Pengkhianat

“Kau pergi saja!”

Resha tidak bisa meninggalkan Gilbert sendirian, bagaimana pun tugas Resha adalah melindungi Gilbert. Resha membantu Gilbert berjalan dan bersembunyi di balik cekungan lereng.

Gilbert kembali mengecek ponselnya, ia memperhatikan Resha yang pergi menghampiri para musuh.

Sebuah panggilan dari Nilson masuk ke ponsel Gilbert, dengan segera Gilbert menerimanya. “Kenapa kau lambat sekali?”

[Ada beberapa orang yang menghadang kita tempat landasan]

Gilbert merasa seseorang menodongkan pistolnya ke kepalanya. Lewat sudut matanya Gilbert bisa melihat pria berbaju hitam dengan penutup kepala.

“Bergerak sedikit saja, aku akan membunuhmu.”

Gilbert tersenyum mendengar ancaman yang terdengar menggelikan di telinganya. Manik Gilbert memastikan bahwa tidak ada orang yang akan menembak lagi ke arahnya. Dengan gerakan cepat kedua tangan Gilbert mengambil alih pistol tersebut dan menembakkannya pada pria tersebut. Dor!

Gilbert mengambil batu sebesar kepalan tangan yang ada di sampingnya. Gilbert memukulkannya pada wajah pria tersebut yang tertutup kain.

Pria yang terbaring di hadapan Gilbert berlumuran darah. Gilbert membuang batu tersebut, ia bangkit hendak menyusul Resha. Kini ia memiliki senapan laras panjang. Gilbert berjalan perlahan, menembaki para musuh mendekat ke arah Resha.

Tubuh Resha berbalik melihat ke belakang. “Pura-pura lemah! Harusnya dari tadi dia beraksi,” batin Resha.

Suara helikopter semakin mendekat di ikuti suara tembakan.

Resha membiarkan Gilbert menjaganya, sementara Resha menembak ke arah helikopter.

Gilbert berdiri dengan tegap di balik pohon menembaki para musuh yang ingin menyerang Resha.

Serangan dari helikopter cukup ganas, Resha tidak memiliki kesempatan untuk membalas. Ia memilih berlari ke arah Gilbert. “Kita harus pergi.”

“Aku tidak bisa berjalan,” jawab Gilbert datar.

Resha ingin sekali memukul pria di depannya, bagaimana bisa berkata tidak bisa berjalan sementara beberapa detik yang lalu Gilbert berjalan keluar dari tempat persembunyiannya.

Gilbert menarik tubuh Resha ke dalam pelukannya, sementara Gilbert menembaki para musuh yang bersembunyi di balik pohon.

“Bisakah kau serius sedikit,” keluh Resha. Ia menarik diri dan berjalan ke arah barat.

“Jangan ke barat, ada musuh di sana,” ujar Gilbert memperingati.

Kenapa di saat genting seperti ini, Red bold seolah tidak mementingkan keselamatan Gilbert. Resha berjongkok di balik pohon, ia membidik helikopter yang mendekat. Dor! Resha tersenyum saat tembakannya tepat sasaran, pria yang ada di dalam helikopter terjatuh ke bawah.

Gilbert tidak tinggal diam, saat salah satu dari pria di atas helikopter hendak menembak Resha. Dor! Gilbert segera menembaknya tepat di kelapa. Dor! tembakan kedua Gilbert arahkan pada pilot helikopter.

Resha bersembunyi di balik pohon saat helikopter oleng dan menghantam pepohonan serta beberapa para musuh yang mengejar Resha dan Gilbert.

Wajah datar Gilbert terlihat sangat jelas saat sebuah ledakan di belakangnya menampilkan api yang membeludak ke udara.

Resha mengintip ekspresi Gilbert, wajah Gilbert terlihat sangat tampan dengan latar belakang api. “Cepat berlari!”

Mendengar teriakan Resha Gilbert bangkit dari berjongkoknya. Ia berjalan dengan perlahan ke arah Resha. Tanpa bersiaga.

Resha membidik mencari musuh yang akan membahayakan Gilbert, karena langkah kaki Gilbert sangat lamban dan Resha harus menjaga keselamatan Gilbert.

Gilbert ikut bersembunyi di samping Resha, ia menyandarkan punggungnya ke pohon.

Resha membidik ke sana kemari mencari musuh, namun tidak ada tanda-tanda orang yang mendekat. Merasa aman Resha ikut menyandarkan punggungnya ke pohon mengikuti Gilbert.

