Angelina meletakkan kasar kertas itu di atas meja rias dalam kamarnya. Ia menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur. Lalu menarik selimut hingga ke batas hidung. Kedua matanya yang berwarna almond itu menatap langit-langit kamar. Seakan ia mampu menebus ke luar. Karena, pada saat ini langit hitam sangat bersih. Bintang berhamburan tanpa lagi tertutup awan yang berarak kelam.
Namun, tiba-tiba hawa dingin mencekam raganya yang sendirian. Padahal biasanya juga, Angelina tidur sendiri. Tapi, kali ini semua terasa berbeda. Ia telah bersuami bukan. Bahkan tadi pagi mereka baru saja mengikat janji. Sekalipun miris bercampur ironi yang nyata. Dimana, beberapa saat lalu Alan menemuinya bulan untuk menghabiskan malam pertama mereka bersama seperti kebanyakan pengantin baru pada umumnya.
Pria itu, justru datang dengan ekspresi tanpa senyum. Sangat berbeda, ketika pada waktu malam kemarin. Dimana para saat itu, Alan mendatanginya dengan wajah berseri-seri. Bahkan pria itu menatapnya penuh cinta. Menciuminya dengan penuh gairah.
Bodoh kau Angel! Kemarin kan dia mabuk. Alan mabuk! Karena itu dia mau menjamahmu. Sekarang dia sudah sadar. Bahwa kau adalah sebuah kesalahan besar dalam hidupnya. Sadar Angel! Kau hanyalah kesalahan yang sedang ia coba perbaiki. Meskipun tak ada satu upaya pun uang dapat merubah kejadian kembali seperti awal lagi.
Mendengar kata hatinya. Angel menaikkan selimut hingga kini menutupi keseluruhan pada wajahnya. Hei, kau nanti tidak bisa bernapas Angel!
Di balik selimut itu Angel, terdengar menangis sejadi-jadinya. Tidak sedang menyalahkan orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dia yang begitu bodoh karena menerima setiap kata manis Alan yang ia tau malam itu dalam keadaan mabuk. Juga ia tau, bahwa pria itu adakah suami dari kakak sepupunya sendiri.
Bagaimana jika yang lain tau. Bahwa pada saat itu ... aku sama sekali tidak berniat menolak setiap perlakuan Alan pada tubuhku. Bagaimana. tanggapan mereka jika tau yang sebenarnya. Akhh ... apa aku pergi saja?
Angelina seketika menurunkan dengan cepat selimut itu hingga ke perut. Ia pun terduduk dengan tatapan nanar ke sembarang arah.
"Enggak. Ini salah. Kak Lilian yang seharusnya bahagia. Aku ..." Angelina membekap mulutnya sendiri. Air matanya berurai banyak sekali. Bahkan ia menggunakan selimut untuk menyeka air yang merembes dari kedua mata maupun hidungnya.
"Aku telah merenggut semuanya dari mu, Kak. Seharusnya malam itu aku menendang Alan saja. Atau ku pukul kepalanya menggunakan Mike bluetooth. Seharusnya, aku tidak sebodoh itu ... sehingga percaya bahwa ucapannya itu hanyalah racauan orang dikala mabuk saja.
Angelina yang selama ini selalu bisa menyelesaikannya setiap permasalahan dan persoalan baik hdup maupun akademik dengan pemikirannya yang selalu terdepan dan kritis. Namun, ia mengalami apa yang dikatakan oleh pepatah bahwa ... sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga.
Sepandai-pandainya otak yang ia miliki ... ketika semua yang di lihat menggunakan perasaan maka seketika itu juga otak dan logikamu tumpul. Ada masanya si pintar itu menjadi orang bodoh yang menangisi dirinya sendiri.
Angelina mengalihkan tatapan berairnya kebawah, sebelah tangan terulur untuk meletakkan pada perut. "Aku berharap. Kejadian malam kemarin tidak meninggalkan benih si sini. Atau semua akan semakin berat. Aku mohon tuhan. Limpahkan kesalahan ini padaku saja. Jangan lagi ada orang yang terluka karena aku," gumam Angelina penuh harap.
Sementara itu, di kamar tamu dimana Alan dan Lilian terlihat terengah-engah. Sesekali terlihat Alan mengusap peluh yang membanjiri pelipis dan kening istrinya. Entah sudah berapa kali mereka melakukan penyatuan itu. Keduanya sama-sama belum mencapai kepuasan meski telah berkali-kali mengerang nikmat.
"Pergilah. Cukup sudah, Al. Aku tidak akan tergoda lagi. Kau tidak bisa memiliki kami berdua," lirih Lilian seraya memalingkan wajahnya. Ketika ingat bagaimana hubungan keduanya ia pun kembali rapuh. Rasanya ingin menangis saja. Seandainya waktu dapat di putar kembali. Malam itu Lilian akan menahan Alan di kamarnya sekalipun harus mengikat pria itu di besi tempat tidur mereka.
"Aku berjanji, Li. Bahwa aku hanya akan memilikimu. Dan, kau hanya akan memiliki aku." Alan berkata sambil menatap dalam ke mata Lilian. Kemudian ia menarik dagu wanita yang masih tanpa busana itu untuk kembali mereguk manisnya.
"Cukup, Alan. Seharusnya kita tidak melakukan ini. Angel adalah adik yang ku sayang. Aku--"
"Hubungan yang kita lakukan ini tidak berdosa. Kenapa harus takut? Aku yang bodoh. Bisa-bisanya mabuk dan mengira bahwa dia adalah kau." Alan terduduk dan memberi remasan kencang pada rambutnya.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
nasi sdh menjadi bubur kan masa nikmatilah bubur itu dengan bumbu" yang pas...seperti itulah nanti hidup kalian
2023-02-05
2
Itarohmawati Rohmawati
namanya juga siAlan
2023-02-04
2