Bismillahirohmanirohim.
"Paling juga semua ini cuman akal-akalan Liana, Pa, Ma." Vano angkat bicara, setelah Liana menjelaskan semuanya apa yang terjadi pada diri Liana.
"Lagi pula mana mungkin Liana bisa menolong orang, bukannya dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menyusahkan orang lain." sambung Vano lagi.
Mama dan Papa Liana sama-sama menghela nafas berat,.mendengar penuturan Vano, mereka tak tahu kenapa Vano dan Liana sama sekali tidak pernah akur.
'Menarik, rupanya kamu juga terang-terangan Vano menjelek-jelekan Liana di depan orang tuanya sendiri, aku suka gayamu Vano, tapi kita lihat kamu akan bertahan sampai mana? dengan permainanmu sendiri Vano, karena saat ini Liana bukanlah Liana yang dulu.' Laura tersenyum penuh misteri.
"Sudah tidak usah diperbesarkan masalah ini, yang penting adik kamu pulang dengan selamat" Mama dari Liana itu angkat bicara juga.
"Kamu Liana naik ke atas dulu ganti baju gih." suruh mama dari Liana itu.
"Oke ma. Liana ke atas dulu Ma, Pa." ucapnya tanpa berpamitan pada Vano.
"Sama gue kagak!" ketus Vano tapi Laura sama sekali tidak memperdulikan Vano.
Laura belum mengatakan pada orang tua Liana, jika dirinya akan mendaftar menjadi salah satu murid bela diri di perguruan Kalam Kilat.
Laura berniat akan mengatakannya nanti saja jika waktunya sudah tempat, untuk saat ini Laura harus meyakinkan pada kedua orang tua Liana jika tubuh Liana saat ini mampu untuk menguasai hal bela diri.
Masih di ruang tamu, Vano merasa sangat-sangat tidak suka pada Liana kali ini melebih dari sebelumnya.
Vano menatap tajam kepergian Liana. 'Awas saja kamu Liana! Mentang-mentang di hadapan mama dan papa kamu begaya seenaknya.'
'Lihat saja Liana gue tidak akan tinggal diam melihat tingkah lo yang makin kurang ajar sama gue.' geram Vano dalam benaknya, dia begitu kesal pada Liana.
Entah apa salah Liana pada saudara sepupunya itu hingga membuat Vano begitu membenci dirinya.
Sampai di kamar Liana, Laura segera membersihkan diri, hari ini begitu melelahkan bagi gadis berumur 19 tahun itu yang kini dirinya tiba-tiba menjadi berumur 17 tahun.
Banyak hal yang Laura alami ini bukan hanya tentang dirinya sebelum dieksekusi, tapi juga tentang Liana yang saat ini tubuh dan jiwa Laura sudah menyatu pada gadis cupu ini.
"Gue curiga sama ketua Sinta, firasat gue mengatakan jika dia lah dalang dari memfitnah gue."
Sebelum masuk ke kamar Liana, Laura pasti akan selalu mengunci kamarnya terlebih dahulu, karena tak mau Vano masuk secara tiba-tiba dan maunya sesuka hati saja.
Kali ini Laura bebas di dalam kamar Liana, karena kamar itu kedap suara, setelah selesai membersihkan diri Laura menatap pantulan diri Liana dari cermin.
"Wajah yang indah, tapi sayang disembunyikan di balik dandanan yang begitu cupu."
"Jika aku nilai-nilai wajah Liana dan wajahku dulu masih cantik wajah Liana, wajahnya putih mulus dan bersih, tak ada satupun jerawat yang hinggap di wajah ini, lalu hidung bangir yang selalu aku inginkan."
"Bagaimana tidak dulu saat gue masih di dalam tubuh asli gue, gue punya hidung yang sedikit pesek, hihihihi." Laura terkekeh geli sendiri.
Setelah puas memuji wajah Liana, akhirnya Laura memikirkan rencana untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, masalah datang bertubi-tubi pada dirinya dari segala arah.
