Bercanda Seorang Pembunuh

“Satu juta dolarku.”

“Bisakah kau serius Resha, aku menyatakan cinta namun yang di kepalamu hanya ada uang,” ucap Gilbert kesal.

Resha tidak menyangka Gilbert akan menunjukkan sikap marahnya, padahal biasanya kekasihnya itu selalu berwajah datar.

“Apa kau tidak mencintaiku?” Tanya Gilbert kembali, ia bersumpah tidak akan memberikan Resha satu juta dolar jika cintanya tidak Resha balas.

Resha mulai mencoba membual demi tujuan utamanya. “Apa kesucianku tidak berarti bagimu sedikit pun? Aku sudah menyerahkan jiwa dan ragaku padamu.” Resha pergi ke dalam pelukan Gilbert. “Aku juga mencintaimu Gilbert,” ucap Resha berbohong. Ia tidak akan pernah jatuh cinta pada target pembangunan dirinya sendiri.

“Apa kau ingin pergi berlibur? Aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamamu.”

Resha tidak suka dengan ucapan manis Gilbert. Namun apa daya, ia tidak mungkin menolaknya begitu saja. “Aku mau berlibur bersamamu.”

“Ayo bersiap, kita pergi malam ini juga,” tandas Gilbert.

Resha mengangguk setuju, selagi ia berlibur dengan Gilbert, ia akan menyewa orang untuk membunuh Nilson dan Bryan.

Sore itu juga Gilbert dan Resha pergi menuju pulau pribadi milik Gilbert menggunakan helikopter.

Resha menatap sebuah rumah yang tidak jauh dari landasan helikopter. Rumah yang tidak begitu besar namun sepertinya akan nyaman di tempati dengan pemandangan laut yang indah.

“Ayo,” ajak Gilbert. Ia memutuskan untuk berjalan meskipun langkahnya masih sedikit tertatih.

Resha membantu memegang tangan Gilbert, dan menyamakan langkahnya agar Gilbert tidak kesulitan. “Harusnya kau pakai kursi roda saja,” usul Resha. Berjalan sangat pelan ternyata menguras kesabaran, sudah lima menit Resha di terpa angin malam namun belum juga sampai ke halaman rumah.

“Kau jalan lebih dulu saja, aku bisa melakukannya sendiri.” Gilbert tahu ini keputusan yang sedikit merepotkan, tapi ia ingin menjadi lelaki sejati yang mengajak kekasihnya berlibur dan menikmati waktu berdua.

“Bagaimana bisa aku meninggalkanmu begitu saja,” ungkap Resha. Resha berjongkok di depan Gilbert. “Ayo naik,” titah Resha.

“Jangan mengada-ada Resha, yang ada punggungmu patah jika menggendongku.” Gilbert sangat sadar diri akan bobot tubuhnya.

“Kau banyak berpikir ayo cepat!”

Entah mengapa tawaran Resha sangat menggelikan, dan Gilbert sungguh penasaran akan kekuatan kekasihnya. Dengan perlahan Gilbert menunduk memosisikan tubuhnya di belakang Resha.

Resha mulai merasakan berat di punggungnya. “kau sudah siap?” Tanya Resha.

“Sudah.” Mendengar jawaban dari Gilbert Resha mulai berdiri, ternyata Gilbert cukup berat. Bukan cukup berat, tapi sangat berat. Entah datang dari mana ide jahil Resha muncul begitu saja. Ia berlari sekuat tenaga dengan langkah yang terseok-seok.

“Resha pelan-pelan saja, aku takut jatuh.” Teriak Gilbert. Ia memegang pundak Resha kuat-kuat.

“Tidak-tidak akan jatuh aku berjanji,” Resha merentangkan kedua tangannya seolah sayap. Langkahnya masih terus berlari.

Kaki Resha menginjak sebuah batu kecil hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ia jatuh ke tanah menindih Gilbert.

Pantat Gilbert terasa sakit. Ia mencubit pipi Resha dengan gemasnya. “Sudahku bilang pelan-pelan saja, jadi terjatuhkan.”

Resha tidak memedulikan omelan Gilbert, ide jahil Resha kembali muncul.

Gilbert memperhatikan Resha yang memegangi kakinya. “Kakimu keseleo?”

“Iya, sakit sekali.” Ucap Resha sedikit drama dengan wajah meringis padahal kakinya tidak kenapa-napa, ia penasaran ingin melihat reaksi Gilbert yang katanya mencintai Resha.

Gilbert hendak memegang kaki Resha yang keseleo, namun tangannya di tepis oleh kekasihnya.

“Jangan di sentuh sakit,” ketus Resha.

