Bismillahirohmanirohim.
"Kamu mau apa?" Zila menatap tajam Arwah laki-laki tampan yang ada di hadapannya itu.
"Aku mau tidur boleh?" kini Arwah itu malah balik bertanya pada Zila.
"Boleh sihlakan saja, tapi, ingat ada tapinya ya." Ucap Zila mengantung kalimatnya.
Arwah itua masih diam menunggu Zila melanjutkan perkataannya. Sementara Zila masih memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa mengusir Arwah satu ini dari rumahnya.
"Tapi apa?" akhirnya Arwah itupun angkat bicara setelah menunggu beberapa detik Zila tidak bersuara.
Zila mendengus kesal dan kembali menatap sosok yang menjadi Arwah itu dengan tajam. 'Sepertinya untuk saat ini kamu harus mengalah dulu Zila.' Ucapnya dalam benak.
"Tapi kamu tidur di luar! Bukan di kamarku." Usir Zila, sambil mendorong tubuh Arwah tersebut.
Tapi sayangnya Zila sama sekali tidak bisa menyentuh arwah itu, saat Zila akan menyentuhnya dia malah menembus tubuh Arwah tersebut.
Zila menghembuskan nafas kasar. "Keluar!" emosi Zila semakin meledak saat dia menyadari tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Melihat Zila yang begitu emosi sepertinya Arwah itu paham dan segera pergi dari hadapan Zila.
"Huh!"
"Menganggu saja, merusak moodku."
Setelah memastikan jika Arwah itu sudah tidak berada lagi di dalam kamarnya, Zila segera merebahkan tubuhnya di atas kasur ternyamannya.
Kasur yang selama 2 tahun ini sudah menemani dirinya selama berada di kota, hidup sebatangkara sejak umur 15 tahun tak sama sekali membuat Zila putus asa.
Walaupun begitu Zila tetap saja pasti akan merasakan sedih ketika mengingat dirinya yang sudah tak memiliki kedua orang tua.
Di ruang tamu rumah milik Zila saat ini Arwah itu sedang termenung sambil menatap lurus ke depan dengan tatapan yang begitu kosong, mungkin dia sedang memikirkan apa yang saat ini terjadi pada dirinya.
"Kenapa aku bisa berada di sini?" ucap Arwah itu pada diri sendiri.
Tatapnya masih lurus ke depan, pikirnya entah sedang melayang kemana. "Huh! Lebih baik aku tidur saja dulu."
Wkwkwk ternayat Arwah juga bisa tidur dan termenung seperti banyak masalah yang dia pikirkan padahal dia hanya arwah yang entah datang dari mana, tiba-tiba saja berada di dalam kamar seorang gadis yang sedang mengejar karerinya.
Saat tengah malam tak biasanya Zila terbangun, entah kenapa Zila seperti sedang mengecek apakah Arwah itu masih ada di rumahnya atau sudah pergi sedari tadi.
"Kenapa dia masih di sini?" ucap Zila dengan suara sepelan mungkin.
"Aku baru tahu kalau hantu juga bisa tidur."
Zila menggelengkan kepalanya sejenak tanpa Zila sadari dia terus menatap Arwah laki-laki itu yang tengah tertidur dengan pulas di atas sopa milik Zila.
"Jika dilihat-lihat dia ganteng juga ternyata." Ucap Zila tanpa sadar.
Zila menepuk jidatnya sendiri setelah sadar apa yang barus saja dia katakan. "Apa katamu Zila! kenapa kamu memuji seorang Arwah, mau dia seganteng apapun dia tetaplah hantu."
"Ahis, sudahlah lagi pula untuk apa aku ke sini dalam melihat dirinya yang sedang tertidur."
Zila kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar, padahal dia sebelumnya sangat jarang bangung ditengah malam, tapi malam ini dia tiba-tiba terbangung di tengah malam, mungkin karena Zila takut jika Arwah itu tiba-tiba saja membuat hal yang tidak dia inginkan.
Tak terasa hari sudah pagi, Zila sudah bersiap untuk kembali melakukan aktifitasnya seperti biasanya, saat ini Zila sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya.
