Dulu Bram merupakan pria yang terkenal bandel dan juga susah untuk diarahi. Cuman di saat dia mulai menaruh hati pada Ibu sambungnya, membuat Bram sedikit demi sedikit berubah.
Bahkan Bram udah memiliki usaha tersendiri yaitu Cafe The Reas, yang dibangun dari hasil sendiri tanpa bantuan siapa pun.
...*...
...*...
Bram pergi ke suatu tempat, dimana tempat itu sudah hampir 1 tahun tidak dia kunjungi. Bahkan saat Bram masuk ke tempat itu, dia langsung di sambut oleh semua temannya yang memang sudah mengenal dirinya.
“Hai, Bro. Gila, kemana aja lu selama ini. Udah 1 tahun lebih enggak mampir ke sini. Biasanya tiap hari ke sini mulu.” ucap salah satu teman Bram.
Deo Oktavio Jarvis, adalah pemilik salah satu BAR yang cukup terkenal di kalangan anak muda. Deo berusia 25 tahun, dan merupakan sahabat Bram disaat mereka duduk di sekolah SMK.
Bram cuman bisa duduk di sofa panjang, lalu Deo pun langsung mengikuti dan duduk bersamanya. Deo melihat adanya keanehan yang ada pada sahabatnya, membuatnya sedikit curiga.
Wajah kalut, kusut dan juga kesal, terlihat jelas di mimik wajah Bram. Deo sudah paham, jika Bram bertingkah seperti ini, itu berarti dia tidak senang baik-baik saja.
Tanpa basa-basi, Deo pun mulai merangkul punggung Bram secara perlahan. Kemudian berkata.
“Lu ada apa sih, Bro. Kenapa keliatannya kusut banget, bukannya bentar lagi lu mau nikah sama siapa itu? Hem, ahya. Ibu tiri lu itu, kan?”
Awalnya Bram duduk dalam posisi sedikit membungkuk, dengan kedua tangan menjambak rambutnya sendiri.
Namun, kini mulai berubah setelah dia perlahan mulai menoleh menatap Deo sambil berkata. “Hans, orang yang udah ngehancurkan semua impian gua sama Meera!”
Tatapan penuh kebencian terukir jelas di mata Bram, membuat Deo bergidik ngeri. Bahkan perkataannya pun sangat-sangat penuhi oleh penekanan.
Deo merasa, jika saat ini sahabatnya sedang dalam mode kekecewaan yang cukup besar. Bram memang benar-benar terlihat persis, seperti orang yang sedang menaruh dendam.
“Impian lu yang mana? Bukannya impian lu cuman mau menikah sama Ibu tiri lu itu?” tanya Deo, bingung.
“Dia udah merebutnya dari gua, De. Dia juga yang udah ngehancuri hubungan gua sama Meera, sampai akhirnya semua impian gua menjadi berantakan!"
"Lu kan tahu, De. Awal bulan ini, sebenarnya gua mau melamar dia. Cuman tinggal satu langkah lagi, gua bisa miliki Meera. Tetapi Hans? Dia malah menggunakan cara licik untuk merebut segalanya dari gua. Arrghh, si*al!”
Bram menjambak rambunya sekeras mungkin, lalu berteriak kembali membungkukkan badannya. Deo mendengar semua itu, malah menjadi semakin panik, bingung dan juga tidak percaya.
“Ma-maksudnya, Hans mencintai Ibu tiri lu, itu? Apa sebenarnya mereka juga punya hubungan di belakang lu, atau gimana? Argh, gua enggak paham!"
"Tapi, kalau emang bener Hans mau merebut dia dari lu, ala motifnya Bro? Sedangkan dia aja, Kakak kandung lu dan dia yang tahu segalanya tentang lu, tanpa harus lu jelasin."
"Apa bisa jadi, kalau dia enggak tahu tentang hubungan kalian?"
“Dan satu lagi, setahu gua Hans lu itu orang yang paling-paling sangat menyayangi lu. Bahkan lebih dari Bokap lu sendiri! Jadi, enggak akan mungkin jika dia menusuk lu dari belakang!”
Deo benar-benar merasa terkejut bukan main, seketika Bram menjelaskan sedikit mengenai kisah percintaannya. Apa lagi saat ini, Bram selalu menyalahkan semuanya kepada sang Kakak.
Inilah yang membuat Deo menjadi sangat bingung. Apa lagi, dia sangat mengenal Hans dan juga almarhum Daddynya. Jadi tidak mungkin bagi Deo, bisa langsung percaya sama apa yang dikatakan Bram.
Emosi yang Bram keluarkan dari dalam tubuhnya memang terlihat jelas, akan tetapi Deo masih tidak habis pikir.
Jika seandainya, kedua bersaudara tersebut memiliki problem terikat masalah cinta. Lantas bagaimana kabar kasih sayang, yang selama ini ada di dalam diri mereka?
Apakah kedepannya, mereka akan tetap baik-baik aja, ataukah mereka akan terlihat bagaikan musuh yang tinggal di 1 atap yang sama? Entahlah, Deo pun menjadi semakin bingung bercampur gelisah.
“Terserah, lu mau percaya sama gua atau enggak! Yang jelas gua benci sama semua kenyataan ini!"
"Andaikan kejadian itu terjadi sama gua dan Meera, bukan Meera dan Hans, mungkin masalah enggak akan serumit ini. Bang*sat!”
Suasana yang terkesan asyik, enjoy dan juga menyenangkan. Seketika berubah menegangkan, akibat suasana hati Bram mulai di selimuti oleh amarah dendam yang sangat besar.
Sifat buruk yang sudah mulai memudar didalam diri Bram, kini kembali muncul. Disaat Deo masih terdiam dengan segala kebingungannya, Bram langsung memanggil pelayan untuk membawakan sebuah minuman spesial.
Pilihan menu minuman tersebut, terjatuh pada Wiski. Minuman kesukaannya yang selalu dia pesan setiap dia berkunjung di sini.
Sudah hampir kurang lebih 1 tahun lamanya, Bram tidak pernah lagi menyentuh minuman tersebut, lantaran kadar alkoholnya terlalu tinggi. Cuman sesekali ketika mulut Bram terasa pahit, maka dia hanya sekedar meminum Wine, demi sedikit menyegarkan tubuhnya.
...***Bersambung****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments