Bab 2. Macet

Bismillahirohmanirohim.

Masih di area rumah sakit, tepatnya di ruang pemeriksa anak dari orang terkaya di kota itu, dia orang yang baru saja mengalami kecelakaan.

Siapa lagi kalau bukan Sakti anak dari pak Kusuma. Tanpa sepengetahuan siapapun jiwa Sakit keluar dari dalam tubuhnya.

"Aku, di mana ini?" ucap Sakti yang kini sudah seperti arwah.

Sebelum pergi jiwa Sakti memandangi dirinya sendiri yang masih berbaring di atas brankar rumah sakit, Sakti seakan tidak mengenali dirinya.

"Lebih baik aku segera pergi dari tempat ini, bau obatnya masuk ke dalam mulutku rasanya tidak enak sekali." Ujar Sakti.

Jiwa itu begitu cepat meninggalkan rumah sakit tersebut, sampai dia tidak terlihat lagi.

"Aku, harus kemana?" keluh Arwah tampan itu.

Dia turus saja berjalan mengikuti kemana kakinya itu akan melangkah, membawa dirinya yang sudah menjadi arwah.

"Aku ikuti saja langkah kakiku ini." Putus Sakit akhirnya.

Tanpa sadar Sakti kembali ke tempatnya kecelakaan, tapi Sakti sama sekali tidak ngeh jika saat ini jalan raya yang begitu macet akibat kecelakaan yang sudah menimpa dirinya.

"Kenapa di sini macet sekali." Ucap Sakti berbarengan dengan suara seorang perempuan, tapi Sakti tidak dapat melihat siapa orang yang sudah berbicara kompak dengan dirinya.

"Astaga Kenapa jalan raya ini harus macet segala? Ada apa di depan sebenarnya? jika begini terus aku bisa telat Berangkat kerja, Aku bisa di hukum jika begini."

"Mana hari ini ada pertemuan dengan CEO baru." Gadis itu meremas rambutnya dengan kasar.

Sakti masih mendengar ocehan seorang tapi dia tidak menemukan juga siapa perempuan yang terus mengoceh seperti burung beo itu.

"Siapa sih cerewet sekali, ada suaranya tapi tidak ada wujudnya, hantu kali ya." Setelah mengatakan itu Sakti sadar akan satu hal.

Sakit cepat mendekati seseorang sambil melambaikan tanganya di depan orang tersebut. "Permisi." Sapa Sakti tapi tak ada respon apa-apa dari orang itu.

Sakti melakukan hal yang sama berulang kali tapi tidak ada pegerkan sama sekali dari orang di hadapannya ini.

"Kenapa dia tidak bisa melihatku." Keluhnya.

"Jangan-jangan." Ucap Sakti yang tertahan.

"Masa aku jadi Arwah gentayangan, kalau iya terus jasadnya di mana?"

Sementara itu di dalam angkot seorang perempuan berpakaian formal sedang merasa frustasi, perempuan itu adalah orang yang tadi Sakti dengar keluhannya.

Ternyata Sakti berdiri tepat di sebelah perempuan itu, hanya bedanya Sakti berdiri di sebelah angkot, sedangkan perempuan itu duduk di dalam angkot.

"Neng di depan ada pangkalan ojek lebih baik neng ke sana, kalau buru-buru. Di depan terjadi kecelakaan, mungkin akan sedikit lama." Usul ibu-ibu itu pada gadis tersebut.

"Terima kasih banyak Bu atau solusinya, kalau begitu saya duluan, mari semua." Ucapan gadis tersebut ramah.

Gadis itu segera turun dari angkot berwarna merah muda. Angkot yang bertujuan mengantar ke arah tempatnya bekerja, tetapi hari ini dia terpaksa menggunakan ojek karena keadaan yang begitu macet.

"Niatnya sih mau Awet awet uang, eh, ada ada aja kejadian yang tak terduga." Keluhnya.

"Ayolah Zila jangan terus mengeluh anggap saja hari ini kau bersedekah, Jika kau terus mengeluh maka benar sampai di kantor kau akan mendapat hukuman dari pihak kantor."

Setelah itu gadis yang bernama Zila itu berjalan ke arah di mana tempat pangkal ojek berada. Dikatakan ibu-ibu di dalam angkot tadi. Bersamaan dengan itu Arwah Sakti sudah tidak ada lagi di sebelah angkot entah ke mana perginya Arwah tampan tadi.