Pagi tadi Zila sudah tak melihat keadaan arwah yang sempat Zila puji tampan itu, Zila berpikir mungkin arwah itu sudah pergi dari rumahnya.
Jika iya maka Zila akan merasa senang itu artinya dia tidak akan ada yang menganggunya, tapi apa yang Zila pikirkan tidak sesuai ekpstasinya. Saat Zila tengah menyajikan sarapanya di atas meja apa yang tidak Zila ingikan muncul di hadapannya.
"Yak! Kenapa kamu masih di sini?" kesal Zila karena kaget.
Arwah itu mengangkat bahunya acuh, dia ingin duduk seperti Zila, tapi siapa sangkah hal yang tidak diinginkan terjadi.
Bruk!
Suara kursi terjatuh terdengar begitu kuat.
"Hahahahahah, kapok!" Zila tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak.
Bagaimana tidak Arwah itu jatuh dari kursi dengan begitu kerasa Zila saja yaki jika Arwah itu sedang menahan sakit saat melihat ekspresi Arwah hantu yang sedang menahan sakit.
"Hahhahhahaah, hahahahahha, hahhahahaha......hahhahahah...."
Zila masih tertawa dengan apa yang baru saja dia lihat, sementara Awah itu menatap Zila dengan tajam, karena sudah berani menertawakan dirinya.
"Apa yang lucu?" dengusnya merasa kesal.
Pertanyaan yang terlonatar dari mulut arwah itu membuat Zila tersedak makanan yang sedang dia kunyah. "Uhukk...uhukk...uhukk..."
"Kapok makanya jangan ngetawain orang, kena batunya."
Zila sama sekali tak menggubris Arwah itu dia cepat meneguk air minumnya. "Huh! Lega juga akhirnya." Ucap Zila setelah meneguk air putinya yang berada di dalam gelas sampai tandas.
Sedetik kemudian Zila mulai tersadar jika saat ini arwah itu sedang menteratwakan dirinya. "Apa yang lucu." Zila menatap Arwah dengan sengit.
"Tunggu apa kamu tadi bilang orang? Wkwkwk bukannya kamu arwah atau hantu!"
"Hei aku orang ya kamu tidak percaya!"
"Tentu saja aku tidak percaya, pertama kamu tiba-tiba ada di dalam rumahku seperti maling. kedua kamu tak bisa disentuh melaikan tembus dan yang ketiga kamu tidak tahu siapa nama kamu sendiri." Terang Zila.
"Aku tahu siapa namaku, namaku Sakti ingat itu."
"Sakti? Kamu sedang becanda Sakti menderaguna maksudnya?"
Zila berkata dengan nada mengejek sambil bangkit dari kursinya dia harus segera berangkat bekerja jika tidak maka dirinya akan terlambat dan akan dia pastika pak Kusuma akan menceramahi dirinya.
"Aku benar tidak berbohong namaku Sakit!" ucap Sakti sambil menyusul Zila ikut masuk ke dalam kamar gadis itu.
"Yak! Ngapain lagi sih hah? terus aku ingatkan pada kamu di larang masuk ke dalam kamarku sembarangan!"
"Tidak-tidak kamu bahkan di larang masuk ke dalam kamarku! Paham!"
Sakti yang merasa Zila sudah kembali mode marah yang tak terkendali hanya bisa mengangguk pasrah saja.
Lagi pula menurut Sakti, Zila sudah tidak lagi mengusirnya dari rumah ini sudah membuat Sakti merasa tenang, karena dia sendiri bingung harus pergi kemana jika tak berada di rumah Zila.
Sakti sama sekali tak mengingat apa Yang sudah terjadi pada dirinya. "Good bo" ucap Zila sambil tersenyum manis.
"Cantik." Ucap Sakti tanpa sadar.
"Kamu baru sadar kalau aku cantik, sudahlah aku bisa telat jika terus berdebat denganmu" Zila segera pergi keluar dari rumahnya dia akan menuju kantor menggunakan angkutan umum seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ada ya arwah kayak Sakti bis merasakan sakit as jatuh dr kursi kan hrsnya tembus bukan 🤔🤔🤔
2023-12-30
0