Refaldy Corp.
Saat jam makan siang, Danis dipanggil ke ruangan CEO. Pria itu adalah keponakan dari Renald Refaldy~ pemilik perusahaan tempat Danis bekerja. Namun, perusahaan itu diganti oleh Adam—sepupu Renald dan Sepupu orang tua Danis juga.
Orang tua Danis menetap di New York. Namun, Danis memilih untuk kuliah di Indonesia dan tinggal di rumah Renald untuk membantu mengurus perusahaan Alm. Omnya tersebut.
Renald memang memberikan separuh hartanya untuk Danis karena ia dianggap anak angkat oleh Renald semasa hidupnya.
"Kenapa Om Adam memanggilku? Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Danis.
Pria itu duduk di seberang kursi kerja Ceo, ia menatap pria paruh baya itu bingung, karena tidak bisanya Adam menatap wajahnya dengan begitu serius.
"Iya. Om ingin menawarkan sesuatu padamu," ucap Adam dengan wajah sedih.
"Tawaran apa Om?" tanya Danis dengan wajah seriusnya.
Adam menundukkan kepalanya sejenak, lalu mendongak dan menatap keponakannya kembali.
"Aku ingin kamu mengurus perusahaan Om Renald yang lain, Saat ini perusahaan Om Renald yang di Surabaya sedang kolaps. Apakah kamu mau membantu Om untuk memperbaiki ke kacauan yang terjadi di Surabaya?" tanya Adam seraya menatap wajah Danis lekat.
Deg
Seketika Danis bungkam, ia bingung harus menjawab apa pada Adam, ia mau saja membantu Omnya itu, namun ia ragu, karena jika ia harus pindah ke Surabaya, artinya dia harus rela berpisah berhari-hari bahkan berminggu-minggu dengan Zahra.
"Apakah aku harus tinggal di Surabaya, Om?" tanya Danis memastikan.
Adam pun menganggukkan kepalanya pelan dengan senyum kakunya. "Jika Danis tidak mau, tidak apa-apa. Om nanti akan usahakan untuk ke Surabaya sendiri," ucap Adam tersenyum pasrah.
Akan tetapi, Danis tidak tega melihat Adam bolak balik ke Surabaya-Jakarta karena usianya yang tidak muda lagi.
"Tidak, Om. Bukan begitu, Danis mau Kok, tapi kapan berangkatnya, Danis masih ingin menemui kekasih Danis dulu untuk berpamitan!" ucap Danis tersenyum.
"Kapan pun, terserah kamu. Jika di sana sudah membaik, kamu bisa kembali ke sini lagi," ucap Renald tersenyum.
"Baiklah Om, Danis pergi besok." Danis tersenyum sambil menatap pria paruh baya itu.
"Terima kasih, Nak. Maafkan Om yang selalu membuatmu repot. Om tidak mungkin meminta bantuan pada menantu Om, karena menantu Om juga sangat sibuk." Adam menatap Danis dengan senyum yang lembutnya.
"Ya sudah, kalau begitu Danis pamit dulu Om," pamit Danis.
"Silahkan, Nak. Sekali lagi terima kasih ya?" ucap Adam.
Danis menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dan melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
________
Sore harinya
Sepulang kerja, Danis langsung pergi ke restoran tempat Zahra kerja. Pria itu ingin menjemput kekasihnya sekalian mengajaknya jalan.
"Sayang, aku menunggumu di parkiran," ucap Danis yang menghubungi kekasihnya saat ia tiba di restoran tersebut.
"Baiklah, aku akan ke sana!" jawab Zahra.
Setelah itu Zahra mematikan ponselnya. Lalu, Danis turun dari mobil seraya menunggu orang yang ia cintai di samping mobilnya tersebut.
Beberapa menit kemudian, Zahra keluar dari restoran seraya melambaikan tangan pada pria itu. Lalu, ia lari untuk menghampiri Danis.
Wanita itu langsung memeluk tubuh kekasihnya erat hingga membuat Danis mengembangkan senyum seraya membalas pelukan kekasihnya tersebut.
"Sayang ..., jangan memelukku di tempat umum seperti ini, nanti kita akan menjadi tontonan. Bagaimana jika orang tuamu tau bahwa kita masih berhubungan?" tanya Danis dengan senyum yang mengembang.
Seketika senyum Zahra memudar, lalu melepaskan pelukan kekasihnya tersebut.
"Ya sudah, kita masuk saja." Zahra membuka pintu mobil, lalu wanita itu duduk di samping kemudi mobil.
Danis pun ikut masuk, lalu menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobilnya, meninggalkan restoran.
Tanpa disadari oleh Danis dan Zahra, Azka memperhatikan pasangan kekasih itu dengan wajah datarnya.
"Aku tidak mau merusak hubungan mereka, aku harus bicara pada Ayah bahwa mereka saling mencintai dan tidak mungkin aku paksa Zahra untuk menikah denganku."
Azka melangkahkan kakinya menuju parkiran, ia masuk ke dalam mobilnya, lalu ia pergi meninggalkan restoran tersebut.
Sementara di tempat lain, Zahra menyandarkan kepalanya pada bahu Danis hingga membuat Danis tidak hentinya mengembangkan senyum karena sikap manja kekasihnya tersebut.
"Sayang ... aku lagi nyetir, nanti kita mesra-mesraan di bioskop saja, kita ambil kursi yang paling belakang yang sekiranya tidak ada orang yang melihat," ucap Danis tersenyum.
"Kita ke bioskop nih?" tanya Zahra yang reflek mengangkat kepalanya dan duduk tegap seraya menatap Danis dengan mata yang berbinar.
"Iya, Sayang! Kita ke bioskop. Sudah lama 'kan kita nggak nonton?" tanya Danis seraya menatap Zahra sekilas.
"Iya, Sayang. Akhir-akhir ini kita terlalu sibuk hingga kita tidak punya waktu untuk sekedar bersenang-senang." Zahra mengehela nafas, lalu menatap lurus ke depan.
"Oh iya, Sayang. Besok kamu jemput aku lagi 'kan? Kalau mau jemput kamu berangkatnya lebih pagi lagi biar kita bisa menghabiskan waktu berdua dulu sebelum pergi ke kantor." Zahra menatap Danis dengan wajah memohon.
"Sepertinya besok tidak bisa Sayang, lain kali aja ya? Soalnya besok aku harus ke Surabaya." Danis tersenyum untuk menutupi kesedihannya dari Zahra.
Deg
Seketika ucapan Danis membuat Zahra bungkam. Wanita itu hanya meluruhkan air matanya tanpa suara, rasa takut kehilangan Danis kini berputar di otaknya.
"Apa kamu akan meninggalkanku?" tanya Zahra seraya menatap Danis sendu.
Danis yang mengerti dengan perasaan sang kekasih, ia menepikan mobilnya, lalu mengambil tisu serta menghapus air mata orang yang dicintainya tersebut.
"Kenapa nangis? Aku tidak meninggalkanmu. Aku hanya pergi sebentar untuk menangani perusahaan Om Renald yang kolaps di Surabaya. Jika nanti keadaan perusahaan sudah membaik, aku pasti langsung kembali ke Jakarta."
Danis menatap Zahra penuh kelembutan hingga membuat Zahra semakin merasakan sesak saat membayangkan harus terpisah jauh dengan orang yang ia cintai.
Danis pun memeluk tubuh Zahra untuk menenangkan wanita itu, ia juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Zahra, namun ia menahannya agar tidak semakin membuat Zahra sulit untuk melepaskan.
"Kamu jangan sedih, kita 'kan masih bisa VC." Danis melepaskan pelukannya, lalu mengahapus air mata Zahra kembali.
"Iya, aku tahu. Tapi kalau kamu ke Surabaya aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, dan aku pasti akan sangat merindukanmu." Zahra menatap Danis dengan air mata yang masih tergenang.
"Iya, Sayang ... , aku tau seberapa besar kamu mencintai aku dan tentunya kamu tau seberapa besar aku mencintaimu."
Danis tersenyum seraya mendekatkan dahinya pada Dahi Zahra hingga membuat Dahi keduanya bersentuhan dan saling menatap dalam.
"I love you, My Danis," ucap Zahra tersenyum.
"I love you too, My Zahra," jawab Danis yang juga tersenyum.
Setelah itu, Danis dan Zahra menjauhkan wajah mereka, lalu Danis mengambil tangan Zahra dan menciumnya lamat-lamat.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu," ucap Danis.
"Apa lagi aku." Zahra menatap Danis tanpa mengalihkan tatapannya dari pria itu.
Setelah itu, Danis melanjutkan perjalanannya menuju Bioskop. Pria itu tidak ingin melewatkan momen berharga dengan Zahra hingga ia memutuskan untuk mengajak Zahra jalan sepuas mungkin.
...🌷🌷🌷🌷🌷...
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
nurcahaya
cinta terhalang perbedaan
2023-02-11
0
Enisensi Klara
kasihan mereka saling cinta tapi harus berpisah 🤧🤧
2023-02-02
1
seandainya tidak ada perbedaan d antara mereka pasti kedua orang tua zahrapun bakal merestui hubungan mereka
2023-02-02
5