Serangan

“Berapa harganya?” Tanya Resha.

“Satu juga dolar saja,” jawab hitam sambil tersenyum menaik-naikkan sebelah alisnya.

“Sepuluh ribu dollar, kalau kau tidak mau aku tak masalah. Keahlianku dalam membunuh tidak bisa di bandingkan dengan barang tersebut,” ucap Resha dengan wajah datarnya. Meskipun dalam hati ia sangat kesal karena harga barang tersebut lebih mahal dari upahnya membunuh satu target.

Hitam mencebik kesal mendengar harga barangnya di tawar sangat rendah. “Meskipun pembunuh bayaran, tapi menawar harga seperti emak-emak di pasar,” batin hitam.

“Lima puluh ribu dollar aku jual, kalau hanya sepuluh ribu. Rugi aku,” tolak hitam.

“Yasudah kalau tidak mau sepuluh ribu dolar jual saja pada orang lain,” acuh Resha. Ia bangkit dari duduknya.

“Ah kau ini, ya sudah mana uangnya,” tandas Hitam. Kalau saja ia tidak kehabisan uang, malas sekali menjual mahakaryanya dengan harga yang sangat rendah.

Resha berjalan ke brankas miliknya, dan mengambil uang. Ia kembali dan menyimpan uangnya di atas meja.

Hitam menyerbu uang dari Resha. “Ini terlalu banyak Resha,” ucap Hitam.

“Ya sudah sini kembalikan,” Resha mengulurkan tangannya untuk menerima uang lebihan.

Hitam menepuk tangan kosong Resha dengan telapak tangannya. “Terima kasih, aku suka berbisnis denganmu.” Hitam melenggang pergi keluar dari ruangan Resha.

Danilo yang menyaksikan transaksi barusan tercengang luar biasa. Untuk apa Resha menawar harga rendah kalau akhirnya ia membayar dengan jumlah yang Hitam minta, lima puluh ribu dolar.

Resha memperhatikan benda berbentuk kerucut yang ada di dalam toples kaca.

Danilo mengambil salah satu benda kerucut tersebut dan menelitinya. Balutannya sangat sempurna, namun bom sekecil ini tidak akan bisa membunuh manusia. “Kau yakin akan menggunakan barang ini?” tanya Danilo penasaran.

“Entah tapi sepertinya akan sangat berguna,” jawab Resha. “Oh iya, tolong kirimkan ke alamat rumahku ya, simpan di tempat aman,” pinta Resha.

“Oke.” Danilo memperhatikan tubuh Resha yang masuk ke dalam ruang ganti. “Kau betah bekerja di Red Bold?” tanya Danilo sedikit berteriak.

“Lumayan,” jawab Resha singkat. Ia keluar dari ruang ganti dengan sebuah tas di tangannya. Ada beberapa senjata serta pakaian untuknya bertugas.

“Pantas saja, tubuhmu sedikit lebih gemuk. Kau sudah tak diet lagi?”

Resha memperhatikan tubuhnya yang terasa biasa saja. “Kau meledekku Danilo?”

Danilo tersenyum sinis. “Ternyata kau masih tetap menjadi wanita yang mengurus penampilanmu.”

“Jika tubuhku gemuk, aku kesulitan bergerak. Yang ada aku di habisi oleh targetku sendiri,” ketus Resha.

Danilo menghampiri Resha dan menepuk pundak rekannya. “Kau harus tetap hidup Resha, dan ambil apa pun yang kau mau.”

“Jaga dirimu, aku harus kembali. Takut Gilbert curiga jika terlalu lama.”

Danilo mengangguk kecil. “Hati-hati Resha.”

Resha tersenyum dan pergi ke ruangan depan untuk menemui Gilbert.

“Ayo,” ajak Resha pada Gilbert.

Alfanzo mengantar kepergian Resha dan Gilbert. Mobil yang di Kendarai Gilbert melaju di tengah gelapnya malam.

Resha menengok ke belakang saat melihat mobil dengan lampu yang tidak menyala seperti mengikuti mereka. “Sepertinya ada yang mengincar kita,” ucap Resha.

Gilbert menengok ke kaca spion, betul saja sepertinya ada beberapa mobil yang mengikuti mereka.

Resha mengambil senjata miliknya. Ia membuka kaca mobilnya, tubuhnya keluar dan membidik kap depan mobil.

Dor! Dor! Dor!

Duar!

Mobil yang berada di belakangnya meledak begitu mendapat serangan dari Resha. Api mulai membeludak dan mobil tersebut bergerak oleng dan menabrak pohon.

Mobil lainnya tidak tinggal diam ia menembak ke arah Resha dengan sangat brutal. Tubuh bagian atas Resha masuk kembali ke dalam mobil “Sial! Minta bantuan,” perintah Resha.

Gilbert segera menekan tombol khusus untuk mengirimkan sinyal bahwa ia membutuhkan bantuan.

Mobil di belakang tidak tinggal diam begitu mobil targetnya melaju dengan cepat, mereka juga menambah kecepatan. Sementara pria yang duduk di kursi samping kemudi keluar dari atap. Ia membidik ban mobil Gilbert. Dor!