Gilbert menghela nafas kesal. Ia memosisikan tangannya di belakang punggung dan belakang lutut lalu mengangkat tubuh Resha. Gilbert berjalan dengan sangat perlahan, menahan rasa sakit di pahanya.

Resha mengalungkan tangannya di leher Gilbert. “Ayo semangat sayang, kamu pasti bisa,” ujar Resha.

Baru pertama kali Gilbert melihat sosok lain dari seorang Queresha Mavelin. Kali ini ia tampak ceria dengan senyuman di bibirnya. Bahkan untuk pertama kalinya Gilbert mendengar Resha memanggil dirinya dengan sebutan sayang. Hati Gilbert semakin jatuh cinta pada kekasihnya. Ia rela menahan rasa sakit demi mendapat semangat dari Resha.

Wajah berseri Resha memudar, sudah sepuluh menit tubuhnya yang di gendong Gilbert belum juga sampai ke pelataran rumah. Resha memandang jarak antara mereka dan rumah, sekitar tiga meter lagi. “Kau lamban sekali seperti siput,” ejek Resha.

Tidak terima dengan ucapan Resha, dengan sengaja Gilbert menjatuhkan Resha untuk memberinya hukuman agar tidak seenaknya saja mengatai Gilbert.

“Aaaaa,” pekik Resha saat pantatnya membentur jalan.

“Jangan mengejekku seenaknya saja!” Gilbert berkacak pinggang dengan mata melotot ke arah Resha.

Resha menyesal percaya dengan ucapan cinta Gilbert, lihat sorotan mata Gilbert tak ada kelembutan sama sekali. Resha kesal melihatnya, ia bangkit dan berlari meninggalkan Gilbert.

Gilbert melongo melihat Resha yang berlari, ternyata kekasihnya berani berbohong. Gilbert mengambil handphone dari sakunya dan melemparkannya hingga mengenai kepala Resha.

"Aaa," teriak Resha mengaduh kesakitan. tangannya memegang kepalanya yang terkena lemparan.

Resha membalikkan tubuhnya, ia menatap bengis ke arah Gilbert yang tengah tertawa. Resha berlari dan meninju pipi kanan Gilbert hingga tubuh Gilbert oleng dan jatuh ke lantai.

Gilbert seolah mendapat kejutan di hari ulang tahunnya, Resha berani memukul wajah tampannya. “Queresha Mavelin!” panggil Gilbert dengan suara geraman seperti harimau.

“Apa? Kau berani menantangku, bahkan pukulan barusan tak cukup untuk melupakan rasa kesalku,” Resha menatap Gilbert dengan pandangan tajamnya.

“Kau menantangku?”

“Iya, kemari kalau bisa. Pukul aku,” jawab Resha.

Gilbert bangkit, ia memberikan pukulan pada wajah Resha. Namun kekasihnya bisa mengelak dari pukulan Gilbert.

“Aaaa tidak kena, payah sekali pukulanmu,” ejek Resha.

Gilbert sangat kesal pada kekasihnya, ia hendak memukul perut Resha.

Resha yang menyadari ke mana arah pukulan Gilbert melayang dengan segera mundur ke belakang hingga tangan Gilbert meninju angin kosong. “Payah sekali pukulanmu.” Resha meninju pipi Gilbert. “Ini baru yang namanya memukul,” ungkap Resha dengan nada bangga pukulannya mengenai pipi kiri Gilbert. Resha dapat menilai Sepertinya Gilbert cukup payah dalam bela diri, atau Resha yang terlalu pandai bela diri. Ada yang tahu jawabannya?

Kedua sisi pipi milik Gilbert memar karena ulah Resha. “Ah sudah aku mengalah saja.” Gilbert mengangkat kedua tangannya.

“Apa katamu, mengalah? Mungkin maksudmu seorang Gilbert Abhivandya mafia berdarah dingin dan pemimpin Red Bold mengakui kekalahannya saat bertarung dengan pembunuhan bayaran terkenal di Kolombia.”

“Sudahi sikap tak jelasmu itu, aku lebih suka kau dalam mode pembunuh bayaran saja.”

Resha kembali menunjukkan wajah datarnya. Ia mengeluarkan Jagdkommando miliknya dan menekankan ujung runcingnya pada urat nadi di leher Gilbert.

“Queresha, jauhkan benda tajam itu dari leherku,” pinta Gilbert dengan suara pelan.

“Aku bisa membunuhmu dalam hitungan detik, dan ini bukan perkara yang sulit bagiku.” Resha tersenyum menyeringai, bodoh sekali Gilbert hanya menggunakan lima orang pengawal saja.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

apakah Resha akan membunuh Gilbert??

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!