Tok
Tok
Tok
Saat hari sudah gelap dan matahari sudah tidak lagi muncul digantikan oleh sinar rembulan dan bintang-bintang, suara ketukan dari pintu kamar Liana membuat Laura menyudahi kegiatannya, Laura tak hanya menyusun rencananya saja, tapi dia juga membaca beberapa curhatan yang amat memilukan yang ditulis oleh Liana di buku diarynya.
"Siapa?" tanya Laura saat ketukan pintu dari kamar Liana tak kunjung berhenti.
"Bibi neng Liana, kata ibu suruh makan malam dulu." sahut orang dari luar kamar.
Liana beranjak dari tempat duduknya mendekati pintu kamar. "Iya bi aku segera menyusul." sahut Laura.
Saat Laura sudah membuka pintu kamar Liana ternyata sudah tidak ada siapa-siapa lagi, Laura akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah menyusul orang tuanya yang sudah berada di ruang makan.
Baru beberapa langkah Laura menuruni anak tangga suara deheman dari seseorang membuat Laura mengehentikan langkahnya, sambil menoleh ke tangga atas.
"Hmmmm." Laura tahu itu suara siapa? Siapa lagi kalau bukan Vano, hanya Vano yang membenci Liana di dalam rumah ini.
Dari tangga yang Laura pijak dia dapat melihat Vano yang menatapnya dengan tajam, setelah melihat Vano sekilas Laura kembali melanjutkan langkahnya.
'Lo kira gue takut dengan tatapan tajam nggak ada apa-apanya itu Vano. sayang sekali tidak! gue bukan Liana si gadis lemah, gue Laura gadis yang tidak mudah ditindas oleh siapapun.'
Sementara Vano menatap heran pada Liana. "Kenapa sifatnya berubah? Lalu kenapa dia tidak takut dengan tatapan tajam ku?"
Vano yang pusing memikirkan perubahan sikap Liana, akhirnya memutuskan untuk menyusul ke ruang makan.
Sampai Vano disana mereka semua segera menyantap hidangan yang sudah disiapkan oleh pekerja di rumah itu.
Hal satu ini juga membuat Laura bertanya-tanya, Liana anak dari orang yang sedikit kayak (berkecukupan) tapi entah kenapa penampilan yang Liana buat begitu cupu.
Entahlah memikirkannya saja Laura sedikit bingung. "Ma, Pa setelah ini Liana ingin meminta izin pada kalian." ucap Laura setelah dia selesai menghabiskan makannya.
"Kamu mau bicara apa sayang?" tanya sang mama memastikan.
"Mam nanti saja jika kita sudah selesai makan." tegur papa Liana.
Vano kali ini hanya diam saja tak bicara apa-apa bahkan setelah selesai makan malam pun dia pamit langsung ke kamarnya.
"Ma, Pa Liana mau izin untuk masuk ke perguruan bela diri, perguruan Kalam kilat, boleh ya?" Kali ini Laura mengeluarkan tatapan memohon andalan miliknya.
"Memangnya kenapa sayang tiba-tiba ingin berlatih bela diri?" sang mama menatap heran pada putrinya satu-satunya itu.
"Tidak apa Ma, hanya saja Liana bosan jika terus membaca buku saja, setelah itu tidak ada kegiatan lain." tak mungkin Laura akan menjawab dengan jujur.
"Tapi bukankah di perguruan Kalam kilat itu setahu papa setiap murid yang mendaftar harus menginap di sana?" papa Liana ragu untuk mengizinkan anaknya berada di area perguruan Kalam Kilat.
"Besok papa datang dengan Liana, siapa tahu saat papa meminta Liana boleh pp, pihak dari perguruan Kalam kilat akan mengizikan Liana, jika Liana boleh belajar bela diri tak menginap."
"Boleh ya pliss, pliss, plisss."
"Tapi bagaimana jika tidak diperbolehkan sayang."
"Dicoba saja dulu ya Ma, Pa."
"Baiklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments