Gedung Rahasia
Pinggiran kota.
Sebuah mobil Mercedes Benz mendominasi berwarna hitam berbelok tepat di sebuah gedung berukuran besar yang terlihat seolah-olah tanpa penghuni, pagar besi dengan ukiran megah terbuka secara perlahan diikuti seorang security berlarian menyambut kedatangan sang empunya mobil.
Suasana seketika berubah saat orang-orang tahu siapa yang barusan saja datang berkunjung saat ini, buru-buru sang security menutup kembali pagar besi yang ada di sana, dimana ketika dia menutup pintu, seseorang turun secara perlahan dari atas mobil yang ada di ujung sana.
Badai terlihat menatap ke arah depan bangunan gedung yang ada di hadapan nya untuk beberapa waktu, dia tidak mengeluarkan suaranya sama sekali sejak tadi.
seseorang berlarian mendekati diri nya, menundukkan kepala mereka dan menyambut kedatangan Badai.
Laki-laki tersebut mengabaikan, lebih memilih melangkah dengan langkah tegap dan angkuh bergerak menuju ke arah depan, bisa di lihat bagaimana cara Badai menatap ke arah depan dangan tatapan tajam nya, membiarkan kakinya melangkah masuk kedalam sebuah ruangan mendominasi berwarna putih didalam gedung tinggi yang luas nya jelas mengalahkan luas nya lapangan bola kaki.
Begitu Badai masuk orang-orang yang melihat nya langsung menundukkan kepala mereka, seolah-olah sudah tahu ini adalah jadwal tetap laki-laki tersebut untuk mengunjungi seseorang di lantai atas gedung tersebut.
Itu telah menjadi kebiasaan nya selama beberapa tahun ini, tidak berubah sedikit pun dan selalu datang sesuai jadwal waktu nya.
Begitu tiba di sebuah pintu elevator, Badai membiarkan diri nya berdiri sejenak disana dimana seorang laki-laki menundukkan kepalanya kearah Badai kemudian membuka pintu elevator di hadapan mereka dengan cepat.
"Tuan"
laki-laki tersebut memberikan penghormatan nya, tidak menatap kearah Badai dan menunggu sang tuan nya masuk ke dalam elevator tersebut.
Badai dengan gerakan acuh langsung masuk kedalam sana tanpa mengeluarkan suaranya, dia bahkan tidak menatap ke arah sosok laki-laki tadi sama sekali, mengabaikan sambutan juga mengabaikan semua orang begitu saja, bagi nya dia tidak harus bersikap ramah dengan siapapun, karena dia sama sekali tidak membutuhkan siapapun, yang membutuhkan dirinya jelas adalah orang-orang yang terus berdiri di sekitar nya, mereka butuh belas kasih dan uang bukan keramahtamahan.
Dan kesetiaan terjadi saat Badai memiliki semuanya, dia bisa membeli siapapun termasuk harga diri seseorang dengan pundi-pundi kekayaan nya, tapi saat Badai berada di titik terendah, tidak akan ada yang mau berlutut atau membantu dirinya.
itu sudah menjadi sifat dasar manusia.
Badai jelas mengejek nya.
Begitu pintu elevator tertutup, Badai terlihat menatap kearah atas, memperhatikan nomor elevator yang bergerak perlahan mengubah setiap angka-angka nya dengan sendiri nya, dia membiarkan pandangan tajam dan datar nya terus mengarah ke arah nomor elevator, tanpa ekspresi yang ditampilkan oleh laki-laki tersebut.
Cukup lama dia menunggu hingga akhirnya elevator tersebut berhenti pada angka lantai dimana dia memang seharusnya berada, laki-laki tersebut secara perlahan keluar dari dalam ruangan kotak tersebut begitu pintu elevator terbuka.
Saat dia keluar dari pintu elevator tersebut bisa dilihat dua orang berpakaian putih menundukkan kepala mereka, membiarkan sang penguasa bergerak ke sisi kanan dan sudah dipastikan ke arah mana laki-laki tersebut akan melangkah dan bergerak.
Badai langsung bergerak ke sisi kanan nya, berjalan menuju kearah satu pintu di ujung sana, dimana terdapat dua orang yang berjaga di sisi kiri dan kanan nya.
Begitu Badai tiba disana, ke dua laki-laki bertubuh kekar, besar dan tinggi dengan otot-otot yang menghiasi tubuh mereka langsung menundukkan kepala mereka kearah Badai.
Kemudian satu di antara kedua nya membuka pintu ruangan yang akan di tuju oleh Badai.
Kletakkkkk.
