Memancing

“Aku bisa membunuhmu dalam hitungan detik, dan ini bukan perkara yang sulit bagiku.” Untuk pertama kalinya ucapan Resha terdengar sangat serius di telinga Gilbert.

“Apa kau punya dendam padaku, hingga mau membunuhku?”

Mendengar pertanyaan dari Gilbert, Resha menarik Jagdkommando miliknya dari leher Gilbert. “Kenapa kau serius sekali, aku hanya bercanda.”

“Bercandamu tidak lucu Queresha!”

“Kenapa kau takut?” Resha menatap Gilbert dengan tatapan penuh selidik.

“Lumayan,” jawab Gilbert. Ia memosisikan tangannya di belakang pinggang Resha dan menyeret kekasihnya untuk berjalan.

Kini Gilbert dan Resha sampai di depan pintu, Gilbert membuka kuncinya. Mereka masuk ke dalam rumah. Kedatangan Resha dan Gilbert di sambut tiga orang pelayan.

“Selamat datang tuan Gilbert, ada yang bisa kami bantu?” ucap kepala pelayan.

“Tidak ada, kalian boleh kembali.” Gilbert membawa Resha ke kamar utama.

“Istirahatlah, kegiatan besok akan sangat melelahkan,” ujar Gilbert. Ia pergi ke kamar mandi untuk berganti dengan pakaian tidur.

Setelah memastikan Gilbert masuk ke kamar mandi Resha mengirimkan permintaan untuk menghabisi Bryan dan Nilson. Resha menyimpan handphone miliknya sebelum Gilbert keluar.

Resha pergi keluar dari kamar untuk mencari pelayan. “Bisa tolong ambilkan alat untuk mengompres wajah Gilbert,” ucap Resha ketika bertemu dengan seorang pelayan.

“Bisa nona, tunggu sebentar.”

Resha mengangguk ia diam di tempatnya, namun matanya meneliti keadaan sekitar.

Pelayan kembali dengan air yang di isi es, beserta handuk kecil. “Ini nona, ada yang bisa saya bantu lagi?”

“Tidak. Ini sudah cukup, terima kasih.” Resha berjalan kembali ke dalam kamar. Begitu pintu terbuka Gilbert berada di depan pintu.

“Habis dari mana?” Tanya Gilbert penasaran. Ia melihat Resha yang menunjukkan barang yang ia bawa.

Resha berjalan melewati Gilbert dan duduk di sofa. “Kemari,” perintah Resha.

Gilbert menurut dan duduk di samping Resha. Ia diam saja memperhatikan Resha yang mengompres lebam di wajahnya akibat pukulan Resha. “Bagus, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu.”

Resha mendelik sebal ke arah Gilbert, mulutnya Gilbert terlalu banyak tingkah. “Jangan berlebihan, aku hanya memukulmu bukan membunuhmu.”

“Ah ternyata seperti ini rasanya berpacaran dengan seorang pembunuh bayaran, salah sedikit saja sepertinya nyawaku berada di ujung tanduk,” ungkap Gilbert. Ia merasakan sensasi dingin di pipinya saat Resha mengompres memar.

“Ya baguslah kalau kau sadar, jadi jangan coba-coba membuatku murka.”

Gilbert mengecup bibir Resha. “Tidak akan pernah, karena aku masih sayang pada nyawaku sendiri.”

“Jadi apakah kau menyayangiku?” ucap Resha asal. Ia ingin mendengar jawaban Gilbert.

Gilbert memeluk tubuh Resha. “Aku mencintai dan menyayangimu. Jadi jangan pernah pergi dariku ya, aku sangat membutuhkanmu untuk terus menemani hidupku.”

Resha membalas pelukan Gilbert, namun bibirnya terkatup rapat-rapat. Ia tidak ingin menjawab permintaan Gilbert yang sangat tidak masuk akal.

Ada rasa sakit yang menusuk di hati Gilbert saat ucapannya di abaikan oleh Resha. Tapi Gilbert mencoba untuk mengerti, bagaimana pun juga ia yang meminta Resha untuk membuatnya jatuh cinta. Bukan salah Resha kalau ternyata perasaan Gilbert tak terbalaskan. “Memarku sudah membaik, lebih baik kau mengganti pakaianmu.”

Resha pergi ke kamar mandi, ada sedikit rasa tidak suka saat dalam dirinya saat mengingat ucapan manis Gilbert. “Sadar Resha, itu hanya bualan lelaki buaya. Dan dia target pembunuhanmu selanjutnya,” batin Resha.

