang gadis yang sudah ternoda. Apalagi, gadis itu dalam genggaman King Elgar Wiratama."
"Apa? Wiratama? Bukankah Keluarga itu pemilik sekolah tempat aku belajar? Jadi, Om ...."
"Sudahlah! Terima nasib saja. Mau tidak mau kamu harus mau jadi selirku," ucap Elgar dengan angkuhnya.
"Apa Om? Aku jadi selir? Apa Om itu seorang raja? Bukankah sekarang sudah tidak jaman kerajaan lagi?"
"Aku memang raja, raja penakluk para gadis." Elgar tersenyum bangga dengan apa yang dikatakannya. Karena memang, dia selalu bisa mendapatkan gadis yang diinginkannya, selain Devanya karena sudah menikah dengan sepupunya.
Apa Om Elgar itu playboy ya! Ikh ... Ngeri banget, pasti sudah banyak gadis yang dia cium. Mana tadi menciumku, keluh Ayla dalam hati.
"Sudah jangan banyak melamun, lebih baik kita tidur. Tapi sebelum itu kamu pijat punggungku. Aku merasa lelah seharian bekerja," tukas Elgar seraya berlalu ke kamar mandi. Dia membersihkan dirinya sebelum pergi tidur.
Selesai bersih-bersih Elgar langsung menghampiri Ayla yang masih duduk di sofa. Rupanya gadis itu masih asyik dengan lamunannya. Elgar menghela napas dan membanting tubuhnya ke atas samping Ayla.
"Om, ngagetin aja. Kenapa gak pakai baju?" sentak Ayla dengan membulatkan matanya, melihat perut sixpack Elgar seperti roti sobek.
"Woy Bocil! Kondisikan matamu! Tadi gak mau jadi selir, giliran dikasih lihat badanku, kamu sampai ngiler gitu."
"Om, itu bikinnya gimana? Perut Papa sama Agya gak sebagus perut Om. Boleh Ayla pegang?" tangannya terulur ingin memegang perut abdominis Elgar.
"Sini mendekat! Kamu boleh memegangnya sepuas kamu tapi sebagai bayarannya, kamu harus mau Abang cium lagi. Bagaimana, setuju?" tanya Elgar dengan menaik turunkan alisnya.
"Gak jadi, Om. Aku gak mau hamil. Aku mau kuliah mode ke Paris. Kalau aku hamil, bagaimana aku bisa kuliah?"
"Ck! Aku masih muda Bocil! Kenapa panggil Om terus? Panggil Bang El Sayang!"
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ANAK KECIL LO MODUSIN EL...😁😁😁😁😁
2023-12-28
1
Rita
bang El anak orang dah disekap di kerjain eh skrg dikibulin awas lho ntar karma balik uring2an sndri
2023-02-03
3
Aprilia dwi
anaknya mama Fika emangya,,, polos bangett,,, untung gag petakilan kayak mamanya dulu,,,,😂😂😂😂 Abang El itu anaknya orang dikerjain mulu tar kalo bucin repot sendiri 😂😂
2023-02-02
5