Cssshhhh.
Takkkkkk.
Dalam hitungan detik pintu tersebut terbuka, menampilkan satu ruangan mendominasi berwarna putih yang cukup luas, dimana ketika Badai melangkah kan kaki nya, bisa dilihat ditengah-tengah ruangan tersebut terlihat satu ranjang yang berdiri kokoh dengan berbagai macam peralatan disisi kiri dan kanan, satu tubuh terlihat berbaring di atas nya dalam ke tidak berdayaan, memejamkan bola matanya dan terlihat tertidur dengan begitu lelap, dimana di setiap anggota tubuh nya di penuhi berbagai macam selang yang terus terhubung antara satu dengan yang lainnya.
"kamu sudah datang?"
satu suara mengejutkan dirinya, Badai tidak menjawab sama sekali, seorang laki-laki berusia sekitar 45 tahunan dan berpakaian serba putih dokter bergerak mendekati nya.
"Hari ini terlihat lebih baik dari sebelumnya"
ucap dokter tersebut cepat.
Badai tidak menyahut, hanya menatap laki-laki tersebut untuk beberapa waktu, hingga akhirnya dokter tersebut bergerak menjauhi badai dan membiarkan badai mendapatkan waktu luangnya bersama sosok perempuan yang terlelap tersebut.
Dia bergerak keluar dari ruangan itu di mana Badai bergerak semakin melangkah masuk, mendekati sosok perempuan yang tidak berdaya tersebut secara perlahan, dia duduk di satu kursi yang memang sejak awal ada di sana, membiarkan dirinya meraih tangan kecil dan lembut yang tidak berdaya tersebut.
Badai menggenggam erat telapak tangan tersebut, membiarkan punggung tangan nya menempel di pipi Badai secara perlahan.
Dia mencoba untuk menikmati seperti biasa kebersamaan mereka, di mana laki-laki tidak banyak bicara tersebut mencoba untuk menata sosok perempuan tidak berdaya di hadapannya itu.
"Apa kamu merindukan ku, sayang?"
Satu baris tanya melesat dari balik bibir laki-laki tersebut, dia memejamkan bola mata nya untuk beberapa waktu, membiarkan punggung tangan perempuan muda itu terus mengelus lembut pipi nya.
"Aku sangat merindukanmu, suara mu, senyuman mu bahkan semua nya"
ucap Badai pelan.
Keheningan sejenak terjadi di antara mereka, badai tidak kembali melanjutkan kata-katanya, memilih untuk menikmati moment kebersamaan mereka untuk beberapa waktu.
Cukup lama hingga pada akhirnya Badai kembali membuka suara nya.
"Kau tahu sayang? Saat ini mereka telah hancur secara perlahan, bahkan kini laki-laki tersebut ikut terlelap seperti kamu, dalam posisi yang sama juga dengan kondisi yang tidak jauh berbeda"
laki-laki tersebut bicara dengan nada yang begitu datar dan dingin, tatapan bola mata nya terlihat begitu mengerikan, tajam dan penuh dendam.
Setelah berkata begitu, Badai melepaskan tangan ringkih tersebut, dia meletakkan tangan itu secara perlahan di sisi kasur mendominasi berwarna putih, laki-laki tersebut berdiri, memilih menjongkok kan tubuh nya kemudian berbisik pelan dibalik telinga Perempuan tersebut.
"Dewa bahkan akan kehilangan adik nya sama persis seperti dia membuat kamu menghilang dari kehidupan ku secara perlahan"
Lanjut Badai lagi kemudian, setelah itu dia bergerak menegakkan dirinya, berbalik secara perlahan lantas berjalan keluar dari sana.
Begitu pintu tertutup, satu gerakan tangan dari perempuan itu terlihat.
Satu gerakan.
Dua gerakan.
Tiga gerakan.
Terjadi secara refleks.
Nama Dewa yang dilesatkan oleh bibir Badai sang kakak nya membuat sosok tersebut merespon dengan sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
tegar chaliq
Anggun bangun sayang sadarkan Badai dalam belenggu balas dendam yg tidak berkesudahan ,dan ada apa dengan Dewa kenapa begitu Badai menyebut nama Dewa yg sekarang keadaan nya sama dgn mu kamu mendadak bergerak 💪
2023-04-02
0
Triiyyaazz Ajuach
miris nasib adik Badai tapi takutnya klau dendamnya salah sasaran
2023-03-30
0
Mila Jamila
gimna gak dendam si badai melihat adiky smpai seperti ini
tapi aku takut badai salah alamat niii thor
2023-03-17
0