Setelah berganti pakaian Resha kembali ke kamar ia melihat Gilbert yang tertidur memunggunginya. Resha ikut bergabung ke atas tempat tidur merebahkan dirinya dengan posisi menyamping membalas Gilbert dengan memunggungi tubuh Gilbert. Saat ini mereka seperti sepasang kekasih yang saling merajuk satu sama lain.

Gilbert belum tertidur, ada rasa malu dalam dirinya saat meminta Resha untuk tidak pergi, sementara Resha tidak menjawab sama sekali.

Resha tidak bisa tidur, ia memilih tidur terlentang dan mencoba memejamkan matanya kembali. Resha cukup kesal saat ia hendak tidur namun gerakan tangan Gilbert tiba-tiba menindih perutnya. Resha menyingkirkan tangan Gilbert dari atas perutnya.

Aksi pertama tidak berhasil, meskipun Gilbert kesal pada Resha tapi ia tidak bisa tidur dengan berjauhan seperti ini. Dengan mata yang masih terpejam Gilbert memosisikan tubuhnya memeluk Resha.

“Merepotkan saja,” keluh Resha di dalam hatinya. Ia membiarkan Gilbert tidur dengan posisi memeluk tubuhnya.

Rasa nyaman memeluk tubuh Resha dapat membuat Gilbert tertidur cukup pulas. Begitu pun dengan Resha ia merasakan kehangatan yang membuatnya tertidur lebih cepat.

Pagi itu Resha terbangun saat pipinya terasa di tepuk. Ia membuka kelopak matanya dan cukup terkejut melihat wajah Gilbert berada tepat di depan mukanya. “Menyingkirlah Gilbert, nafasmu bau.”

“Tidak mungkin, aku sudah menggosok gigiku,” kilah Gilbert. Ia menyesap bibir Resha.

Mendapat serangan mendadak di saat belum sadar sepenuhnya membuat Resha diam saja menikmati ciu’man Gilbert.

Tidak mendapatkan balasan Gilbert menarik diri. “Kau tidak suka ciuman di pagi hari?”

Mata Resha yang masih setengah terbuka menatap Gilbert. “Bagaimana aku suka, aku belum tersadar sepenuhnya langsung kau serang begitu saja.”

Bibir Gilbert tersenyum mendengar omelan yang keluar dari mulut Resha. “Sepertinya aku harus sering-sering membangunkan mu di pagi hari dengan ciuman. Wajahmu sangat menggemaskan.”

Mata Resha terbuka sempurna, pertama kalinya ia melihat senyum lebar dari wajah datar Gilbert.

“Kenapa kau terpesona melihat senyumanku?”

Dalam hati Resha menjawab iya, namun ia terlalu gengsi untuk mengatakannya. “Minggirlah, aku ingin buang air kecil.”

Setelah selesai bersiap Gilbert dan Resha menikmati sarapan pagi mereka. “Hari ini mau melakukan apa?” tanya Resha.

Gilbert meminum air dari gelas milik Resha. “ Pergi memancing,” jawab Gilbert santai.

Resha memandangi gelas miliknya yang berisi setengah kini habis di minum oleh Gilbert. “Kau membawaku liburan hanya untuk memancing?”

Gilbert mengangguk dengan sangat yakin, seolah tidak ada keraguan sedikit pun.

Sepertinya Resha tidak mengerti jalan pikiran Gilbert, bukannya sepasang kekasih pergi berlibur untuk bersenang-senang. Tapi mendengar jawaban Gilbert yang akan pergi memancing untuk hari pertama kencan mereka, terdengar sangat membosankan bagi Resha.

Seorang pelayan menghampiri meja makan. “Tuan, kapalnya sudah siap.”

Gilbert segera bangkit dari duduknya. “Ayo,” ajak Gilbert.

Resha ikut bangkit dan berjalan di samping Gilbert.

Mereka keluar dari rumah menuju tempat kapal untuk mereka pergi memancing. Dari kejauhan Resha melihat seorang wanita melambaikan tangannya dengan penuh semangat. Resha melirik Gilbert. “Dia siapa?”

“Temanku,” jawab Gilbert. Ia mengambil tangan Resha dan bergandengan tangan menuju perahu.

Hal pertama yang di tangkap oleh Resha, wanita tersebut tidak mempedulikan kehadiran Resha. Apalagi wanita itu langsung memeluk tubuh Gilbert, padahal Resha di samping Gilbert. Resha menarik tangannya yang di genggam Gilbert. Ia lebih baik menjauh dan masuk ke dalam kapal.

“Aaaa aku sangat merindukanmu.” Teriakan wanita itu masih terdengar jelas padahal Resha sudah menjauh. Ia pergi ke bagian depan kapal tanpa memedulikan Gilbert dan wanita yang tak ia kenal.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

cemburu Resha??

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!