Mobil yang di Kendarai Gilbert mulai oleng, namun ia masih bisa menahannya.

Resha mengambil senjata Laras panjangnya. Lalu memberikan pistol pada paha Gilbert. “Aku tidak mau pistol kecil,” tolak Gilbert.

Dor! Tembakan kembali di keluarkan oleh musuh dan menembak satu lagi ban mobil Gilbert. Kini mobil Gilbert benar-benar oleng. Gilbert segera mengeremnya.

“Sudah pakai saja tidak ada waktu,” perintah Resha.

Merek berlari keluar dari mobil. Dor! Dor! Dor! Beberapa tembakan musuh meleset dan tak ada satu pun yang mengenai Gilbert dan Resha.

Resha berjongkok disemak-semak, ia membidik dan mulai menembaki musuhnya.

Empat mobil berhenti di belakang mobil Gilbert. “Sial mereka cukup banyak,” kesal Resha.

Gilbert menekan sebuah tombol dari kunci mobil yang ia bawa. Duar! Ledakan dari mobil Gilbert melumpuhkan beberapa orang lawannya.

“Ayo kita pergi dan menunggu bantuan.” Resha menarik tangan Gilbert. Mereka berlari masuk ke dalam hutan.

Mendengar suara semak-semak yang bergerak para musuh mulai mengejar Resha dan Gilbert.

“Kau berlari lebih dulu.” Gilbert meninggalkan Resha, ia harus mencari tempat aman untuk kembali menghubungi pasukannya.

Resha bersembunyi di sebuah pohon besar, ia membidik musuhnya. Cahaya rembulan membuatnya sedikit kesulitan untuk mengenali musuh. Resha menembak para lawannya. Dor! Dor!

Mendengar tembakan dari satu arah mereka segera berlari sambil melepaskan tembakan.

Resha kembali berlari ke sana kemari agar para musuh kesulitan menembaknya.

Gilbert mengecek ponselnya, ternyata bantuan sudah mulai di kirimkan. Mereka akan mengirim helikopter di area Padang rumput yang ada di barat.

Gilbert menembaki para musuh yang mengejar Resha. Resha berlari ke arah Gilbert. “Berlari ke barat.”

Resha mengangguk ia berlari dan sesekali bersembunyi untuk menembaki musuh.

Gilbert sedikit kelelahan, sudah lama ia tidak melakukan latihan fisik di lapangan.

“Berhenti Gilbert.” Tubuh Gilbert berhenti saat mendengar teriakkan Resha.

Resha menatap lembah di bawahnya, ia harus memutar untuk sampai di barat. Lembah di bawah cukup dalam, jika memaksa melompat akan menimbulkan cedera serius.

Gilbert menghentikan langkahnya yang hampir terperosok ke dalam.

Dor! Sebuah tembakkan mengenai paha Gilbert, saat timah panas memasuki tubuhnya ia sedikit kehilangan keseimbangan.

“Merepotkan saja,” maki Resha kala melihat tubuh Gilbert terguling-guling ke dasar lembah. Resha berlari menyusuri lereng lembah, mencari lembah yang lebih dangkal. Resha melompat saat sebuah peluru hampir mengenainya.

Kaki Resha mendarat sempurna, ia segera berlari menuju tubuh Gilbert.

Resha melihat pria yang berdiri di ujung lereng hendak menembak tubuh Gilbert. Dor! Tembakkan Resha tepat mengenai sasaran.

Resha menahan tubuh bagian atas Gilbert. Ia menyimpan senjatanya, tangan Resha menepuk pipi Gilbert. “Bangun kita harus melarikan diri.”

Gilbert tersadar mendengar suara merdu Resha. “Aargh,” ringis Gilbert saat merasakan sakit di pahanya.

Resha menyobek ujung dress-nya. Ia mengikat paha Gilbert yang mengeluarkan darah.

Gilbert dapat melihat wajah khawatir Resha. Ada rasa bahagia dalam hati Gilbert, melihat perhatian Resha.

Resha dapat mendengar suara langkah yang berlari ke arahnya. Ia segera mengambil senjatanya dan menembak ke arah musuh. Dor! Tembak Resha.

Resha membantu Gilbert untuk berdiri. “Kau masih bisa berjalan?”

Gilbert mengangguk, ia memaksa tubuhnya untuk berjalan cepat mengikuti langkah Resha.

Resha berjalan perlahan agar Gilbert dapat menyeimbangkannya. Resha berbalik dan menembak para musuh yang mulai mendekat.

Resha dan Gilbert mendengar suara helikopter yang mendekat. Resha bernafas lega.

Resha menembakkan senjatanya ke udara. Helikopter mulai mendekat.

Resha yang merasa tenang kembali di kejutkan oleh helikopter yang malah menyerang mereka dengan tembakannya.

Dor! Dor! Dor!

Resha menarik tangan Gilbert agar ikut berlari. “Ayo cepat!”

“Aarg,” pekik Gilbert menahan sakit. Tubuhnya luruh ke tanah. “Kau pergi saja!”

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

knp bantuan yg dipanggil malah nembakin Gilbert dan Resha apakah ada pengkhianatan??

2023-02-04

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaaaat💪💪💪💪💪💪

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!