Sedagkan perempuan yang baru saja ingin melangkah tiba-tiba seorang memanggilnya dengan berteriak sedikit kencang.

"Zilaaaaa!" gadis yang bernama Zila itu menoleh ke sumber suara, dia sangat mengenal siapa orang yang sudah meneriaki namanya di tengah keramaian seperti ini.

Zila memutar bola matanya malas, kalau sudah menemukan sosok orang yang memanggil namanya di tengah keramaian itu dengan suara yang sedikit cempreng, siapa lagi itu jika bukan Aya teman satu kantornya.

"Zila tunggu Aku." Gadis yang berpakaian formal seperti Zila itu mendekati Zila.

"Kenapa kamu Aya?" tanya Zila saat Aya sudah berada di dekatnya.

Aya terlihat ngos-ngosan Setelah dia sedikit berlari tadi menghampiri Zila, entah apa yang dilakukan teman satu kantor Zila itu hingga berlari-lari seperti sekarang ini.

"Aku berjalan dari ujung sana sampai ke sini agar tidak telat masuk kantor." Jawab ayah suaranya ngos-ngosan.

"Sudah ayo lebih baik sekarang kita berangkat menggunakan ojek saja, kamu Ingatkan jika hari ini ada CEO baru di kantor tempat kita bekerja."

"Mengingat hal itu semangatku sudah kembali lagi, Aku penasaran seperti apa CEO baru di perusahaan kita, aku yakin pasti dia CEO muda ya tampan."

Zila memukul kepala Aya sedikit pelan menggunakan tasnya." Begini nih efek kebanyakan membaca novel, belum tentu CEO di dunia nyata dan di dunia Khayalan kamu itu sama siapa tahu CEO kita lebih tua dari yang sebelumnya."

"Zila sayang lebih baik sekarang kita naik ojek dulu oke main pukul-pukul aja kamu." Ajak Aya, sambil mengusap kepalanya yang tadi dipukul oleh Zila.

Akhirnya kedua orang itu segera memesan dua gojek untuk dua orang, dua tukang ojek itu mengantar Zila dan Aya ke tempat kerja mereka, menggunakan jalan pintas yang tidak terkena macet saat ini.

"loh Zila mana?" tanya Aya entah pada siapa.

"Zilaaaa! kenapa kamu ninggalin aku!" teriak Aya sambil berlari mengejar Zila.

Zila yang masih dapat mendengar suara Aya hanya menggelengkan kepala, sambil bergumun pada dirinya sendiri. "Itu anak nggak capek apa terika-teriak mulu."

"Itu kan sudah menjadi kebiasaan Aya, Zila jika terus berteriak seperti itum"

Zila terlonjak kaget dengan suara seorang laki-laki yang menyambung ucapannya barusan, Zila menoleh ke arah samping ternyata di sampingnya ada seorang laki-laki yang bertubuh tegap dan lumayan ganteng sedang tersenyum manis pada dirinya.

"Bima kamu mengagetkanku saja." Kesel Zila sambil mengusap dadanya karena dia memang benar-benar kaget.

Bima menyengir tanpa dosa tapi setelah itu dia meminta maaf kepada Zila. "Maaf dia reflek tadi habisnya kuping aku juga terasa terganggu saat mendengar teriakan Aya." canda Bima.

"Woi! kalian berdua ngomong ini aku ya." Aya kini sudah menyusul Zila dan Bima Ketiga orang itu kini berjalan dengan seiringan masuk ke dalam gedung pencakar langit tersebut.

"PD banget kamu Aya Siapa juga yang lagi ngomongin kamu." Sahut Bima dengan tingkah tengilnya yang dia tunjukkan kepada Aya.

"Sudah tidak usah mulai sana pergi ke ruang kalian masing-masing!" tegur Zila sebelum pertengkaran kedua orang itu terjadi.

"Baik Ibu Zila." Ucap Bima dan Aya secara kompak.

"Tumben kompak." Zila terkekeh sambil meninggalkan Bima dan Aya yang masih berdiri di sampingnya.

Di tepat lain Sakti berada. "Rumah siapa ini?"

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

kayaknya Sakti nanti ketemu Zila dn yg bisa liat Sakti itu cuma Zila aja

2023-12-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!