Pandangan Resha jatuh pada paha Gilbert yang masih mengeluarkan darah. “Ternyata Red Bold sangat lamban dalam mengatasi masalah,” ungkap Resha.

“Padahal pasukan yang ada di markas cukup banyak, apa kau tak menyadari ada pengkhianat?” Tanya Resha.

“Kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi,” jawab Gilbert. Ia mulai memikirkan ucapan Resha.

Resha mengusap keningnya yang berkeringat oleh punggung tangannya.

“Kau lelah?” tanya Gilbert.

“Tidak terlalu,” jawab Resha.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan,” ajak Gilbert.

Resha berdiri dan membantu Gilbert berjalan. Tangan Gilbert melingkar pada pundak Resha.

Baru beberapa langkah terdengar suara orang-orang yang berlari mendekat. Resha dan Gilbert menyiapkan senjata mereka.

Nilson menghampiri Resha dan Gilbert. Resha melihat penampilan Nilson yang tampak habis bertarung, terdapat bercak darah serta pakaiannya lusuh. Namun Resha yang sudah lama di dunia hitam dapat menyimpulkan bahwa penampilan Nilson hanya di buat-buat saja.

“Cepat bawa, Gilbert terluka!” titah Resha.

Para bawahan Nilson segera menyiapkan tandu untuk Gilbert. Mereka mengangkat tubuh Gilbert dan membawanya ke jalanan tempat mobil terparkir. “Mari nona ikut saya,” perintah Nilson.

“Aku ingin menemani Gilbert,” ujar Resha. Ia berjalan di samping tandu Gilbert dan ikut masuk ke dalam mobil.

Para perawat melakukan tugasnya. Sementara Resha menatap mata Gilbert yang mulai tertutup beberapa detik setelah cairan infus masuk ke dalam tubuhnya. Langkah ini akan mempermudah jalan Resha.

***

Resha duduk di samping tempat tidur Gilbert, matanya terus terbuka menunggu Gilbert tersadar. Resha tidak boleh lengah dan meninggalkan Gilbert sendirian, terlalu berisiko.

“Kau sudah sadar?” Tanya Resha begitu Gilbert membuka kelopak matanya.

Hal yang pertama kali Gilbert lihat adalah wajah lusuh Resha. “Kau tidak membersihkan tubuhmu?”

Mata Resha menatap dress yang ia pakai. “Belum, aku sedikit menghawatirkanmu. Sampai lupa untuk membersihkan diri.”

“Bersihkan tubuhmu sekarang,” titah Gilbert.

Resha menyimpan Jagdkommando miliknya di nakas kecil yang ada di samping tempat tidur Gilbert. “Untuk berjaga-jaga.”

***

Nilson menghampiri sebuah hotel yang memiliki ruftoop dengan satu kamar luas tempat Thomas beristirahat.

Para pengawal Thomas mengantar Nilson menemui tuannya.

Sebotol anggur yang masih penuh tampak berdiri di atas meja, di sampingnya terdapat satu gelas kecil. Seorang pelayan menuangkan anggur untuk sang majikan. Thomas meminum anggur tersebut, ia menatap tajam ke arah Nilson yang baru masuk. “Bagaimana?”

“Rencananya gagal, Gilbert masih hidup.”

Thomas menarik botol anggur dan melemparkannya hingga mengenai tubuh Nilson lalu memantul ke lantai. Pecahan botol kaca menyebar di lantai.

Nilson menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah Thomas. “Kau tahu dia sangat kurang ajar sekali padaku! Anak pungut itu sangat tidak tahu diri,” kesal Thomas.

Andai saja anak yang di lahirkan istrinya seorang lelaki, ia tidak akan melepaskan Red Bold pada Gilbert. Kini ia menyesal telah memberikan Red Bold pada Gilbert.

“Cari pembunuh bayaran terbaik dari luar untuk menghabisi Gilbert,” perintah Thomas.

“Baik Tuan,” jawab Nilson.

Thomas bangkit dari duduknya, ia berjalan melihat pemandangan kota Bagota yang sangat indah dari atas gedung.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

ternyata oh ternyata Gilbert bkn anaknya Thomas bagus dech jadi Resha dan Gilbert bsa bersatu utk membunuh Thomas

2023-02-04

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat ber satu reysa dan gilbelt, , , , melawan thomas💪💪💪💪💪

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!