Pertemuan

Sebuah motor sport melaju kencang di tengah keheningan kota Bogota. Resha menghentikan motornya sedikit lebih jauh dari lokasi.

Langit malam bertabur bintang, dan terangnya bulan memantul dalam genangan air. Sepatu boots yang di pakai Resha menginjak genangan air tersebut hingga keindahan langit malam terkoyak dalam hitungan detik.

Langkah tegapnya terus berjalan ke belakang sebuah rumah mewah di pinggir kota Bogota. Resha memanjat dinding penghalang rumah. Kakinya mendarat sempurna di antara rumput hijau. Kepalanya meneliti keadaan sekitar. Satu orang pria tampak berjalan untuk mengecek keadaan. Resha berjalan mengikutinya, langkahnya mengikuti irama pria tersebut. Ia mengeluarkan senjata ampuh miliknya, Jagdkommando. Sebuah pisau yang memiliki tiga sisi yang di gabung dan di putar spiral, serta memiliki ujung yang runcing.

Dari sudut pandang penjaga tersebut melihat sebuah pisau di sampingnya, namun gerakannya kalah cepat hingga pisau tersebut berhasil menancap di lehernya.

Resha menusuk dan menarik kembali pisaunya dalam gerakan cepat. Pisau yang ia gunakan menimbulkan luka yang cukup lebar dan mengeluarkan darah tiada hentinya.

Resha berjalan melangkahi tubuh pria tersebut. Empat orang berjaga di pintu utama. Resha mengeluarkan dua Jagdkommando miliknya, ia berlari menuju ke arah pintu utama.

“Penyusup!” teriak salah satu penjaga saat melihat keberadaan Resha.

Dalam hitungan detik Resha berada tepat di antara mereka, tangannya yang memegang Jagdkommando mengayun dengan lihai menusuk bagian vital ke empat lawannya. Lima orang penjaga sudah mati di tangannya. Kakinya mendorong pintu utama hingga terbuka lebar, sebuah timah panas hampir mengenai kepalanya namun Resha dapat menghindar dengan cepat. Ia melemparkan Jagdkommando hingga menancap di kepala pria yang memegang pistol.

Melihat temannya mati begitu saja, ia segera mengeluarkan pisau untuk menyerang Resha.

Resha menahan tangan pria yang hendak menusuknya, sementara tangan kirinya yang memegang Jagdkommando menusuk jantung lawannya.

Resha menarik kembali senjatanya dari tubuh pria tersebut dan mendorong tubuh lawannya hingga ambruk ke lantai.

Kaki Resha berjalan menuju pria yang tergeletak di lantai, ia berjongkok untuk mengambil Jagdkommando miliknya yang menancap sempurna di dahi lawannya.

Setengah berlari kaki Resha menaiki undakan tangga, lima orang pria berlari ke arahnya. Resha menyimpan Jagdkommando miliknya, ia mengeluarkan pistol saat melihat pria incarannya hendak melarikan diri.

Resha berlari ia menembak satu lawannya yang mendekat.

Dor!

Di susul dua pria dengan pistol di tangannya, kaki Resha dengan cepat menendang pistol tersebut sebelum lawannya menarik pelatuk. Sudut mata Resha menangkap pergerakan pria lain yang hendak menembak ke arahnya, dalam jarak dekat Resha menjadikan pria di hadapannya sebagai tameng. Sementara ia berjongkok.

Dor!

Peluru tersebut mengenai tubuh pria yang Resha jadikan tameng.

Dor!

Resha melepaskan tembakannya. Dua orang mati dalam waktu bersamaan. Kini Resha hanya tinggal menghabisi dua penjaga yang mengawal targetnya.

Satu pria berbalik hendak melihat ke belakang, ia cukup terkejut dalam hitungan detik Resha menghabisi tiga rekannya. Ia mengeluarkan pistol untuk menembak Resha.

Resha melepaskan tembakannya pada pria yang menghentikan langkahnya. Dor! tubuh pria tersebut ambruk ke lantai.

Pria pengawal tuannya menghentikan langkahnya ia melemparkan gas air mata.

“Merepotkan saja!” batin Resha. Ia menendang gas air mata agar menjauh dari tempatnya. Ia berlari mengejar targetnya. Resha sudah muak dengan permainannya, ia mempercepat larinya. Tangannya mengayun ke atas untuk bersiap untuk mengakhiri nyawa pengawal tersebut dengan Jagdkommando miliknya.

“Argh,” pengawal tersebut memekik kesakitan saat sebuah benda tajam menancap di punggungnya.

Target Resha menghentikan langkahnya ia menengok ke belakang saat melihat pengawalnya ambruk ke lantai.

Resha mengambil senjata miliknya. Tubuh Resha kembali berdiri tegap, bibirnya tersenyum miring. Ia menyimpan pistolnya dan mengeluarkan Jagdkommando satunya lagi. Kedua tangan Resha memegang Jagdkommando yang berlumuran darah.

Langkah tegas Resha berjalan ke arah targetnya, sementara pria tersebut mundur ke belakang dengan wajah yang sangat ketakutan.

Kaki Resha berjalan semakin cepat, dalam jarak dekat Resha menendang dada pria itu hingga tubuhnya terjengkang ke belakang.

Resha semakin gembira melihat targetnya masih berusaha untuk mundur menghindari Resha.

Tangan Resha memegang erat-erat Jagdkommando, ia mendekat ke arah target. Resha menusuknya secara brutal hingga darah dari targetnya menciprat kemana-mana.

Tubuh target Resha tergeletak di lantai dengan keadaan nahas. Sepuluh tusukan Resha yang mengenai organ intinya.

Kaki Resha melangkah menuju kamar mandi, ia sudah hafal betul letak bangunan rumah ini dari berkas yang di berikan Alfanzo. Ia berdiri di depan wastafel dan membersihkan tangannya yang penuh dengan darah. Pakaian hitam yang ia kenakan dapat menyamarkan noda darah, sehingga Resha tidak perlu repot-repot membersihkan bajunya.

Resha menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya tampak datar. Tak ada rasa gembira sedikit pun padahal ia sudah melaksanakan tugasnya hanya dalam hitungan menit saja.

Resha berjalan keluar, ia melangkahi mayat-mayat yang menghalangi jalan keluarnya. Kaki Resha melangkah kembali menuju motornya.

Suara bising dari knalpot motor Resha memecah heningnya malam. Ia membawa motornya kembali menuju markasnya di El Pozo.

Di perjalanan ada hal yang membuat Resha tertarik. Sebuah mobil mewah dengan lambang rusa yang sampai sekarang ia ingat, melaju di depannya. Resha menambah kecepatan motornya, ia membuka kaca helmnya untuk melihat siapa pria yang berada di dalam.

Senyum sinis tercetak jelas di balik helm yang Resha kenakan. Gilbert Abhivandya, pria yang terkenal kejam dan dingin. Gilbert anak kandung dari Thomas. Dari yang Resha ketahui Red Bold sekarang di pimpin oleh Gilbert.

Gilbert yang berada di dalam mobil cukup geram mendengar suara bising motor di sampingnya, yang seperti memberikan kode untuk berhenti.

Sopir mobil melihat kaca spion, dari raut wajah tuannya ia bisa membaca bahwa Gilbert menyuruhnya untuk menghiraukan pengendara motor tersebut.

Tidak kehilangan akalnya, Resha menyalip mobil dan menghentikan motornya begitu saja.

Sopir Gilbert yang terkejut segera menginjak pedal rem dalam-dalam. Beruntung ia tidak menyenggol motor tersebut, jika mobil yang ia kendarai sampai lecet habis nyawanya di tangan Gilbert.

Manik Gilbert tertuju ke depan, kesabarannya sudah habis. Ia hanya ingin pulang dan beristirahat.

“Bunuh dia!”

Sopir tersebut keluar dari mobil dengan wajah marahnya, ia mengeluarkan pisau tajam untuk membunuh Resha.

Resha tersenyum meremehkan saat melihat pisau biasa yang di gunakan lawannya. Saat pisau tersebut hampir mengenai perutnya, tangan Resha merebut pisau itu dan membuangnya. Resha memegang rambut kepala sopir tersebut dan menghantamkannya ke kap mesin. Tubuh sopir luruh ke lantai tak sadarkan diri, Resha menatap kap mobil yang penyok karena ulahnya. Namun ia tidak peduli.

Kakinya melangkah menuju pintu penumpang, ia mengetuk jendela tempat Gilbert duduk.

Gilbert membuka jendela tersebut. Ia memperhatikan wanita tersebut yang membuka helmnya, kepalanya bergerak ke sana kemari merapikan rambutnya yang terurai.

Manik Resha menatap Gilbert sesaat, ternyata Gilbert lebih tampan dari foto yang tersebar di media. Tubuh bagian atas Resha masuk ke dalam, jari lentiknya merapikan dasi Gilbert yang miring.

Gilbert menahan nafasnya saat wajah pengendara motor tersebut berada tepat di depan wajahnya. Bahkan Gilbert dapat merasakan embusan nafasnya. Ada hal yang mengusik Gilbert, wangi parfum yang di pakai wanita tersebut bercampur dengan bau amis darah, yang berhasil menimbulkan tanda tanya dalam diri Gilbert.

Wajah Resha terlihat bangga bisa merapikan penampilan Gilbert. Ia membungkuk hormat lalu kembali memakai helmnya.

Gilbert memperhatikan wanita yang tidak ia ketahui namanya, namun berhasil membuat rasa penasaran Gilbert muncul ke permukaan. Tanpa rasa bersalah wanita itu pergi begitu saja dengan motornya. Hal yang membuat Gilbert tertarik pada wanita barusan ialah keberaniannya, dan keahlian dalam bela dirinya. “Kau tidak akan bisa lari dariku!”

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

keren senjatanya...

2023-02-10

1

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

cewek tangguh ax suka

2023-02-01

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat, 💪💪💪

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!